28. Dibakar

1.8K 189 5
                                    

Dengan napas tersengal-sengal, Sarka duduk di kasur. Ia baru saja diserang oleh mimpi buruk yang begitu mirip dengan mimpi waktu itu. Mimpi ketika di mana Sarka berada di tempat gelap gulita, lalu ia menjumpai cahaya merah yang rupanya adalah sesosok makhluk perempuan dengan wajah menyeramkan dan berpakaian panjang serba merah. Tidak hanya itu, yang paling Sarka tidak tahu maksudnya adalah sesosok perempuan itu meminta Sarka mengembalikan sesuatu. Sesuatu apa yang dia maksudkan? Sarka tidak tahu.

Jantung Sarka masih terpompa dengan cepat. Ia melirik jam dinding, pukul tiga pagi. Sarka mengelap keringat dingin yang membasahi pelipisnya. Sumpah, mimpi itu sangat menyeramkan. Sarka bahkan masih merasa takut sendiri.

"Gue harus tenang, itu cuma mimpi." Sarka berkata pada dirinya sendiri, meyakinkan apabila ia tidak perlu repot-repot memikirkan soal mimpi itu lebih lanjut. Ya, itu hanya mimpi, Sarka tidak mau memikirkannya lebih jauh lagi.

Sarka menarik napas dalam-dalam agar dirinya bisa tenang. Setelah lumayan menguasai diri, cowok itu menyibak selimut. Tenggorakannya terasa kering, Sarka perlu ke dapur untuk mengambil air minum. Tadi malam ia kelupaan membawa gelas ke dalam kamar.

Dan ketika Sarka hendak melangkah, tidak sengaja pinggangnya menyenggol buku yang berada di atas meja belajarnya hingga buku itu jatuh di lantai.

"AAAAAAAA!" Sarka refleks berteriak kencang lantaran terkejut. Ia mundur ke belakang sampai jatuh tersungkur.  Tatapannya mengarah ke buku yang terjatuh di lantai.

"Ini nggak mungkin!" Sarka berkata dengan bibir bergetar. Ketakutan mulai menerjangnya lagi. Sarka bergerak mundur. Buku itu sudah kembali ke sini. Kali ini Sarka tidak mungkin salah ingat dan salah membuang buku. Buku catatan aneh miliknya sudah dibuang ke pembuangan sampah yang ada di sekolah. Tapi kenapa buku itu bisa balik ke sini lagi?

Barulah sekarang Sarka lebih percaya lagi bahwa ada yang tidak beres dengan bukunya itu. Sarka tidak mungkin salah lihat. Tarikan napasnya memberat, tubuhnya bergetar dan mendadak saja Sarka merasa bahwa bulu kuduknya meremang.

Sarka masih diam di tempat. Ia tidak bergerak karena merasa takut sendiri. Hingga pada akhirnya, ia mengumpulkan keberanian. Sambil memejamkan matanya, Sarka menyedot napas sebanyak mungkin. Lalu ia pun menggeser posisinya untuk mendekat ke arah buku itu. Tidak salah lagi, itu memang buku misterius miliknya.

Menelan salivanya susah payah, Sarka perlahan membuka buku tersebut. Ia hanya ingin memastikan saja apabila buku itu masih sama seperti sebelumnya. Tidak ada nama lain yang tertulis menggunakan darah di sana.

Tapi, begitu Sarka membuka buku tersebut, tercium bau amis dari darah. Jantung Sarka semakin terpompa cepat. Tatapannya tidak mau lepas dari buku ditangannya ini.

Detik berlanjut, hingga akhirnya Sarka membuka halaman di mana nama Metta dan Arial tertulis di sana. Dan kini, dibawah nama kedua orang yang sudah meninggal tersebut, tertulis satu nama lagi.

Sarka kaget, napasnya sempat berhenti ditenggorakan. Dengan mata melotot dan bibir pucatnya yang bergetar, Sarka perlahan menutup buku itu lagi dan melemparnya jauh-jauh.

"Rahmat? Dia siapa?" Sarka bergumam pelan. Ya, buku itu menampilkan nama Rahmat di bawah nama Arial. Seperti sebelumnya, tulisannya pun dibentuk menggunakan darah. Bedanya, nama Rahmat kali ini darahnya masih segar dan tercium sangat tajam. Warnanya juga merah kental. Bahkan, karena darahnya masih cair, tulisan itu meleleh ke bawah.

Sarka buru-buru keluar dari kamar lantaran ketakutan. Ia berlari pergi ke dapur dan mengambil minum. Sarka duduk di kursi meja makan. Ia menenggak habis minuman dari dalam gelasnya. Dengan was-was, Sarka menolehkan wajahnya ke arah belakang, ke arah kamarnya berada. Buku itu masih berada di dalam.

Shadow Scent (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang