17. SAYANG

10K 587 9
                                    

"Aku pengen sekolah lagi,"

Sudah sekian kalinya Haykal mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Aya. Penat sekali memberitahu wanita keras kepala seperti Aya.

"Ih jangan diem aja dong," Aya menarik-narik ujung kaos hitam yang Haykal kenakan. "Aku mau sekolah lagi. Udah bosen nih,"

"Di rumah gede kayak gini aku bisa bosen juga tau. Sebenarnya sih enggak, tapi ya aku gabut aja. Tapi kamu tau gak sih, sebenarnya mbak-mbak di sini tuh asik-asik juga. Aku jadi kangen Bi Ayu," cemberut Aya mengingat bibi kesayangannya yang di rumah. Pasti bibi tidak ada teman.

"Eh bentar! Kan tadi topiknya tentang aku pengen sekolah lagi. Kak Haykal, aku mau sekolah ya besok. Lagian kan beberapa minggu lagi pasti kamu udah gak izinin lagi," lanjutnya memberi puppy eyes.

Sayangnya, Haykal tak melihat tatapan yang Aya berikan. Cowok itu sibuk pada laptop di depannya.

Brak!

"Au ah aku capek! Nggak kamu izinin aku pergi juga wlek!" Aya turun dari sofa. Dia manusia punya batas kesabaran kali.

"Besok gua kunci pintu kamar."

Langkah Aya terhenti, membalikan tubuhnya, menatap kesal cowok yang masih fokus pada laptop. "Aku bisa turun lewat balkon,"

"Pintu balkon gua kunci juga. Semua pintu yang ada di kamar ini gua kunci. Gua kurung lu." balas Haykal.

"HUWAAA!!"

Haykal menegakan kepalanya. Matanya mengerjap melihat Aya yang sudah merengek tak jelas di lantai. Sudah seperti seorang anak perempuan yang tidak dibelikan es krim oleh sang ayah.

"AKU MAU LAPOR MAMA KALO KAMU NAKAL!" pekik Aya.

"Lapor aja. Mama juga setuju kali."

Aya menghapus kasar air matanya, dia berdiri, kemudian berlari ke arah tempat Syena berada. Yang ada di otaknya satu, mengadu pada mama mertuanya.

Haykal menghela nafasnya. "Mimpi apa gua bisa nikahin anak bocah."

***

"Mama!"

Syena mengalihkan tatapannya mendengar pekikan dari arah pintu yang menghubungkan taman dan rumah. "Sebentar ya," ucapnya pada tukang kebun di depannya.

"Iya nyonya,"

Wanita berumur kisaran 45 tahun mendapat pelukan cepat dari Aya. Tangannya mengusap lembut punggung Aya yang bergetar. "Kenapa sayang?"

"Kak Haykal jahat,"

"Jahat?" Syena mengurai pelukan erat Aya. Dia mengusap wajah cantik dan begitu polos. Bibirnya menyungging ke atas. Rasanya Ia seperti memiliki seorang putri kecil.

"Haykal kenapa? Dia marahin kamu?" tanyanya dijawab gelengan.

"Selingkuh?"

Dengan keras Aya menggelang.

"Terus apa?"

"Dia gak izinin Aya sekolah," Tangis Aya kembali pecah.

Disappointed.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang