2. KENALAN

18.9K 822 10
                                    

Dumelan dari Aya sejak tadi membuat Rayya benar-benar kesal. Bayangkan, sejak mereka memasuki ruangan yang bising akan musik-musik. Perempuan itu terus berdumel.

"AYA! DIEM LU IH!" kesal Rayya.

Aya mengerucutkan bibirnya, "Ini berisik banget tau! Terus kita gak ketemu sama kak Haykal dari tadi,"

"Ya sabar monyet!," ketus Rayya. "Sini ikut gua," Rayya menarik tangan Aya ke arah pojok ruangan yang jauh dari keramaian.

"Rayya pelan-pelan kenapa sih!?? Sakit tau!!" Ringisnya.

"Katanya lo mau cepet!"

"Ya, tapi bisa gak sih pelan-pelan aja! Tangan gua sakit tau. Lo gak lihat apa, itu bentar lagi merah. Emang lu mau beliin gua ob—," perkataan Aya terpotong saat mereka sudah sampai di perkumpulan cowok-cowok tampan.

Bukan. Bukan itu yang membuat Aya berhenti mengoceh. Tapi, ada seorang perempuan yang sedang duduk manja di sebelah pujaannya.

"Gitu doang lo. Itu bitch dongo!"

"Tapi—,"

"Seh, udah dateng aja lo! Eh sama siapa tuh?" ujar salah satu cowok tampan yang Aya ketahui bernama Maliq.

"Gak usah ganggu temen gua! Ini Aya!" ketus Rayya.

"Santai napa," Maliq menoleh ke arah seorang gadis yang terlihat malu-malu. "Hai neng Aya. Itu ada abang Naufal,"

Naufal yang namanya dipanggil memberi tatapan tajamnya. Kurang ajar sekali Maliq!

"Widih bosku! Siapa ini??" ujar seseorang yang baru saja tiba menghampiri mereka. "Eh bebeb Rayya. Gimana kabarnya?"

"Bang Ryan!! Lihat noh temen lu gangguin gua!" adu Rayya kepada sepupunya yang sejak tadi meminum minuman alkohol, tak tau sudah habis berapa gelas. Dan ya jangan lupakan perempuan yang Rayya akui sebagai wanita penghibur.

"Ganggu aja," Ucap Ryan santai.

"HAHAHA OKE!" terdengar gelak tawa Maliq dan Kenan.

"Bangsat!" umpat Rayya. Dia menoleh ke sampingnya. Melihat Aya yang hanya diam, astaga di melupakan temannya. "Ay, maap ya,"

"Perempuannya kok gak pergi-pergi sih," rengek Aya melihat wanita penghibur yang masih berada di samping pujaannya.

Haykal Jevan Keandra. Itulah lelaki yang memikat hatinya dari pertama Ia menginjakan kakinya di SMA GARUDA. Lelaki berparas tampan yang sangat diidam-idamkan kaum hawa di sekolahnya karena tampan dan keluarga yang kaya tujuh turunan.

Lelaki yang memiliki sifat seperti kutub utara. Untuk berbicara saja laki-laki itu sangat datar. Lihatlah, wajahnya tak pernah tersenyum. Tapi, kata kakak kelasnya sekalinya cowok itu tersenyum benar-benar membuat satu sekolah heboh.

Tunggu, jangan lupakan temannya yang lain. Naufal, laki-laki yang Aya ketahui bahwa cowok itu menyukainya. Tapi, dia tidak tau itu benar apa tidak. Jujur, Naufal sangat tampan, tapi lebih tampanan pujaan hatinya. Naufal memiliki bibir yang sangat sexy. Shit!

Ryan, nah kalau cowok satu ini dulu sering Ia temui. Dia adalah sepupu dari sahabatnya. Dulu sempat Ia dibuat kagum oleh wajahnya yang mulus sekali. Oleh karena itu, dia disuruh Rayya sekolah di SMA Garuda agar mengetahui bahwa ada yang lebih tampan dari Ryan.

Maliq, laki-laki ini terkenal bandal dan sering bolos. Katanya sih langganan kena hukuman. Tapi, serius ketampanannya mengubah segalanya. Walau lelaki itu bandal, tapi banyak kaum hawa yang berdecak melihat wajahnya. Apalagi kulitnya yang sawo matang. Akh manis sekali!

