56. Tragedi

1.2K 88 2
                                    

"Loh ... Bang Alan ke mana Do?!" serunya panik.

"Loh kok nggak ada?" tanya Edo ikutan bingung seraya mengedarkan pandangannya. "Belok ke mana bang Alan barusan?"

"Mana gue tau Do, gue nggak lihat."

"Gue juga."

"Lo sih ngajak gue ngobrol mulu Do, kehilangan jejak bang Alan kan kita sekarang?"

"Kenapa sekarang malah nyalahin gue? Eh lo sendiri juga nyahut-nyahut aja tuh dari tadi. Bukan salah gue juga lah kalo kita kehilangan jejak bang Alan." Edo yang tidak mau disalahkan langsung membela dirinya.

Oke, Sarka salah karena sudah menuduh Edo. Ia sadar itu. Menghela napas panjang, ia pun mengangguk. "Oke, gue juga salah. Tapi gimana sekarang Do? mampus kita kehilangan jejak bang Alan."

"Jangan panik dulu Sar, tenangin diri lo." Edo menenangkan Sarka. "Kalo panik, kita nggak bisa mikir dan nggak bisa cari jalan keluar."

"Bisa gawat Do kalo bang Alan udah ngilang gini? Kita berpencar aja gimana?"

"Sar, gue udah bilang kalo lo nggak usah panik. Nggak usah berpencar segala, malah makin ribet entar."

"Ya terus? Nggak mungkin kita diam aja kayak orang bego gini, kan?"

"Ya nggak gitu juga." Edo berdecak pelan. "Kemungkinan besar posisi bang Alan nggak jauh-jauh dari posisi kita berdua saat ini."

"Dari mana lo tau?"

"Oh, lo bisa bego juga ya Sar rupanya. Bang Alan hilang dari pandangan gue atau lo belum ada lima menit. Bukan sejam atau sehari, apalagi seminggu dan berbulan-bulan. Ya pasti bang Alan masih di sekitar sini lah!" Edo mengomel. "Ayo, nggak usah banyak cincong lagi, lanjut jalan."

Edo sudah melangkah cepat terlebih dahulu, meninggalkan Sarka.

"Do, tungguin gue!" Sarka memanggil, lantas ia segera mengejar ketertinggalannya. Ketika posisinya sudah berada di samping Edo, Sarka berusaha mengimbangi langka sohibnya itu. "Kita mau pergi ke mana?"

"Ke planet mars Sar, mau nangkep alien terus gue jual biar gue jadi miliarder." Edo menjawab ngaco tanpa menoleh menatap Sarka. Pertanyaan yang Sarka ajukan sungguh membuat darah Edo seketika saja berdesir dengan sangat cepat. Bisa-bisanya Sarka melontarkan pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban seperti itu.

"Do, gue serius."

"Ya gue juga serius," celetuk Edo cepat. Kemudian ia menatap Sarka dengan kesal. "Tujuan kita dari tadi mau nyari bang Alan yang ngilang entah ke mana, kan? Terus ngapain lo nanya mulu sih Sar? Kesel gue sama lo, emosi nih gue jadinya. Mendingan jangan banyak omong deh, cari bang Alan buruan."

"Terus, kenapa lo jalan ke sini? Emangnya barusan bang Alan lewat sini?" tanya Sarka sambil menatap kanan dan kirinya. "Lo nggak pasti kan Do? Lo cuma asal jalan aja?"

"Feeling gue bang Alan jalan lewat sini."

"Nggak bisa cuma pake feeling Do, kita harus cepat temuin bang Alan."

"Lo jangan terlalu panik, lo tenangin diri lo sendiri dan ikuti gue aja."

"Ya siapa yang nggak panik kalo gue kehilangan bang Alan? Dan ada sesuatu yang bisa aja ngincer nyawanya Do. Gue panik, ini taruhannya nyawa. Gue nggak bisa tenang."

Edo mendesah kasar, sebelum ia membelokkan pandangannya menatap wajah Sarka, tidak sengaja Edo melihat bang Alan dan pacarnya beberapa meter di hadapannya. Edo mengerjap, matanya terbelalak. Kemudian, ia langsung menarik tangan Sarka untuk bersembunyi.

Shadow Scent (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang