10. PELUK DAN SAKIT

12.3K 603 4
                                    

"Huek..Aduh sakit banget.. Huek—," Keluh Aya namun setelah itu Ia merasakan ada yang memijit tengkuknya dan hal itu membuat dia merasa lebih baikkan. Setelah Ia membersihkan bibirnya di wastafel, Ia langsung melihat ke belakang dan OH GOD! ia tidak menyangka.

"Kak, kakak ngapain disini?!" paniknya. Oh please guys! Ini di toilet perempuan. Dia takut nanti para siswi yang masuk memikirkan hal yang aneh-aneh.

Haykal tidak menjawab pertanyaan Aya melainkan bertanya balik, "Udah baikan?"

Aya yang mendengar pertanyaan itu sudah tidak bisa menahan senyuman dan sudah dapat dipastikan pipinya memerah. Walaupun dia tahu Haykal menanyakan itu karena mengkhawatirkan bayi yang ada di dalam perutnya. 'Iyalah lo siapanya sih, Ay,'

"Udah baikan kok kak. Makasih Kak," ucap Aya malu-malu dan langsung memeluk Haykal. Haykal yang mendapat pelukan mendadak itu terkejut. Bukan hanya Haykal saja, Aya juga tersentak dengan apa yang dia lakukan. Itu refleks.

"Eh maaf kak. Aku gak maksud," ujarnya terbata-bata. Ia sebenarnya merasa kecewa Haykal tidak membalas pelukkannya. Namun saat dia memeluk Haykal, dia merasa mendapat energi kembali.

Haykal langsung keluar dari toilet, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. "Apa Kak Haykal marah ya?" Lirih Aya pelan.

D mia mengelus perutnya yang masih rata itu, "Papa kamu unch banget deh, mama suka hehe. Kamu yang sehat ya di dalam, mama sayang kamu," lalu Aya ikut keluar dari toilet.

Sejak tadi mereka tidak menyadari bahwa ada  yang melihat kejadian mereka dari awal hingga akhir, "Emang udah saatnya gua lepas lo, Ay." gumam Naufal.

***

"Ih, ngapain lo senyam-senyum. Abis ngapain lo?? Hayoo," tanya Rayya yang melihat sahabatnya itu senyam-senyum seperti orang gila.

"Kepo dehh," goda Aya yang langsung mendapatkan pelototan dari Rayya.

"Jahat lo sama gua!"

"Canda Rayyaku sayang," Aya yang melihat sahabatnya itu merajuk, semakin ingin menggoda sahabatnya itu. Namun, seketika Ia teringat tentang di kantin, "Ray, lo gak marah kan sama gua? Maaf ya, gua gak tau dia bakal megang tangan gua. Kalo lo mau marah sama gua gak papa kok," gumam Aya, nada bersalah. Dia tidak bodoh, dia tau selama ini sahabatnya itu mempunya perasaan lebih ke Naufal.

"Gakpapa kok. Santai aja kali," Rayya tersenyum, untuk menenangkan Aya yang kalau merasa bersalah sangatlah berlebihan.

"Aunty Rayya, jangan sedih ya. Debay sayang aunty," ucap Aya dengan suara anak kecil sambil mengelus perutnya. Aya ingin menghibur Rayya. Dia tau sahabatnya kuat, tapi hati manusia bukan terbuat dari besi, bukan?

Rayya yang mendengarnya tertawa dan ikut mengelus perut Aya. "Hmm aunty udah gak sedih lagi kok," ujar Rayya lembut sambil tersenyum. Setelah itu mereka berdua tertawa. Tanpa mempedulikan tatapan aneh dari temen sekelas mereka.

***

"Ray, lo pulang bareng siapa?" Tanya Aya ke Rayya yang sedang membereskan barang-barangnya.

"Kayaknya gua dijemput nyokap deh. Lo?" Jawab Rayya dan bertanya balik kepada Aya.

"Hmm ojol, maybe," lesunya. Ia ingin seperti Rayya yang dijemput mamanya. Namun apa boleh buat, mamanya sangat sibuk.

Rayya yang mengerti dari raut Aya yang lesu, langsung menarik tangan Aya menuju parkiran. "Ayolah ke parkiran. Lo ikut gua balik aja ya,"

Rayya melanjutkan kalimatnya saat melihat Aya ingin menolak, "Gua gak mau lo sama bayi lo kenapa-kenapa," tuturnya yang tak ingin dibantah.

