"Kak. Kakak mau anaknya cewek apa cowok?" tanya Aya menyandarkan kepala di dada bidang Haykal.
Sekarang mereka sedang ada di kamar. Tadi mereka baru saja control ke rumah sakit. Dan tentu, janinnya sehat.
"Apa aja. Yang penting sehat." jawab Haykal masih fokus ke macbooknya. Hari ini dia benar-benar dibuat pusing oleh tugas kantor dan tugas sekolah.
"Ya sih. Tapi, aku pengen cowok. Kalo cewek juga gakpapa. Tapi, kalo cowok juga enak hehe. Bisa jagain aku,"
Haykal hanya manggut-manggut mendengar ucapan Aya.
"Kamu mau nya apa?" tanya Aya merasa belum puas dengan jawaban Haykal.
"Apa aja Aya."
"Ih tapi kamu beneran mau apa?"
Haykal memutar bola matanya malas. Begitu memaksa, "Mau cewek."
Aya mengulas senyumnya, "Kenapa mau cewek? Tadi aku mau cowok karena bisa bisa jagain aku. Kalo kamu kenapa mau cewek?"
"Biar lucu kayak lo." Dan gua gak punya saingan ganteng.
Aya sudah tersenyum salah tingkah, "Kamu gembel!"
Haykal bergidik tak suka, "Lo yang gembel!"
Aya tak mendengarnya. Dia meletakan dagunya di dada Haykal dengan kepala yang sengaja tadahkan agar bisa menatap Haykal jelas. "Tapi pasti nanti kamu lebih sayang baby girl nya daripada aku,"
"Emang gua sayang lo?"
Jleb!
Hati Aya terasa tersentil mendengarnya. Benar, bukankah Haykal tak sayang padanya? Untuk apa dia mengungkapkan kalimat tersebut.
Aya tersenyum manis, "Tapi aku yakin kamu bakal sayang sama aku," yakinnya. Kalimat yang dia ucapkan hanya untuk menyemangatkan dirinya saja. Karena Haykal tak mungkin akan mencintai seorang penjahat sepertinya.
'Aku butuh Rayya. Aku pengen nangis di sana,'
***
"Kak, berangkat gih. Tia udah tunggu di luar," ucap Syena.
"Nggak bisa."
Syena mengangkat kepalanya, "Kenapa?"
"Haykal gak mau."
Mendengar jawaban Haykal membuat Aya dan Zavier diam-diam tersenyum. Ternyata perkataan Aya saat itu didengarkan oleh Haykal.
Syena ingin protes, tapi tangannya digenggam oleh Zavier. "Udah. Jangan dipaksa,"
Syena bangkit dari duduknya. Ia ingin keluar memberitahu Tia, "Tia. Maaf ya sayang. Haykal gak bisa nganterin kamu hari ini,"
Tia yang mendengar itu merasa kecewa. Tetapi dia tetap memberi senyumnya. "Nggak apa-apa kok bu. Tia juga udah dijemput teman. Tia pamit ya bu," pamit Tia mencium punggung tangan Syena dan berlalu.
"HATI-HATI YA!" teriak Syena. Dia kembali masuk ke dalam.
Bertepatan dengan itu, Haykal berdiri dari duduknya, "Haykal pergi."
Aya ikut berdiri dari duduknya, "Ma, pa. Aya keluar sebentar ya," izinnya berjalan mengejar Haykal yang sudah bersiap-siap ingin menjalankan motornya.
"Kak!"
"Makasih ya udah tolak ajakan Tia," ujarnya senyam-senyum tak jelas.
Haykal tak menjawab.
Aya mencebikan bibirnya, "Gak ada cium-ciuman apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Disappointed.
Teen FictionAku kecewa terhadap diriku. Aku kecewa terhadap logika otakku. Aku kecewa kepada semua yang ada dalam diriku. Aku kecewa karena hanya memikirkan diriku saja. Kesalahan terbesarku membuatku menjadi membenci diriku sendiri. Musuh terbesarku adalah aku...