Satu lagi, Kenan. Lelaki itu sebelas dua belas dari Maliq. Bentar, jangan lupakan giginya yang terbungkus behel. Serius, manis sekali. Jika tersenyum membuat semua orang diabetes.

Haykal dan Naufal yang memang rajin dan pintar. Tapi, Ryan, Maliq, dan Kenan adalah tiga laki-laki yang langganan kena hukuman.

"Bengong aja nih neng," ucapan Kenan membuyarkan lamunan Aya.

"Eh, ng—"

"Mikirin jorok kan lu!? Makanya jangan sering-sering nonton film bo— akhh sakit tolol!," Rayya melototkan matanya saat lengannya diberi cubitan begitu saja.

"Jangan malu-maluin ih," bisik Aya.

"Ay, itu Naufal nyariin loh," ejek Ryan ke arah Naufal yang sedari tadi sok sibuk.

"ABANG NAUFAL! AYA BUAT GUA YA!" teriak Maliq.

"Mati lo!" Naufal sudah berdiri dari duduknya. Ingin memberi bogeman mentah.

"Sans bang," Maliq hanya cengengesan. Pandangannya beralih pada bosnya yang sedari tadi hanya memainkan ponsel, membiarkan cewek murahan di sampingnya bergelayut manja.

"Woi, pergi lo sana!" usirnya sambil memberi lima lembar uang seratusan. Dari mana? Ya tentu dari dompet Haykal.

"Gini kek. Makasih, panggil lagi ya kalau mau dimanja," genit wanita itu sambil mencolek dagu Haykal.

Haykal menggeram. Membuat mereka yang melihatnya tertawa terbahak-bahak. Kecuali Aya, sejak tadi Ia ingin menjabak rambut wanita penghibur itu.

"Ah pengen lah gua. Ada yang bawa duit gak?" tanya Kenan.

"Pengen apa?" itu terlontar dari mulut Aya membuat mereka menoleh. Aya merutuki mulutnya yang selalu ingin tau. "Maaf," cicitnya malu.

"Aduh dedek Aya jangan cemburu. Sini sama abang Kenan," Kenan ingin menghampiri Aya tapi pinjakan pada kakinya membuatnya meringis.

"Mati atau diem!"

"I-iya ampun bang," Kenan memberi tanda peace pada Naufal.

Tatapan mereka teralih ke arah Haykal yang sudah berdiri dari duduknya. Lalu berjalan meninggalkan tempat duduk.

Aya dibuat gemetaran saat matanya tak sengaja bertubrukan langsung oleh mata tajam itu.

"WOI MAU KEMANA LU!?"

"Toilet."

Suara bariton dan berat itu membuat jantung Aya memompa begitu cepat. Ada apa dengan dirinya? Kenapa Haykal sangat berpengaruh untuk hidupnya? Rasa ini semakin membuatnya yakin dengan apa yang ingin Ia lakukan.

"Misi. Aku izin ke toilet ya," pamit Aya yang sudah berdiri dari duduknya.

"Eh, mau ngapain lo?" tanya Rayya yang sejak tadi bermain ponsel.

Melihat tatapan Rayya membuat Aya menggelengkan kepalanya, "Kebelet,"

"Mau dianter?"

Aya mengadahkan kepalanya ke arah Naufal. Dia memberi senyumnya, "Nggak kak. Makasih,"

"Tau dimana gak?"

"Ng—,"

"Lurus terus entar ada lampu LED bentuknya daun gitu. Jangan mau dianter sama Naufal, entar dia khilaf," celetuk Maliq.

"Iya, jangan mau ya," kali ini Kenan yang nyahut.

Aya hanya menyunggingkan senyumnya dan mengangguk. "Terima kasih kak," dia berjalan mengikuti apa yang tadi kakak kelasnya ucapkan.

Naufal yang mendengar itu langsung menendang Maliq dan Kenan, "Bangsat lo berdua!"

"Ya, kan kita baik bang,"

"Tau sih,"

***

VOTE AND KOMEN BABY

Disappointed.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang