38. Genting

1.5K 143 5
                                    

"Balikin!"

Jari-jari kuku panjang itu dengan cepat menerobos ke depan, mencekik leher Sarka begitu kencangnya. Perlahan, tubuh Sarka terangkat ke atas. Cowok itu berusaha untuk melepaskan cengkeraman kuat dilehernya ini. Napasnya semakin menipis, tenggorakannya terasa sakit. Dan wajah Sarka semakin memucat. Tidak ada tarikan napas yang keluar masuk lewat lubang hidungnya. Sarka terus meronta, ia menggerakkan tubuhnya sekuat mungkin. Urat-urat lehernya sudah terlihat menyembul keluar. Hingga pada akhirnya, Sarka pun membuka matanya. Yang pertama kali ia lihat adalah sesosok makhluk menyeramkan dihadapannya. Makhluk yang sama, wajah yang hancur dan bola mata yang dua-duanya tidak ada. Juga pakaian berwarna merah itu lagi. Sarka semakin ketakutan.

Makhluk jahat itu menyeringai puas dengan giginya yang tajam, hitam dan merah. Mulutnya terlihat sobek sampai ke telinga. Sarka merasa bahwa dirinya sedang tidak baik-baik saja. Pada akhirnya, sesuatu yang buruk pun terjadi, sosok makhluk itu hendak mencakar wajah Sarka dengan kuku jarinya yang runcing.

"TIDAK!"

Dengan napas yang memburu begitu kencang, Sarka terbangun dari mimpi buruknya. Cowok itu terduduk diatas kasur, keringat dingin membasahi leher dan pelipisnya. Kaos yang sedang ia pakai juga basah oleh keringat. Sarka menatap sekelilingnya, ia berada di kamarnya, bukan tempat gelap dan kosong seperti pada mimpinya.

Berusaha mengatur pernapasannya agar kembali bekerja dengan normal, Sarka pun memejamkan matanya rapat-rapat sembari memegang kepalanya dengan kedua tangannya. Sesaat setelah itu, Sarka mengacak rambutnya. Mimpi itu datang lagi, mimpi yang sangat menyebalkan dan yang paling Sarka takuti. Ia tidak ingin mimpi buruk satu ini datang.

Sarka mendesah panjang, ia menatap langit-langit kamarnya. Saat ini, ia merasa sedikit lebih tenang. Sarka lantas mengambil botol yang berisi air putih, ia segera menenggaknya dengan cepat. Kerongkongannya sangat kering, sekering hatinya Gwen jika Alan tidak ada, membuatnya dengan tidak sabar menghabiskan air dalam botol tersebut.

"Kenapa mimpi buruk itu datang lagi? Bukannya buku itu udah ada di Nadine?" Sarka bergumam lirih. Perlahan, sorot matanya berpindah ke arah jam dinding di kamarnya. Jarum jam menunjukkan angka lima lebih dua belas menit. Sudah terlalu pagi untuk tidur lagi. Membuat Sarka memutuskan memikirkan kejadian tadi.

"Cara Nadine nggak berhasil, meskipun buku itu nggak ada di sini, tapi gue masih bisa mimpi buruk yang serupa," ucapnya lagi kepada dirinya sendiri. Mendesah panjang, Sarka lantas mengubah posisinya menjadi telentang di atas kasur. Bola matanya berpendar, menatap ke atas.

Beberapa detik kemudian, Sarka teringat akan sesuatu. Ia membelalakkan matanya. Membuatnya langsung bangkit dari kasur. Sarka langsung menuju meja belajarnya, ia duduk di kursi sembari mengotak-atik hape yang semalaman ia charger.

"Kalau gue mimpi buruk yang sama lagi, artinya dibuku aneh itu tertulis nama orang lagi." Jantung Sarka berpacu sangat cepat, ia harus menghubungi Nadine sekarang, untuk memastikan apakah hal itu benar-benar terjadi.

Sarka mendial nomor Nadine, ia harap Nadine segera menerima panggilan darinya dan memastikan apakah benar bahwa ada lagi nama seseorang yang tertulis menggunakan darah di buku itu lagi. Dan siapa orang yang akan meninggal kali ini? Sarka semakin merasa gelisah, kakinya terus mengentak kuat di lantai.

Mohon maaf, nomor yang anda hubungi sedang sibuk, coba hubungi beberapa saat lagi.

"Sial!" Sarka mengumpat, ia melempar hapenya ke atas kasurnya. Nadine tidak bisa dihubungi, padahal Sarka ingin memastikan sesuatu yang sangat penting.

Dengan kasar, Sarka berdiri dari duduknya. Ia berjalan mondar-mandir, sesekali mengusap wajahnya. Sarka berharap tidak ada korban lagi kali ini, tapi mengingat kejadian sebelumnya sudah tiga kali terjadi, kemungkinan apa yang Sarka inginkan mustahil untuk ia dapatkan. Hatinya gelisah, siapa gerangan orang yang nyawanya kali ini akan melayang? Sungguh, Sarka tidak kuat lagi menahan semua ini.

Shadow Scent (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang