Lima orang remaja dengan empat orang laki-laki dan satu orang gadis di dalamnya. Mereka berlima berada di dalam mobil yang terparkir di depan halte bus. Tempat pertemuan mereka.
Perhatian mereka berlima teralihkan ke arah arah sosok laki-laki yang mengetuk jendela mobil.
Tok tok tok!
Naufal membuka pintu mobilnya.
Sosok laki-laki tersebut masuk ke dalam jok tengah. Duduk tepat di tengah dua orang laki-laki yang mengapitnya.
"Ngapain?" tanya Doni pada lima orang yang hanya menatapnya.
"Lo Doni?"
Cowok itu mengangguk.
"Lo mantan barista di club malam?"
Cowok itu kembali mengangguk.
"Lo masih inget sembilan bulan lalu?"
"Hah?"
"Nggak usah hah heh huh heh hoh," kesal Kenan dari belakang.
"Lo inget gak sama kita?" tanya Maliq menepuk pundak Doni.
"Nggak,"
"Anjing!" Ryan dari samping mendorong bahu Doni.
"Nggak usah bercanda! Lagi serius!" Rayya memberi pelototannya pada tiga cowok yang tak pernah bisa diajak serius.
"Lo inget sama kejadian pas lo kasih Haykal minuman?" Kali ini Naufal yang bertanya. Cowok yang sedang duduk di balik stir mobil.
Cukup lama Doni berpikir, sampai akhirnya dia mengangguk, "Inget. Emang kenapa?"
"Itu emang beneran dari bos lo?"
Doni terdiam. Bayangan pikirannya memutar pada seorang gadis yang menyuruhnya memasukan obat yang bahkan gadis itu tak tau. "Nggak,"
Mereka semua terkejut. Berarti dugaan mereka benar.
"Siapa yang kasih?" tanya Rayya.
"Gua gak kenal dia siapa, tapi dia cewek yang menurut gua gak cocok banget masuk ke tempat kayak gitu," jawab Doni.
"Terus?"
"Dia pesan segelas vodka terus suruh gua masukin obat untuk nambah nafsu. Itu yang gua baca,"
Sungguh mereka semua tak menyangka mendengar kenyataan yang terlontar dari mulut Doni.
"Obat nambah nafsu?" gumam Rayya menutup mulutnya. Tidak mungkin Aya seperti itu.
"Iya, katanya dia beli ke apotik terus dikasih itu. Lo semua harus tau, dia tuh antara bodoh atau terlalu polos. Dia bilang ke tukang apotiknya kalo dia minta obat yang bisa buat dia leluasa ungkapin cinta dia," decak Doni.
"Terus dikasih obat perangsang?" tanya Ryan.
"Iya,"
Rayya membulatkan matanya. Seketika dia teringat saat Aya menyuruhnya untuk berhenti di sebuah apotik. "GUA TAU PENJUAL APOTIKNYA DIMANA!!"
"Ogeb kaget!"
"Cepet jalan!!" Rayya memukul-mukul Naufal agar cepat menjalankan mobilnya.
"Gua ikut?" tanya Doni dengan tampang polosnya.
"IKUT!"
"Lo masih ada urusan sama kita!"
Doni mendengus mendapat kilatan tajam dari mereka semua, "Tai!"
***
Brak brak brak!
"Bisa santai gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Disappointed.
Teen FictionAku kecewa terhadap diriku. Aku kecewa terhadap logika otakku. Aku kecewa kepada semua yang ada dalam diriku. Aku kecewa karena hanya memikirkan diriku saja. Kesalahan terbesarku membuatku menjadi membenci diriku sendiri. Musuh terbesarku adalah aku...