Seperti apa yang sudah dijanjikan sebelumnya, kini Sarka dan Nadine tengah melangkah menuju tempat di mana Rose berdiam diri. Ya, toilet cowok. Tempat tinggal hantu perempuan tersebut. Edo tentu saja tidak ikut dengan alasan yang sudah bisa dimaklumi oleh Sarka maupun Nadine. Karena tidak mau memaksa, jadilah mereka pergi berdua saja. Lagipula Sarka hanya ingin bertanya kepada Rose tentang kejadian kemarin di rumah Vina. Cuma itu saja, tidak ada hal lain yang perlu dibicarakan selain hal-hal yang memang perlu dibicarakan. Dan Sarka tidak ada niatan berlama-lama di toilet. Selain akan menimbulkan kecurigaan orang lain, Sarka dan Nadine juga memang harus segera balik ke dalam kelas lantaran ada tugas yang harus segera dikerjakan.
Tidak butuh waktu lama, akhirnya mereka sampai juga di rumah Rose. Di depan pintu toilet, Sarka menoleh ke belakang, menatap Nadine sejenak.
"Gue panggil Rose keluar aja kali, ya? Kita bicarain di luar toilet aja. Takutnya kalau gue dan lo sama-sama masuk, terus ada yang lihat kita bakal terjadi kesalahpahaman," kata Sarka kepada Nadine, yang langsung disetujui oleh cewek itu.
Mengangguk pelan, Nadine berujar cepat. "Iya, lebih baik emang kayak gitu."
"Oke, gue masuk dulu dan nyuruh Rose buat keluar." Setelah berkata maksud tujuannya, Sarka pun lantas dengan segera melangkah ke depan, membuka pintu toilet, lalu masuk ke dalam.
Setelah berada di dalam, Sarka mendapati toilet yang terasa kosong dan lembab. Sarka tidak menjumpai keberadaan Rose di sini. Atau mungkin hantu perempuan itu sengaja tidak menunjukkan wujudnya? Entahlah ... Sarka tidak tahu.
Menatap sekelilingnya, Sarka masih belum merasakan tanda-tanda kehadiran Rose. Hal itu membuatnya mendesah pendek.
Tak mau hanya diam dan menunggu saja, Sarka akhirnya memilih untuk berseru, memanggil nama hantu perempuan yang sekarang entah berada di mana posisinya.
"Rose!" panggil Sarka. Ia diam setelah itu, menunggu tanda-tanda kemunculan teman hantunya itu. Tapi tidak ada apapun. Di dalam sini terasa hening dan pengap. Juga pencahayaan yang remang-remang.
"Rose, kamu di mana? Aku di sini mau ngomong sama kamu." Sarka berusaha sekali lagi. Ia berbicara lebih panjang. "Rose? Ayolah muncul, ini penting. Ada yang pengin aku tanyain sama kamu."
Masih saja belum ada jawaban, membuat Sarka mendecakkan lidahnya. "Dia kemana?" bisiknya lirih. Lelah sendiri, akhirnya Sarka memutuskan beranjak dari toilet. Ia keluar lagi, menemui Nadine yang sedang menunggu di depan toilet.
Sarka memperhatikan wajah Nadine. Lalu kepalanya pun menggeleng. "Nggak ada Rose di dalam. Udah gue panggil beberapa kali tapi dia tetep nggak jawab. Mungkin lagi pergi."
"Kalau enggak ada, terus pergi ke mana dia?" tanya Nadine sembari menoleh ke kanan dan ke kiri.
Mengendikkan bahunya, Sarka berkata singkat. "Gue juga nggak tau. Kita balik ke kelas aja kalo gitu, nanti ke sini lagi. Siapa tahu Rose bakal ada pas kita balik lagi ke sini."
"Yuk lah!" Nadine langsung setuju. Sarka pun mengangguk, tapi dari arah depan tiba-tiba mereka berdua melihat Rose yang sedang melayang ke arah Nadine dan Sarka.
"Lah itu dia balik," kata Nadine kepada Sarka seraya menunjuk sosok yang sedari tadi sedang dicari dan ditunggu-tunggu keberadaannya.
"Dari mana dia?" Sarka menyambung.
Kedua remaja tersebut berhenti melangkah untuk menunggu Rose. Setelah keberadaannya berada tepat di depan Sarka dan Nadine, Rose merasa bingung sendiri. Ia menatap kedua temannya itu dengan sorot mata ingin tahu.
"Kalian berdua kok di sini?" Rose memulai pembicaraan sambil menunjuk Nadine dan Sarka. "Lagi nyari saya?" Jadi telunjuknya yang panjang kemudian menunjuk dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow Scent (END)
Teen FictionSarka tidak tahu ada apa dengan dirinya. Semenjak mendapatkan donor mata dari orang lain, ia merasa keanehan mulai datang satu persatu kepadanya. Seperti bisa melihat makhluk tak kasat mata, diserang mimpi buruk sepanjang malam hingga membuatnya ter...