Pikiran Sarka tiba-tiba tertarik ke belakang, lalu memori yang sudah lama mengendap kembali muncul ke permukaan dengan sangat jelas. Sarka memutar kejadian yang sudah lama didalam otaknya, kalau ia tidak salah ingat kejadian itu sudah satu tahun yang lalu.
"Totalnya tiga puluh lima ribu rupiah pak." Mbak-mbak kasir supermarket mengatakan total pesanan yang harus dibayar oleh seorang bapak-bapak yang berdiri dihadapannya.
Sarka yang berada di belakang bapak-bapak yang ia tidak kenal siapa itu sedang menunggu antrian. Tapi, laki-laki paruh baya dihadapannya ini tidak kunjung pergi. Dari yang Sarka lihat, bapak tersebut sedang mengecek dompetnya.
"Mbak, uang saya sepertinya ketinggalan di rumah. Dompet saya kosong, apa boleh saya bayarnya nanti?" ujar bapak-bapak itu lagi.
Sarka menunggu dengan kening mengerut. Dalam hatinya ia berujar lirih. Emangnya boleh kayak gitu? Tapi Sarka tetap diam saja, hanya keningnya yang mengerut samar. Sarka menunggu lumayan lama, padahal sebenarnya ia sedang dikejar waktu. Sarka tidak mempunyai banyak waktu karena dirinya harus segera pulang.
"Oh, tidak bisa seperti itu pak. Kalau bapak nggak bisa bayar sekarang, bapak juga nggak boleh bawa barang-barang ini keluar."
"Tapi saya pasti balik ke sini lagi kok mbak. Saya nggak lagi bohongin mbak."
Mbak kasir segera menjawab. "Kalau begitu, bapak silakan keluar dulu dan balik ke rumah buat ambil uang, terus bapak ke sini untuk ambil barang ini dan bayar. Bisa seperti itu pak."
Sarka berdiri dengan gelisah, berulang kali ia menoleh ke arah jam tangannya. Hari sudah semakin sore. Sedangkan ia harus buru-buru pulang. Namun, laki-laki tua dihadapannya ini tidak kunjung melakukan transaksi pembayaran. Sarka tentu saja mendengar permasalahan yang sedang dibahas itu karena posisinya tepat dibelakang bapak tua tersebut.
Hati kecil Sarka sedikit tergerak. Ia kasihan melihat bapak tua itu. Alhasil, Sarka pun maju ketika mbak kasir menyuruhnya untuk melakukan pembayaran.
"Totalnya empat puluh sembilan tujuh ratus rupiah kak." Mbak-mbak kasir menyebut torak belanjaan Sarka setelah menghitungnya.
Sarka mengeluarkan uang satu lembar berwarna biru. Ia pun mengulurkannya ke arah depan. "Ini mbak uangnya," ujarnya pelan. Sesekali Sarka melirik bapak di sampingnya yang belum kunjung keluar dari supermarket juga.
"Uangnya lima puluh ribu rupiah ya kak."
"Iya mbak."
"Yang tiga ratus rupiah boleh didonasikan kak?"
"Boleh mbak."
"Baik kak."
Setelah selesai, pasanan belanjaan Sarka ditaruh di plastik seraya dikasih struk pembayaran. Sarka merasa kasihan melihat bapak disampingnya ini karena permintaan bapak itu tidak bisa dipenuhi oleh mbak kasir. Tapi Sarka juga tidak bisa menyalakan mbak kasir juga, karena itu sudah pasti kebijakan supermarket.
Sarka kembali mengeluarkan uang dari dalam dompetnya. "Mbak, total belanjaan bapak ini berapa ya tadi?"
"Tiga puluh lima ribu rupiah kak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow Scent (END)
Teen FictionSarka tidak tahu ada apa dengan dirinya. Semenjak mendapatkan donor mata dari orang lain, ia merasa keanehan mulai datang satu persatu kepadanya. Seperti bisa melihat makhluk tak kasat mata, diserang mimpi buruk sepanjang malam hingga membuatnya ter...