Syena yang ingin ke dapur menghentikkan langkahnya saat mendengar isakan. Siapa itu? Syena kaget saat melihat Aya dengan posisi terduduk di lantai.
"Kamu kenapa, sayang?" tanya Syena membantu Aya berdiri dan duduk di sofa.
Aya tidak menjawab perkataan Syena. Ia langsung memeluk Syena.
Syena terkejut. Tapi, setelah itu Ia membawa tubuh Aya ke dalam pelukannya. "Kenapa sayang? Kamu bisa cerita sama mama," Syena mengelus rambut lurus Aya. Sejak dulu Syena ingin sekali memilik anak perempuan, dengan keberadaan Aya membuatnya seperti merasakan putri yang Ia tunggu-tunggu.
"Ma. Mama pernah salah paham sama papa?" tanya Aya yang masih berada dipelukkan Syena. Ia kangen mamanya. Tapi, Aya yakin mamanya sedang sibuk.
Syena sudah paham, "Pernah. Gak mungkin gak pernah. Setiap hubungan pasti ada yang namanya masalah. Apalagi kalo udah nikah, harus mikir mateng-mateng. Karena nikah itu sudah harus percaya satu sama lain. Dan kalo nikah itu berarti sudah serius dan gak boleh main-main,"
Aya menganggukkan kepalanya. "Kalo ada yang ngeganjel di hati kamu, jangan gengsi untuk bertanya dan meminta maaf kepada pasangan kamu. Jujur. Jujur itu yang paling penting di dalam sebuah hubungan. Walau mereka terlihat harmonis tapi kalo gak jujur, ya pasti salah satu dari mereka kayak merasa ada yang ganjel," lanjut Syena.
Aya mengangguk. Air matanya semakin mengalir deras. Setelah Ia mengungkapkan isi hatinya, Haykal langsung berlari pergi meninggalkannya. Apa dia salah?
"Makasih ma. Aya udah legaan. Yaudah ya ma, Aya izin ke atas,"
Syena tersenyum, "Kalo ada masalah jangan dipendem disini. Tapi, diungkapkan pake cara kamu sendiri. Karena sekuat apapun orang itu, hati manusia tidak sekuat besi. Dan jangan terlalu banyak pikiran, nanti kasian babynya,"
Aya yang mendengar itu tersenyum dan mengangguk. Dia akan meluruskan masalahnya dengan Haykal.
***
Dengan gugup Aya membuka pintu yang ada di depannya ini. Pertama kali yang Ia lihat adalah kosong. Tapi, pintu balkon terbuka. Pasti Haykal disana.
Aya berjalan pelan ke arah balkon. Dan ya benar, lelaki itu sedang berdiri dibalkon. Sekali sentakan Ia memeluk tubuh tegap itu dari belakang.
"Maaf,"
Haykal hanya diam saja.
Aya memaksakan tubuh Haykal untuk berbalik. Walau susah, tapi akhirnya laki-laki itu kini di depannya.
Memberinya tatapan datar, tapi itu tidak membuat nyalinya menciut.
Jemari lentiknya memegang kedua rahang tegas Haykal. Dan sekarang tatapan mereka bertemu. "Maaf,"
"Maaf karena udah salah paham samu kamu. Maaf karena gak percaya sama kamu. Maaf karena lebih percaya foto itu dari pada kamu. Maaf karena udah buat kamu kecewa. Maaf karena aku larang kamu untuk temenan lagi sama dia,"
Haykal hanya menatap mata sembab Aya yang sudah mengalir air mata lagi. Jari besarnya menghapus air mata yang terus-terusan mengalir di pipi tembab ini.
Kemudian kepalanya sedikit maju dan mengecup kedua kelopak mata Aya. Hatinya terasa teriris melihat air mata yang terus mengalir di wajah imut ini.
Cup
Cup
"Itu hak lo untuk marah dan larang gua deketan sama dia. Karena lo istri gua."
Aya berjinjit dan melingkarkan lengannya di leher Haykal. Meletakan kepalanya di ceruk leher Haykal yang memiliki aroma maskulin. "Maafin aku,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Disappointed.
Teen FictionAku kecewa terhadap diriku. Aku kecewa terhadap logika otakku. Aku kecewa kepada semua yang ada dalam diriku. Aku kecewa karena hanya memikirkan diriku saja. Kesalahan terbesarku membuatku menjadi membenci diriku sendiri. Musuh terbesarku adalah aku...