"Woi Aya, bangun!"
"Apa sih Rayya?!"
"Bangun ih, Ay. Temenin gua ke club dong malam ini. Lu gak pernah mau ikut nih. Club itu asik tau, lu harus deh dateng sekali," Ujar Rayya, sahabat Aya.
"Gak ah. Dosa," ucap Aya dengan mata setengah terbuka.
"Aya, ayolah. Ada Haykal lho," bujuk Rayya dengan sedikit sinis diakhir kata.
Entah setan apa, gadis berpakaian hello kitty itu langsung terbangun dari berbaringnya. "HAYKAL!?"
"Nggak!" Ketus Ray. Dia sebenarnya tidak suka memberitahu ini. Namun, apaboleh buat, hal itu lah yang dapat membuat semangat Aya untuk pergi ke club. Karena biasanya malam Minggu pasti geng Haykal ada disana.
"Ih serius," cemberut Aya dengan muka melasnya.
"Iyaa ih, dia ada disana!"
"Karena ada Haykal. Gua mau deh. Bentar mau mandi dulu!" Teriak Aya dengan raut bahagianya.
"Lebay. Coming babe coming babe. Babi kali," nyinyir Ray dengan raut wajah bisa dibilang 'sad girl'. Namun setelah itu dia tersenyum simpul. "Gw seneng liat lu seneng kayak gini," Dia tau bahwa sahabatnya ini suka merasa sedih dan selalu kesepian. Dan hal itu yang membuat dirinya kadang suka kesal dengan sikap Aya yang kadang pendiam dan kadang pecicilan.
Karena dia sahabat yang baik, jadi dia bawa Aya ke club malam saja.
HEHEHE.
***
"BIBI! AYA PERGI YA SAMA RAYYA! KALAU MAMA NELFON, BILANG AYA UDAH TIDUR AJA!" teriak Aya menggelegar di penjuru rumah yang tak terlalu besar, tapi terlihat megah.
Seorang wanita berumur sudah matang itu berlari ke arah depan. Tepat dimana dua orang gadis sudah berpakaian cantik. "Non,"
"Iya, bi?"
"Non, mau kemana? Ibu nanti telpon gimana? Bibi takut nanti non dimarahin," wajah wanita yang selalu menemani Aya itu terlihat pucat.
"Kabarin nyokap lu aja. Bilang aja lu di rumah gua," Rayya memoleskan lipstick berwarna soft di bibir sexy-nya itu.
Aya memberi senyum pada Bi Ayu. "Bilang aja Aya udah tidur karena kecapekan. Soalnya kemarin Aya bilang Mama ada ujian mendadak minggu ini,"
Tak dipungkiri Aya pun takut jika kedua orang tuanya mengetahui keberadaannya yang pergi ke tempat terlarang. Apalagi usianya yang belum cukup umur.
Tetapi, apapun masalahnya, dia harus ketemu cowok yang dia idamkan itu. Malam ini dia harus bisa mengungkapkan perasaannya pada cowok itu.
"Non, hati-hati ya. Pulangnya jangan malam. Bibi bisa bohong sama ibu, tapi bibi gak tau khawatir kalo non pergi," lirih Bi Ayu.
Aya memanyunkan bibirnya, lalu berlari memeluk bi Ayu. Wanita yang selalu menemaninya disaat kedua orang tuanya tak memikirkannya. "Aya udah besar, bi. Aya udah bisa jaga diri,"
"Tetep aja atuh non tuh kayak non Aya yang masih kecil. Ibu sama bapak aja gak pernah nganggep non itu udah umur 16 tahun. Makanya pas tadi bibi denger non mau pergi jam segini, bibi teh takut,"
"Santai aja bi. Si buaya putih satu ini bareng Rayya," Rayya memberi jempolnya.
"Ih non Rayya juga kayak masih anak kecil untuk bibi. Intinya kalian tuh masih anak-anak yang sering main sepeda di garasi. Sampai dimarahin bapak gara-gara tabrak mobil kesayangan bapak,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Disappointed.
Teen FictionAku kecewa terhadap diriku. Aku kecewa terhadap logika otakku. Aku kecewa kepada semua yang ada dalam diriku. Aku kecewa karena hanya memikirkan diriku saja. Kesalahan terbesarku membuatku menjadi membenci diriku sendiri. Musuh terbesarku adalah aku...