26. Mencoba lagi

1.9K 200 3
                                    

"Sar ... Lo nggak lagi main-main, kan?"

Sarka menepuk pelan jidatnya. "Ya ampun Do, buat apa sih gue main-main sama lo? Soal ginian gue nggak mungkin bohong. Lo mau buktinya? Bentar, gue ambil bukunya dulu." Sarka langsung mengambil tasnya, membuka resleting, kemudian dilanjutkan mengeluarkan buku catatan pribadi miliknya yang akhir-akhir ini berubah menjadi aneh, mistis dan menyeramkan.

Begitu Sarka mengeluarkan buku bersampul cokelat tersebut, bola mata Edo refleks terbelalak lebar. Untuk memperjelas pandangannya dan memastikan apabila ia tidak salah melihat, Edo kembali mengerjap. Tapi, ia tidak mungkin salah lihat. Napas Edo sedikit tercekat. Ia kemudian menoleh ke arah Sarka dengan raut wajahnya yang masih terlihat kaget.

"Nah sekarang gimana? Lo percaya sama gue, kan? Ini buktinya." Sarka bergumam pelan lantaran teman-teman kelasnya sudah mulai banyak yang memasuki kelas.

Kepala Edo mengangguk. Ia menelan ludahnya dengan kasar sebelum kembali berkata, "tapi bagaimana bisa Sar?" tanyanya bingung. "Kenapa bisa buku itu balik ke meja belajar lo? Siapa yang balikin itu ke sana?"

"Mana gue tau Do," tukas Sarka pendek.

"Kenapa makin serem aja buku lo itu? Gue mulai merinding. Gimana kalau lo buang lagi aja buku lo itu. Gue temenin deh." Edo memberikan saran, yang tanpa pikir panjang langsung Sarka setujui begitu saja. Memang itu yang akan Sarka lakukan, hanya membuang buku itu lagi adalah jalan satu-satunya. Karena Sarka sendiripun takut, ia tidak mau menyimpan buku yang menyimpan hal-hal aneh seperti itu.

"Menurut lo buku ini harus dibuang di mana Do?" Sarka bertanya.

"Terserah, yang penting jauh dari rumah lo agar buku aneh itu nggak bisa balik lagi ke rumah lo. Nyeremin tahu nggak?"

"Gue nggak tau mau buang di mana. Lo ada ide?"

"Bentar, gue mau mikir dulu." Selanjutkan Edo terdiam dengan sorot mata yang mengarah ke mejanya. Ia menunduk, sedangkan otaknya berputar keras untuk mencari ide. Beberapa saat kemudian, cowok itu mengangkat kepalanya dan kembali menyorot penuh kepada Sarka. Sambil melotot, Edo menjentikkan jarinya. "Gue punya ide!"

"Ide apa?" Sarka mendadak antuasias, ia menunggu dengan tidak sabar. Sarka menatap wajah Edo tanpa berkedip. "Lo punya ide apaan Do? Buruan kasih tahu gue!" Sarka mendesak sohibnya itu lantaran Edo tidak kunjung berkata. Membuatnya geregetan sendiri.

"Jadi gini Sar ...," Edo memulai sambil berdehem kecil. "Lebih cepat buang buku itu bukannya lebih baik, kan?"

Sarka menganggukkan kepalanya dengan cepat. "Iya, terus?"

"Istirahat pertama kita langsung buang aja buku itu."

"Buang ke mana?"

"Tempat pembuangan sampah sudut sekolah. Istirahat nanti gue temenin lo ke sana dan lo buang buku itu di sana. Gue yakin cara ini bakal berhasil, buku itu nggak mungkin balik ke rumah lo lagi. Gimana ide gue? Boleh di coba, kan?"

Ya memang tidak salah sih apa yang Edo katakan. Tapi Sarka masih merasa ragu dan tidak yakin seratus persen bahwa ia akan membuang buku aneh itu di sekolah. Ada ketakutan sendiri yang Sarka rasakan. Entah kenapa ia merasa bahwa sekolah adalah tempat yang tidak aman untuk menyingkirkan buku misterius bersampul cokelat itu.

"Entahlah Do, gue masih ragu."

"Ragu kenapa sih?" Edo langsung menyeletuk. "Ingat Sar, lebih cepat bakal lebih baik. Gue yakin tempat pembuangan sampah di sini adalah tempat yang bagus dan paling tepat. Lagian lo mau buang ke mana lagi buku itu? Bingung juga, kan?"

"Tapi, gimana kalau ada yang ngambil buku ini di sana?" tanya Sarka kemudian. Pertanyaannya itu pun memancing Edo mengeluarkan tawa lebarnya. Melihat Edo yang tertawa ngakak di sampingnya membuat Sarka semakin bingung dan tidak mengerti. "Ngapain lo malah ketawa?"

Shadow Scent (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang