Aya sekarang meras bosan di kelasnya. Sebenarnya, dia merasa malas belajar hari ini karena tatapan sinis yang terus tertuju padanya, membuat Aya ingin menampol wajah mereka satu-satu. Apalagi yang mengatainya.
Aya yang dulu disebut sebagai cewek pemalu pun telah berubah menjadi cewek bawel. Mungkin pengaruh bayinya ini.
"Pak, saya izin ke toilet," ucap Aya mengangkat tangannya untuk meminta izin kepada guru yang seperti mendongeng. Membuatnya ngantuk.
"Mau gua temenin gak?" tawar Rayya khawatir. Ia merasa akan ada yang terjadi sesuatu dengan Aya.
"Enggak usah," Aya pun cepat-cepat keluar karena tiba-tiba perutnya mual.
"Huek..huek..," Aya membasuh mulutnya yang hanya mengeluarkan cairan saja. Huft, morning sickness lagi.
Aya yang merasa sudah baikkan pun membalikkan badannya dan ingin keluar toilet untuk membeli minum.
Namun, langkahnya terhenti ketika ada empat perempuan yang masuk ke dalam toilet sambil melipatkan tangannya di dada.
"Oh ini, yang katanya tadi pagi dipeluk sama Haykal. Cantik juga," sinis salah satu perempuan itu yang Aya yakini ketua dari ke-limanya.
Tunggu, Aya merasa familiar dengan wajahnya. Oh Aya mengingatnya, dia yang pas itu bersama dengan Haykal di parkiran. Ya, dia Riexa. Mengingat itu membuatnya menggeram kesal.
"Girls, kira-kira kita apain ya nih bocah?" tanya Riexa kepada antek-anteknya itu.
"Aduh, diapain ya? Hmm keliatannya si lugu banget nih orang," sahut salah satu antek-anteknya yang bernama Sava.
"Dikurung di gudang aja gimana? Biar tau rasa sekalian!" seru Shira.
Tunggu, ini bukannya temen sekelasnya?
Aya sudah ketakutan. Hal yang harus kalian ketahui bahwa dia takut gelap dan ruang kosong.
"Bawa dia!" interuksi Riexa diangguki yang lain.
Mereka menarik Aya dan membekap mulut Aya agar gadis ini tidak berteriak.
Aya meronta-ronta, tetapi rambutnya yang tergerai bebas ditarik dari belakang. Air matanya sudah menetes.
Ketika sudah sampai gudang sekolah, mereka mendudukan Aya di kursi yang berada dipojokkan. Amel mengikat tangan dan kaki Aya dengan tali. Sedangkan Sava menutup mulutnya dengan sapu tangan.
Aya melihat sekitar dengan bergidik ngeri. Gudang ini jauh dari gedung sekolah. Lebih tepatnya gudang kosong yang hanya digunakan untuk tempat perabotan OSIS.
Plak!
Rasa perih Aya rasakan di pipi kirinya.
"Ini buat lo, karena udah berangkat bareng Haykal,"
Plak!
Riexa kembali menampar di pipi sebelah kanan. "Ini buat lo, karena udah berani meluk Haykal,"
Aya hanya bisa menangis dan pasrah. Lidahnya terasa kelu untuk berbicara.
"Jangan deketin dia lagi! Liat aja, bakal lebih dari ini. Cabut girls!" ancam Riexa menendang tulang kering Aya.
"Dasar cabe pasar!" Amel mengambil gunting di saku roknya.
Kepala Aya sudah menggeleng-geleng. "Jangan," lirihnya saat Amel mulai menggunting seragam sekolahnya.
"Ah kurang, Mel," Shiva membuka kancing atas seragam Aya. "Nah kan dah cocok jadi cabe pasar. Murah dan menarik,"
"HAHAHA,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Disappointed.
Teen FictionAku kecewa terhadap diriku. Aku kecewa terhadap logika otakku. Aku kecewa kepada semua yang ada dalam diriku. Aku kecewa karena hanya memikirkan diriku saja. Kesalahan terbesarku membuatku menjadi membenci diriku sendiri. Musuh terbesarku adalah aku...