Sarka sudah membulatkan tekad bahwa ia akan mengikuti saran dari Gwen. Masuk ke dalam dunia hantu, mencari hantu jahat berpakaian merah yang sering masuk ke dalam mimpinya, berinteraksi dengannya dan mencari bukti.
Yang masih Sarka pikirkan hingga detik ini adalah bagaimana dirinya bisa masuk ke dalam dunia hantu tersebut. Karena itu terlalu aneh, membingungkan, tidak masuk akal dan sangat mustahil. Tapi, meskipun begitu, Sarka sudah memikirkannya baik-baik. Ia akan mengikuti permainan ini.
Akan Sarka bahas lagi masalah ini dengan Gwen.
"Sar, pagi-pagi jangan ngelamun." Edo dengan sengaja menyenggol lengan Sarka ketika mendapati sohibnya itu tidak bergerak dengan mata yang menatap lurus ke depan.
Sarka tergelak, ia dengan cepat memutar kepalanya, menoleh ke arah Edo, menatap sahabat sembari mengerjapkan matanya. "Ha? Kenapa Do? Lo lagi ngajak gue ngomong?"
Edo tersenyum masam. "Lo ngelamun ogeb! Mikirin apaan sih? Tentang saran dari Gwen lagi?"
Benar, perkataan Edo tidak meleset sama sekali. Memang itu yang tengah Sarka pikirkan. Meskipun pelan dan hati-hati, Sarka menganggukkan kepalanya.
"Iya Do, itu yang lagi gue pikirin," aku Sarka.
Edo menggebrak pelan bangkunya hingga membuat Sarka terkejut. Sarka memperhatikan Edo dengan bola mata melebar.
"Astaga Sar, ini terlalu pagi buat mikirin masalah berat kayak gitu. Lo harus tenang dan santai sedikit." Edo memberikan arahan. "Jangan sampai lo stress dan sakit lagi."
"Gue nggak bisa nggak berhenti buat mikirin ini." Sarka berkata, "dan justru karena masih pagi, gue harus cari celah atas semua insiden yang terjadi ini karena otak gue masih segar buat mikir."
"Terus lo tetep mau ngikut saran dari Gwen?"
"Iya, gue memang harus ikut saran dari Gwen untuk masuk ke dunianya buat cari jawaban," balas Sarka, tidak berubah pikiran.
Dari kemarin Edo merasa takut sendiri. Takut Sarka bakal terluka dan kenapa-napa, dan bisa jadi Sarka tidak balik lagi ke dunia nyata seperti apa yang Sarka katakan sendiri. Jujur saja, itu mengusik benak Edo.
"Tapi Sar, gue rasa lo terlalu gegabah buat mutusin ini. Coba lo tenangin diri lo lagi, pikirkan matang-matang. Pikirkan semua kemungkinan yang bisa saja terjadi. Dan setelah lo rasa udah yakin banget sama pilihan lo, barulah lo ambil keputusan yang terbaik. Menurut gue lo terlalu cepat mengambil sikap Sar."
Sarka menggeleng, ia menarik napas panjang terlebih dahulu sebelum membantah ucapan Edo. "Nggak Do, lo salah. Gue udah pikirin ini matang-matang. Gue udah bulat sama keputusan gue. Sekarang gue tinggal nemuin Gwen dan bahas masalah ini lagi, barulah gue nanya gimana caranya masuk ke dunia Gwen."
"Sar ..." cicit Edo.
Sarka menepuk-nepuk pelan pundak sohibnya itu. Senyuman tipis bermain dibibirnya. "Gue tau kalo lo khawatir sama gue Do. Dan gue cukup terkesan dengan itu. Gue makasih karena lo udah bersikap baik sama gue. Tapi Do, lo nggak perlu panik. Ini udah jadi tugas gue, gue udah pikirin ini matang-matang. Jadi, apapun resikonya nanti, bakal gue tanggung sendiri."
"Nanti kalo ada apa-apa yang menimpa diri lo sendiri gimana? Kalo ada sesuatu yang membahayakan lo gimana?" cecar Edo berapi-api. "Nggak Sar, menurut gue lo terlalu gegabah buat ambil sebuah keputusan berat dan serius kayak gini. Yang ada dipikiran lo cuma gimana caranya masalah ini cepat selesai dan berlalu. Lo terlalu fokus sama itu sampai lo lupa bahwa ada banyak sekali bahaya yang berada di belakang lo. Tolong Sar, pikirkan dengan kepala dingin."
"Keputusan gue udah bulat Do!" ucap Sarka final. "Gue udah pikirin matang-matang, dan inilah hasilnya. Gue setuju sama saran dari Gwen. Gue yang harusnya minta tolong sama lo Do, kasih dukungan ke gue. Kasih gue kepercayaan. Bukankah itu yang seharusnya dilakukan oleh sahabat, kan? Lo seharusnya dukung gue Do, kasih gue semangat buat gue semakin optimis. Gue nggak boleh ragu Do, gue harus tetap melangkah maju. Apapun yang nanti bakal terjadi pada diri gue, biar jadi tanggungjawab gue sendiri." Terlalu banyak berkata membuat tarikan napas Sarka memberat. Ia kehilangan kontrol. Sarka menatap Edo sedikit kesal. "Untuk sekarang ini, gue mau lo nggak usah bantuin gue Do. Lo cukup kasih gue dukungan, itu sudah lebih dari cukup, dan selebihnya serahkan semua ini ke gue. Biar gue yang urus semuanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow Scent (END)
Teen FictionSarka tidak tahu ada apa dengan dirinya. Semenjak mendapatkan donor mata dari orang lain, ia merasa keanehan mulai datang satu persatu kepadanya. Seperti bisa melihat makhluk tak kasat mata, diserang mimpi buruk sepanjang malam hingga membuatnya ter...