Aya mengangguk.

Rayya dan Aya sudah sampai diparkiran. Namun, Aya melihat pemandangan yang membuat hatinya sakit. Rayya yang melihat itu juga segera menghadap ke Aya dan mengelus punggung perempuan ini, "Kalo gak kuat, tutup mata aja," bisik Rayya.

"Gua kuat kok," Ucap Aya berusaha memberikan nada cerianya.

Rayya mengangguk sambil memberi umpatan kasar pada dua sejoli yang malah bermesraan di parkiran.

Drtt...Drtt...Drrt...

Perhatiannya terlihat saat mendengar handphonenya berbunyi. Kemudian dia mengangkatnya dan melihat nama yang tertera di handphonenya itu 'MAMI❣️'

"Halo,"

"Halo sayang, kamu dimana? Mami udah nyampe nih di depan sekolah kamu,"

"Oh Rayya otw ya mi. Oh ya mi, Rayya bawa Aya ya mi, soalnya dia cuman naik ojol yaudah Rayya ajak,"

"Yaudah bagus dong Aya ikut, biar sekalian. Yaudah ya mami matiin,"

"Oke mi,"

Sambungan terputus. "Yok Ay, mami gua udah di depan,"

Aya yang sejak tadi melamun langsung tersentak "Eh, Oh ayo,"

Rayya tersenyum miris, "Gak usah dipikirin lagi ya yang tadi," Rayya langsung menggandeng tangan Aya untuk menghampiri maminya itu.

"Hai mami," Sapa Rayya kepada maminya dan langsung mencium punggung tangan maminya itu.

Aya melihat itu pun ikut mencium punggung tangan maminya Rayya. "Hai tante," sapanya.

"Hai sayang. Udah ya pada masuk ke mobil aja. Udah mau hujan ini," kata Mami Rayya saling mempersilahkan anak dan temen anaknya itu masuk.

"Aya gimana kabar kamu sama bayinya? Baik kan?" Tanya Mami Rayya.

Aya yang mendengarnya terkejut dan mulai mengerti setelah melihat tatapan Rayya "Sehat kok tan," jawabnya.

"Syukurlah. Pas itu Rayya cerita sama tante. Jaga ya babynya, sekarang kamu udah bawa satu nyawa. Jadi kamu harus hati-hati." Nasihat Mami Rayya diangguki oleh Aya.

"Pasti tan,"

"Makasih ya tan, Ray udah nganter Aya. Jadi ngerepotin gini" ujarnya tak enak hati.

Rayya dan maminya tersenyum. "Gak papa, kamu gak ngerepotin kok. Yaudah kamu masuk ya, tante sama Rayya pulang dulu ya," pamit Mami Rayya.

"Bye Ay!" Teriak Rayya saat mobil sudah berjalan.

Aya langsung masuk ke rumahnya dan seperti biasa sepi. Aya selalu sendiri. Lalu Aya langsung masuk ke kamar dan membaringkan tubuhnya.

Seketika dia teringat pada kejadian di parkiran sekolah tadi. Percuma dia melakukan ini, padahal hasilnya tetap. Ya, hanya melihat Haykal dengan perempuan. Mereka terlihat mesra, dengan Haykal yang mengacak rambut perempuan itu sambil tertawa. Bahkan Haykal saja tidak pernah tersenyum kepadanya.

Dia tau siapa perempuan itu, seantaro SMA Garuda tau siapa perempuan itu bahkan sampai ke sekolah-sekolah lain, dia primadona di SMA Garuda. Siapa yang tidak mau dengan Riexa Nesya? Memiliki badan yang bagus, cantik, pintar,selalu aktif di sekolah, bahkan dia pernah menjadi ketua osis. Bisa dikatakan hampir sempurna.

Apalah daya Aya yang hanya butiran berlian yang sudah kotor. 'Kamu terlalu sempurna untuk aku yang tidak memiliki apa-apa,' lirih Aya sambil berusaha menahan air matanya.

***

KALI RADA PANJANGAN YAA HEHE

Uhh vommentnya ya jangan lupa hehe!!!

Disappointed.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang