"Kak, a-aku ha-mil," cicit Aya takut.
Ya, Haykal mendengarnya.
Haykal hanya diam.
Aya mengangkat kepalanya. Laki-laki di depannya tak merespon perkataanya. Air matanya mulai jatuh melewati pelupuk matanya.
Hanya suara kendaraan dari bawah yang mengisi keheningan ini. Mereka sekarang sedang di rooftop.
Aya memberi pesan kepada Haykal bahwa dia ingin bertemu, lalu cowok itu menyuruhnya untuk ke bagian atas gedung sekolah.
Sejak tadi Haykal masih berusaha mencerna. Dia mulai membuka mulutnya, "Gu—-,"
"NGGAK! AKU GAK MAU GUGURIN! Dia darah daging aku juga, aku ibunya, a-aku gak mau," Suara Aya melemah diakhir.
Haykal menaikkan alisnya, "Siapa yang nyuruh gugurin?"
Nada dingin Haykal buat Aya menciut. Kepalanya tertunduk malu, "Maaf,"
"Hari Sabtu orang tua gua bakal dateng ke rumah lo."
"Untuk?" tanya Aya bingung. Kepalanya sudah terangkat. Menatap Haykal dengan wajah polosnya.
"Nentuin tanggal nikah."
Aya membelalak lebar. Diam-diam dia tersenyum malu. Ah! Pipinya sudah panas sekarang.
Impiannya untuk dinikahi oleh Haykal terwujud. Bukan halu seperti yang Rayya ucapkan.
"Atas dasar pertanggungjawaban." lanjut Haykal.
Aya melunturkan senyumnya. Dia menatap lirih punggung tegap yang sudah berjalan keluar rooftop.
"Masuk. Anginnya gak bagus untuk lo. Gua gak mau anak gua kenapa-napa."
***
Selama pulang Aya hanya senyam-senyum sendiri, bahkan diaa tidak sadar bahwa dia telah sampai di rumahnya.
Langkahnya terhenti mendengar suara yang sangat familiar. Suara yang sangat dia rindukan.
"Anak mama kenapa? Kok senyam-senyum gitu?"
Aya melototkan matanya. Kepalanya teralih ke arah suara tersebut berasal. "MAMA! AYA KANGEN!"
"Mama juga kangen. Anak mama tadi kenapa senyam-senyum hm?" Emily mengusap surai rambut Aya.
"Hmm papa mana, ma?" tanya Aya balik untuk mengalihkan pembicaraan.
Emily tersenyum, "Ada di kamar lagi istirahat,"
"Ma, entar malem mama papa ke ruang tamu ya. Aya mau cerita," pinta Aya pelan.
"As you wish honey,"
***
Di mansion besar dan mewah milik keluarga Keandra. Keluarga kecil itu sedang berkumpul di ruang keluarga. Ruangan hanya diisi pembicaraan romantis dari dua pasangan sejoli yang tak ingat umur dan tak ingat anak.
Memang hal biasa. Tapi, itu tidak pedulikan oleh kedua putra pasangan tersebut. Mereka lebih memilih fokus pada kegiatan masing-masing.
Salah satunya pada seorang laki-laki tampan yang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. Salah jika kalian kira dia memainkan ponselnya. Dia sedang memikirkan kelanjutan hubungannya nanti dengan gadis itu.
Dia harus membicarakan ini sekarang kepada keluarganya.
"Ma, pa, Haykal mau ngomong." sahut Haykal menegakan tubuhnya.
"Ngomong aja susah banget." Itu bukan suara mama papa Haykal melainkan Adiknya Haykal, Zayn Putra Keandra.
Haykal hanya diam tidak menganggap jawaban adiknya yang terpaut beda 12 tahun darinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Disappointed.
Novela JuvenilAku kecewa terhadap diriku. Aku kecewa terhadap logika otakku. Aku kecewa kepada semua yang ada dalam diriku. Aku kecewa karena hanya memikirkan diriku saja. Kesalahan terbesarku membuatku menjadi membenci diriku sendiri. Musuh terbesarku adalah aku...