14. Buku catatan aneh

2.5K 240 2
                                    

Sarka sedang melangkah santai untuk pulang ke rumah setelah membeli sapu dan kemoceng ketika tiba-tiba saja ia melijat sesuatu, langkahnya dengan cepat langsung terhenti. Bola mata Sarka melotot lebar lantaran ia melihat sesuatu yang akan terjadi. Jantung Sarka berdetak kencang, Sarka melihat dari arah berlawanan sebuah mobil yang melaju cukup kencang, sedangkan ia melihat anak kecil yang sedang berlari ke arah tengah jalan untuk mengambil bola. Melepaskan barang belanjaannya, Sarka langsung berlari kencang.

"AWAS!" ujarnya kencang sambil terus melangkah. Begitu sampai, Sarka langsung menyeret anak kecil yang hampir saja tertabrak mobil. Sarka terjatuh dengan tubuh bocah itu yang berada di atasnya.

Mobil itu masih tetap melaju. Sarka menghela napas panjang. Untung saja bocah kecil tersebuh selamat. Sarka merintih pelan karena punggungnya terasa sakit.

Buru-buru Sarka berdiri. "Kamu nggak pa ... Arial? Kamu nggak pa-pa Arial? Ada yang sakit nggak?" Sarka tidak sadar bahwa anak kecil yang ia tolong adalah Arial, bocah berusia kira-kira tiga empat tahunan yang tinggal tepat disamping rumahnya. Sarka pikir siapa tadi.

Bocah dengan pipi gembul tersebut mengangguk pelan, membuat Sarka menghela napas panjang. Untung saja Arial baik-baik saja. Sarka tidak bisa membayangkan jika ia tidak melihat Arial, pasti bocah tersebut  .... Ah, Sarka bahkan malas menyebutnya. Sarka tersenyum tipis dan mengacak puncak kepala Arial.

Sarka memandangi berlalunya mobil tadi seraya merutuk pelan. "Udah tahu ini jalanan kompleks, main kebut-kebutan aja," ucapnya kesal sembari menggelengkan kepalanya. Sarka menoleh ke arah Arial lagi, bocah itu sudah tidak ada disampingnya.

Terlihat Arial yang sedang berlari menuju rumahnya. Awalnya Sarka akan memanggil namanya, tapi ia memutuskan untuk membiarkan saja. Toh Arial pergi ke rumah orang tuanya, bukan ke tempat lain, Sarka sedikit lebih tenang.

Kembali mengambil kemoceng dan sepatu yang tergeletak di jalanan, Sarka pun lantas berjalan menuju rumah dan kembali menemui ibunya di gudang.

"Ini bu kemoceng dan sapunya," ujar Sarka sembari menyerahkan barang-barang pembeliannya barusan.

Maria menerimanya dengan senang hati, lengkap dengan senyuman lebarnya. "Makasih, ada kembaliannya?"

"Eh iya ibu, ada nih." Sarka mengangguk, kemudian ia merogoh saku celananya hendak mengeluarkan uang dari sana, tapi ucapan Maria selanjutnya sukses membuat Sarka menghentikan aktivitas mengambil uang tersebut.

"Nggak usah, buat Sarka aja kembaliannya," kata Maria, membuat Sarka mengerjapkankan matanya.

"Buat Sarka?"

"Iya, buat jajan kamu," tambah ibunya. Sedangkan Sarka mendesah pelan dan kembali berkata.

"Tapi ini sisanya masih banyak loh bu, beneran buat Sarka nih?" tanya Sarka, hanya untuk memastikan saja. Barangkali Maria kelupaan sesuatu, bisa jadi bukan?

Maria kembali mengangguk, lebih mantap lagi, seolah menegaskan bahwa ucapannya tidak main-main. "Ibu beneran, itu buat Sarka."

"Ya udah, kalau gitu makasih bu hehehe ..." Sarka menyengir lebar, menunjukkan sederet giginya yang putih dan tersusun rapi. Sarka kemudian menatap sekelilingnya, gudang di rumahnya ini tidak luas, tapi barang-barang lama menumpuk di sana, membuat ruangan itu terlihat semakin sempit saya. "Sarka mau bantuin ibu bersih-bersih boleh?" tanyanya, menawarkan diri.

Shadow Scent (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang