17. Gantung Diri

2.4K 225 5
                                    

Sudah lebih dari seminggu Nadine pindah di sekolah barunya. Dan ia merasa nyaman-nyaman saja di sini. Teman kelasnya tidak ada yang jahat ataupun membuatnya merasa tidak nyaman. Semuanya baik-baik, hal itu semakin membuat Nadine merasa betah. Nadine paling akrab dengan Sarka dan Edo. Nadine sering bergabung dengan mereka berdua ketika pergi ke kantin maupun ngobrol biasa. Dan mereka berdua tidak menolak kehadirannya.

Bel istirahat baru saja berdering, Sarka dengan sigap memasukkan buku-bukunya di kolong meja, setelah bangkunya sudah bersih, ia menoleh ke arah Edo.

Sarka mengusung senyuman. "Yuk cabut ke kantin," ujarnya.

"Bentar, gue beresin buku dulu," sahut Edo tanpa menoleh ke arah Sarka, ia sibuk menata buku pelajaran dan alat tulis yang lain.

Mengangguk singkat, Sarka kemudian membalikkan tubuhnya, ia menatap Nadine yang sedang bermain ponsel. "Nadine, mau ikut ke kantin nggak?" tawar Sarka kepada cewek itu.

Nadine mendongakkan wajahnya untuk menatap Sarka. Tanpa pikir panjang, Nadine pun menyetujuinya. Ia tersenyum, bersamaan dengan kepalanya yang mengangguk singkat. "boleh deh, mau kapan?"

"Sekarang aja," sahut Sarka, kemudian ia membelokkan pandangannya ke arah Edo. "Udah belum Do?"

"Udah kok, yuk berangkat." Edo menjawab semangat sambil berdiri dari duduknya. Diikuti oleh Sarka dan Nadine. Ketiganya pergi ke kantin dengan langkah sedikit terburu-buru. Nadine bahkan sedikit kewalahan mengimbangi langkah kaki Sarka dan Edo. Mereka seperti tidak pernah pergi ke kantin saja.

Nadine mendengkus pelan. "Kalian jalannya bisa pelan sedikit nggak? Gue susah nih ngikutinnya," ucapnya merasa keberatan.

Sarka menoleh ke belakang, kakinya masih terus berjalan. Kepala Sarka menggeleng pelan. "Entar terlambat, keburu meja penuh."

"Kan bisa makan di kelas!" sahut Nadine dari belakang, ia cukup tertinggal jauh. Nadine pun kini berlari karena jaraknya dengan Sarka dan Edo semakin membentang lebar.

"Nggak asik makan di kelas, nggak ada sensasinya. Tujuan istirahat kan biar nggak suntuk di kelas mulu," kata Edo yang dengan cepat disetujui oleh Sarka.

"Betul tuh!" sambung Sarka sangat mendukung ucapan Edo.

Nadine hanya memutar bola matanya, bibirnya mendecak pelan. Tapi Nadine tidak ada niatan untuk berkomentar lagi. Ia sibuk mensejajarkan langkah kakinya dengan Sarka dan Edo. Kedua cowok itu benar-benar membuatnya lelah. Sangat menyebalkan sekali.

"Lagian istirahat cuma lima belas menit. Belum lagi ngantri pesen makanan. Butuh waktu juga, kan? Belum juga makan, minum, ngobrol, dan balik lagi ke kelas. Makanya kita harus gerak cepat, lima belas menit tuh kurang banget!" ucap Edo lagi.

"Benar, harusnya kita dikasih jatah satu jam buat istirahat!" timpal Sarka.

"Nggak usah sekolah aja kalau gitu, istirahat di rumah aja. Bisa bebas ngelakuin apapun semau lo." Dengan napas yang sudah memburu kencang, Nadine masih sempat-sempatnya ikut nimbrung obrolan nggak penting itu.

"Ah tetap aja kita merasa dirugikan. Iya nggak Sar?" tanya Edo, meminta jawaban dan dukungan dari sohibnya.

Sarka tersenyum, ia merangkul Edo, lalu menjawabnya, "ucapan lo pasti didukung semua anak di sini."

Edo hanya nyengir lebar.

Ketiganya pun akhirnya sudah sampai di kantin, untung saja masih ada bangku yang tersisa. Nadine diberi tugas untuk menjaga tempat duduk, sementara Sarka mendapatkan jatah membeli batagor dan gorengan, sedangkan Edo membeli minuman untuk mereka. Cukup cepat sampai akhirnya Sarka dan Edo balik ke bangkunya.

Shadow Scent (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang