Flashback on,
"AYA LO MERHATIIN GUA GAK SIH!?" teriak Rayya membuat gadis di depannya terkejut.
"Eh? Apa sih Ray!?" Aya mengelus dadanya. Untung dia tidak memiliki penyakit jantung.
"Elu kenapa bengong mulu sih? Mikirin Haykal hah!?"
Gadis dengan rambut yang dikuncir kuda itu menggeleng cepat membuat rambutnya ikut terontang-anting.
Rayya memicingkan matanya. "Kata mami gua, kalo bohong, nanti jodohnya om-om,"
Mata indah Aya langsung membulat sempurna. "Gak mau!" pekiknya menarik-narik lengan Rayya.
Tawa Rayya pecah. "Aduh sakit perut gua,"
"Kenapa ketawa?"
"Aduh aduh," Demi apapun juga, Rayya tidak bisa berhenti tertawa.
"Lu bohongin gua ya?" tanya Aya menyipitkan matanya.
Perempuan yang sedari tadi tertawa di keheningan koridor kelas sepuluh, seketika berhenti. "Heh ogeb! Gua mana bohong. Emang bener kok," alibinya.
Tatapan curiga dari Aya membuatnya kesal. "Udah ah ini cepet kerjain! Gara-gara lu nih kita jadi ngerjain di luar! Dasar sayton!"ketusnya berusaha mengalihkan pembicaraan yang sangat tidak berfaedah.
"Ya udah sih, bentar lagi bel kok. Santai aja,"
Rayya menatap Aya yang malah bersandar di dinding sembari memainkan ponsel. "MONYET!"
"Ayo kerjainlah. Gua mau membanggakan kedua orang tua,"
"Orang tua gua gak peduliin gua, jadi gak usah dibanggain,"
Rayya menelan salivanya susah payah. Keceplosan mulutnya ini. "Jodohku dimana dirimu, aku rindu, aku ingin bertemu," nyanyinya asal.
"Jodohku sih berada di kelas XII MIPA-1," sahut Aya.
"Halu lu nyet!"
Mata Aya melotot mendapat toyoran begitu saja. "Nyemot lu! Kepala gua pake disleding,"
Krik krik krik
"Gak lucu babi," balas Rayya menampilkan tampang datarnya.
"Apa sih!? Gak ngelawak juga," dengus Aya cemberut.
Kring kring kring
Senyumnya terbit saat bel kemenangan sudah berbunyi. "YEY ISTIRAHAT!" teriaknya sudah seperti anak kecil yang mendapat gulali.
"Bocah!"
Aya tidak mempedulikan segala umpatan yang keluar dari mulut Rayya.
Saat mereka ingin berjalan ke arah kantin, tiba-tiba ada suara yang memanggil. Suara yang membuat dunia mereka terasa runtuh.
"Heh kalian berdua! Main kabur-kabur aja! Mana sini tugasnya!?"
"Mampus! Noh kan," Rayya menatap Aya geram. Ini semua salah sahabat bodohnya ini.
"Eh auw...auw," ringis mereka berdua saat telinga cantik mereka dijewer oleh wanita bertumbuh gempal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Disappointed.
Teen FictionAku kecewa terhadap diriku. Aku kecewa terhadap logika otakku. Aku kecewa kepada semua yang ada dalam diriku. Aku kecewa karena hanya memikirkan diriku saja. Kesalahan terbesarku membuatku menjadi membenci diriku sendiri. Musuh terbesarku adalah aku...