"Kalian diam di sana atau bakal saya bunuh sekarang juga?!" Teriakan Gwen yang begitu kencang membuat Nadine dan Edo tidak berani melangkah maju ke depan.
Nadine berdiri menegang, sedang Edo nampak gemetaran. Mereka ingin membantu, menyelematkan Sarka yang saat ini tengah dalam bahaya. Tapi, tidak ada yang bisa keduanya lakukan saat ini kecuali mengikuti perintah hantu bayangan itu, atau Gwen, atau hantu menyeramkan berpakaian merah itu.
Jelas Gwen terlihat tidak main-main, baik Edo maupun Nadine tidak berani membantah. Mereka takut dengan ancaman Gwen barusan. Yang bisa Edo maupun Nadine lakukan saat ini adalah menatap Sarka dengan sedih dan takut.
Wajah Sarka terlihat semakin pucat pasi, ia semakin kehabisan napas, lehernya terasa sakit. Cengkeraman yang begitu kuat dilehernya membuat Sarka tidak bisa berkutik, ia nyaris saja kehilangan seluruh napasnya jika perempuan jahat itu, alias Gwen, tidak membantingnya ke tanah begitu saja.
Sarka mengerang kesakitan, tapi disisi lain ia merasa beruntung karena bisa menarik napas sebanyak mungkin walaupun tubuhnya kini terasa remuk dan tak berdaya. Sarka merintih menahan nyeri.
Pakikan tertahan terdengar dari Nadine dan Edo. Nadine membekap mulutnya, sedangkan Edo sudah mulai geram melihat kejadian itu. Namun Edo terlalu takut untuk bergerak menyusul Sarka, karena nyawa dirinya adalah taruhannya.
Sarka berusaha bangkit untuk duduk dengan susah payah. Ditatapnya Gwen tidak mengerti. "Gwen, kenapa kamu melakukan semua ini?"
"Kenapa?!" Gwen terlihat marah, emosinya tersulut. "Masih nanya juga?!"
"Aku gak paham apa yang kamu lakukan Gwen!" Sarka kini sudah terduduk, ia mendongakkan wajahnya, menatap Gwen lebih dalam lagi. "Kamu siapa sebenarnya?"
"Sepertinya saya tidak perlu menjelaskan, kamu sudah tahu sendiri saya siapa!" Lengkap dengan ekspresi wajahnya yang terlihat marah, Gwen berkata ketus dan cepat. "Inilah waktu yang tepat buat balas dendam."
"Gwen, kamu nggak mungkin ..." Sarka menahan napasnya, ucapannya tidak terselesaikan, hanya menyangkut diujung lidah.
Tiba-tiba Sarka merasa kepalanya pusing, ia mengerang pelan sembari memejamkan matanya. Ia berusaha menarik semua kejadian yang sudah-sudah. Mimpi itu, nama seseorang yang ditulis menggunakan darah, kematian orang-orang tidak bersalah, serta hantu bayangan, tidak mungkin ada hubungannya dengan Gwen, kan?
Tidak, itu tidak mungkin. Ada yang salah di sini. Sarka menggeleng tegas berulang kali untuk meyakinkan dirinya bahwa ini semua salah dan keliru. Sarka kembali menatap Gwen, "nggak mungkin kamu Gwen!"
"Saya sudah menunggu kejadian saat ini bakal terjadi. Dan sekarang, waktunya saya membalas dendam." Gwen melotot lebar kepada Sarka, wajahnya berkali-kali lipat lebih menyeramkan.
"Balas dendam? Apa maksud kamu?" Vokal yang keluar dari bibir Sarka terdengar lirih dan sarat akan ketakutan.
Gwen setengah menunduk, menatap Sarka dengan ekspresi wajah penuh dengan kebencian yang mendalam. Sarka berusaha tegar, memberanikan diri menatap Gwen meskipun sebenarnya nyalinya sudah semakin menciut. Sampai detik ini, Sarka tidak paham apa maksud semua ini. Terlalu buram untuk bisa ia cerna, terlalu sulit untuk dipikirkan.
Jadi, selama ini Gwen yang merencanakan semuanya? Dia berpura-pura baik di depan Sarka padahal ada maksud terselubung? Sungguh, jika semuanya benar begitu, Sarka sangat tidak menyangka. Ia tidak habis pikir, ia tidak bisa berkata-kata.
"Mau lihat wujud saya yang asli?" Bukannya menjawab pertanyaan dari Sarka, Gwen justru malah mengajukan pertanyaan.
Sarka tidak berani menjawab, ia hanya mengunci mulutnya rapat-rapat. Namun, diam-diam ia menelan ludahnya dengan kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow Scent (END)
Teen FictionSarka tidak tahu ada apa dengan dirinya. Semenjak mendapatkan donor mata dari orang lain, ia merasa keanehan mulai datang satu persatu kepadanya. Seperti bisa melihat makhluk tak kasat mata, diserang mimpi buruk sepanjang malam hingga membuatnya ter...