16. Mereka berdua sama

2.6K 246 13
                                    

"Nah Nadine, sekarang kamu boleh duduk di bangku belakang yang kosong itu. Nggak pa-pa kan sendiri?"

Nadine menoleh menatap wali kelasnya, kemudian ia tersenyum seraya mengangguk kecil. "Nggak masalah kok bu, makasih," ucapnya pelan. Nadine kemudian mengangguk sopan dan mulai berjalan menuju bangku paling pojok yang memang kosong.

Ketika ia sudah hampir sampai, Nadine kaget ketika tatapannya bersirebok dengan cowok yang ada di rooftop saat istirahat tadi. Mereka saling pandang sejenak, sebelum akhirnya Nadine memilih untuk melanjutkan langkahnya. Jujur saja, Nadine merasa malu karena sudah salah mengira bahwa cowok yang duduk tepat dihadapannya ini tidak berniat mengakhiri hidupnya. Tapi, syukurlah kalau seperti itu.

Dilihat dari raut wajahnya, cowok tadi terlihat sangat masih kesal dengan ulah Nadine. Biarlah, Nadine juga berniat untuk meminta maaf nanti.

"Baik anak-anak, ibu keluar dulu kalau begitu. Dan Nadine ..."

Nadine, yang namanya disebut lantas menoleh ke depan, menjeda sejenak aktivitas mengeluarkan alat tulis dari dalam tasnya. "iya bu?"

Wali kelasnya tersenyum hangat. "Semoga kamu betah di sini, ya?"

"Iya bu, semoga."

"Kalo begitu ibu keluar. Ibu harap kalian semua bisa berteman dengan Nadine ya? Dan ingat, kalian jangan ribut. Tunggu aja Bu Lily datang, pasti nggak lama lagi."

"Baik bu, siap!" Semua anak menjawab kompak, tak terkecuali dengan Nadine. Jawaban itu menuai respon senyuman lagi dari wali kelas mereka.

"Dan Ilham, kamu selaku ketua kelas jangan lupa tugas kamu, ya! Kasih tahu teman-teman kamu, terutama yang bandel-bandel supaya bisa tenang. Nanti ibu sekalian panggilin Bu Lily untuk segara datang ke sini."

Ilham langsung mengangguk semangat ketika diberi amanah. "Baik bu, saya akan pastikan kelas ini nggak ribut dan nggak ganggu kelas lain."

Setelah itu, bu Dede, selaku wali kelas yang menampung kelas XI IPA 1 keluar dari dalam kelasnya.

Nadine menatap sekelilingnya, kemudian ia tersenyum tipis. Semoga saja ia memang betah di sini. Ia hendak mengeluarkan buku dari dalam tas ketika seorang cowok yang duduk tepat di depan bangkunya menoleh ke arahnya, tersenyum lebar sembari melambaikan tangannya.

"Hai!"

Nadine membalasnya dengan senyuman, ia pun kemudian berkata. "Halo, kenalin nama gue Nadine," ujarnya seraya menjulurkan tangannya ke depan.

Cowok berambut ikal dan bertubuh gemuk dihadapannya itu menjabat tangan Nadine. "Nama gue Edo, salam kenal juga. Semoga lo betah ya di kelas ini."

"Iya, makasih."

Edo menyenggol lengan Sarka, disusul mendekatkan kepalanya ke arah sahabatnya itu. Edo berbisik pelan, namun Nadine masih bisa mendengarnya. "Sar, kenalan buruan," bujuk Edo seraya memberikan instruksi agar Sarka menoleh ke belakang untuk menatap Nadine.

Mendengkus pelan, Sarka pun menurut. Ia tersenyum tipis, "gue Sarka," ucapnya, ia meminta Nadine menjabat tangannya. Yang langsung ditanggapi cewek berambut kepang tersebut dengan cepat.

"Gue Nadine, senang kenalan sama lo." Entah kenapa Nadine sedikit canggung dengan Sarka, berbeda ketika ia berkenalan dengan Edo. Apa ini efek dari kejadian salah paham di rooftop setengah jam yang lalu? Ya, mungkin saja!

Nadine berdehem singkat, kemudian ia meringis pelan, sorot matanya terus menatap wajah Sarka. "Gue minta maaf soal kejadian yang tadi, gue nggak tau ..."

"Udah, lupain aja. Lagian lo juga nggak tahu kan? Mending nggak usah dibahas lagi. Ngomong-ngomong, senang juga kenalan sama lo." Diakhir kalimatnya, Sarka tersenyum tipis. Membuat Nadine merasa lega bukan main. Akhirnya, Sarka tidak mau mempermasalahkan masalah itu lagi.

Shadow Scent (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang