52. Ide Gwen

1.1K 123 1
                                    

Cukup lama Sarka menceritakan semua kejadian yang sebenarnya kepada Gwen, dari awal sampai akhir Sarka ceritakan semuanya. Dari mimpi buruk, buku diary yang sangat aneh, meninggalnya orang-orang, aroma bayangan, sampai misteri tanggal empat. Semuanya Sarka beberkan kepada Gwen, tidak ada yang dikurangi atau dilebih-lebihkan.

Dan Sarka berharap, Gwen bisa membantunya menyelesaikan masalah ini. Sarka tidak berharap banyak, tapi jika Gwen bersedia menolong dirinya keluar dari masalah ini, meskipun ia akan melakukan hal berbahaya pada dirinya sekalipun, Sarka bakal siap kapanpun itu. Asalkan orang lain tidak apa-apa, Sarka bersedia. Sudah cukup sampai di sini saja. Tidak boleh ada korban lain lagi.

"Memang apa yang aku katakan terdengar nggak masuk akal, tapi percayalah Gwen, aku ngomong yang sejujurnya. Memang itu semua yang terjadi." Sarka mendesah panjang diakhir kalimatnya.

"Bagi saya tidak ada yang tidak masuk akal," cetus Gwen.

Sarka tertegun untuk sejenak, ditatapnya Gwen lebih lama lagi. "Kamu percaya Gwen?"

"Kenapa saya harus nggak percaya?" Gwen tersenyum tipis, "dalam keadaan kacau seperti sekarang ini, sangat mustahil kalo kamu berbicara omong kosong Sarka. Saya percaya sama apa yang kamu ceritakan."

Sarka sedikit terharu lantaran Gwen langsung mengerti keadaannya. Ia mengangguk pelan. "Makasih Gwen, aku ambil buku itu dulu supaya kamu lebih percaya lagi."

Gwen tidak menanggapi, sementara Sarka sudah keburu turun dari kasurnya dan membuka laci nakas, ia ingat sudah menaruh buku itu di sana. Setelah ketemu, Sarka pun mengambilnya dan kembali merangkak naik ke atas ranjangnya.

"Itu bukunya?" tanya Gwen.

"Iya," balas Sarka pendek. "Buku ini punyaku waktu SMP, udah lama. Mau lihat?"

"Boleh saya lihat memangnya?"

"Kenapa enggak? Biar kamu lebih percaya Gwen." Sarka memanjangkan tangannya, hendak menyerahkan buku itu kepada Gwen. Namun, sebelum Gwen menggapainya, Sarka menarik buku itu lagi.

Mata Gwen mengerjap pelan, "jangan ngejek saya ya kamu, gini gini saya bisa baca kok."

"Bukan itu," balas Sarka. "Memangnya kamu bisa pegang buku ini?"

Gwen menyengir, sedetik kemudian ia menggeleng. Sementara Sarka mendengkus pelan.

"Biar aku tunjukin aja kalo gitu." Sarka mulai membuka lembar demi lembar buku catatan miliknya itu. Lalu, ia berhenti pada halaman yang sudah dituju.

"Ini nama-nama orang yang meninggal, ada lima." Sarka menelan ludahnya. "Semuanya ditulis menggunakan darah. Biar aku jelasin sekali lagi biar kamu nggak bingung. Metta meninggal karena gantung diri, Arial meninggal ketiban lampu gantung saat dia lagi ulang tahun, pak Rahmat meninggal akibat tabrak lari. Lalu ada bu Indah, guruku di sekolah, dan terakhir ada bang Alan."

"Dan semuanya ada hubungannya dengan angka empat," lanjut Gwen.

Sarka mengangguk cepat dan mantap. "Itu yang belum aku temukan jawabannya. Kenapa harus tanggal empat. Dan kenapa mereka yang meninggal adalah orang-orang tak bersalah?"

"Menurut saya ..." Gwen menggantungkan ucapannya. Membuat Sarka diserang oleh rasa penasaran.

"Apa Gwen?"

Shadow Scent (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang