31. Membalas

1.6K 179 1
                                    

Tadi malam, Sarka sudah berjanji dengan Nadine lewat telepon bahwa pada saat istirahat pertama nanti di sekolah, mereka berdua akan membahas perkara di rumah Vina waktu itu. Dan inilah saatnya yang ditunggu-tunggu, Edo juga ikut serta untuk bertukar pikiran.

Kini, hanya ada Sarka, Nadine dan Edo yang berada di dalam kelas. Semua teman kelasnya berada di luar karena ini sedang jam istirahat. Memutar bangku ke belakang, Sarka pun kini duduk berhadapan dengan Nadine.

"Jadi gimana Dine kemarin? Lo lihat juga, kan?" tanya Sarka memulai pembicaraan. Ditatapnya Nadine yang sedang mengikat rambutnya menyerupai ekor kuda.

Sebelum Nadine sempat menjawab, Edo terlebih dahulu menyeletuk. "Lihat apaan?" tanyanya sembari menatap Sarka dan Nadine secara bersamaan.

Sarka mendesah pelan. "Lo lupa Do apa yang kita bahas di rooftop waktu itu, sebelum kita semua ke rumah Vina untuk berziarah?"

"Nah itu kan baru kemarin, masa sih gue lupa?" Edo menjawab capat. "Gue nggak sepikun itu."

"Nah, kita lagi bahas itu sekarang," ujar Nadine. "Kita kan emang mau buktiin apakah aroma bayangan yang Sarka sebut muncul atau enggak di sana."

"Terus gimana-gimana? Kalian berdua lihat aroma bayangan itu?" Edo bertanya dengan semangat. Tatapan seriusnya sudah ia layangkan untuk Sarka dan Nadine.

Sarka memperhatikan raut wajah Nadine. "Kita berdua menjumpai itu Do," adunya kepada sahabatnya itu. "Tebakan gue berarti benar kalau Nadine bisa lihat dan merasakan aroma bayangan itu. Karena Nadine indigo, gue pun juga."

"Oh berarti waktu di rumah Vina pas lo teriak katanya lo nyium bau nggak enak itu berarti ..." Edo menggantungkan kalimatnya sembari membelokkan arah pandangannya ke Nadine. Edo mengerjap pelan, kini ia baru sadar. "Jadi ... itu aroma busuk yang Sarka rasakan!" serunya lantang.

"Edo! Bisa kecilin dikit suaranya nggak? Jangan kencang-kencang ngomongnya, nanti ada yang denger." Nadine memperingati Edo dengan mata yang melotot.

Baru sadar jika dirinya terlalu kuat menyerukan kata-katanya, Edo pun membekap mulutnya. Kepalanya kemudian mengangguk. Edo menyengir kecil. "Maaf, gue terlalu berlebihan. Tapi topik ini benar-benar sangat serius dan menegangkan. Gue terlalu terbawa suasana. Jadi gimana Dine? Lo nyium aroma busuk seperti yang Sarka rasakan pas Metta dan Arial meninggal pada waktu itu? Terus kan lo keluar dari rumah Vina, nggak lama kemudian lo juga keluar Sar."

Mengembuskan napas panjang, Nadine pun perlahan mengangguk. "Ya, gue serius kalau gue nyium aroma yang sangat-sangat busuk. Gue nggak bisa deskripsiin baunya kayak apa, karena bau ini sungguh sangat menyengat dan seratus kali lipat lebih busuk daripada bau busuk kayak biasanya. Okelah, mungkin gue terlalu berlebihan saat ini. Tapi gue nggak bohong. Itu aroma terbusuk yang bisa gue rasakan." Nadine menjeda ucapannya untuk menarik napas banyak-banyak. Kemudian ia menatap wajah Sarka. "Sekarang gue bisa tau apa yang lo rasakan Ka. Dan gue juga lebih percaya apa yang lo alami saat ini."

"Iya Dine, makasih lo udah percaya sama gue." Sarka tersenyum tipis.

"Wah ... Gue jadi penasaran sama aroma busuk itu. Seburuk apa sih bau itu sampai lo berdua kayak gini? Gue jadi pengin tau."

"Stress lo emang Do. Lo seharusnya seneng nggak bisa nyium bau itu. Sampai sekarang aja gue ingat sebusuk apa bau itu. Kalau lo bisa nyium aroma itu, nanti lo bakal nyesel senyesel-nyeselnya. Lo beruntung!" ucap Nadine panjang lebar yang ditunjukkan untuk Edo.

"Iya deh iya, gue bersyukur nih sekarang." Edo mencibir pelan seraya memutar bola matanya. "Oke, kita serius sekarang. Menurut gue, orang-orang yang nggak bisa lihat hantu kayak gue ini emang nggak bisa nyium bau busuk itu! Nah buktinya kan cuma lo berdua yang merasakan aroma itu pas di rumah Vina. Lah kita-kita yang lain fine-fine aja tuh."

Shadow Scent (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang