22. HAMPIR JATUH

9.9K 524 23
                                    

Aya menatap dirinya dipantulan cermin. Dia membenarkan posisi rambut yang Ia gerai bebas. Lalu, membenarkan seragam sekolahnya yang sudah terasa sempit. Ia merasa tubuhnya lebih gendut dari biasanya.

Gendut? Jika Rayya ada di sini mungkin gadis itu akan mengomel banyak. Contohnya seperti ini, "GENDUT!? AYA BADAN LU AJA UDAH KAYAK SUMPIT HELLO KITTY LU! MAU SEMANA LAGI SIH HAH!?"

Aya terkekeh pelan. Selain sahabat, Rayya juga ibaratkan sebagai sosok Ibu, kakak, dan saudara untuknya.

Sekali helaan, setelah itu dia keluar dari toilet perempuan yang terasa sepi karena sekarang sedang jam pelajaran.

"Hai cewek!"

Sapaan di sebelahnya berhasil membuatnya menoleh. Nafasnya menghela keras mendapati sosok di sampinhnya. "Gua lagi gak mau berantem,"

"Ge'er juga ya lu," decak Revan mengikuti langkah Aya. "Pelan-pelan dong jalannya," tahannya mencekal tangan Aya.

Aya memperlambat laun jalannya. Dia menghempaskan tangan Revan. "Jangan pegang! Gua lagi badmood!"

"Kenapa?"

"Nggak!"

"Marah-marah mulu kayak gadis perawan. Eh emang iya ya," cengir Revan.

Aya hanya diam.

Mereka berdua menyusuri koridor lantai satu yang isinya kelas 12. Sedangkan koridor lantai dua berisi kelas 11, kelas mereka.

"Aya," panggil Revan dijawab deheman. "Gua gak suka lihat muka lu cemberut gitu," jujurnya.

Aya menahan senyumnya. Raut Revan sangat menggemaskan. "Kenapa gak suka?"

"Gua sukanya Aya yang selalu ngomel sama gua. Gua tuh nyaman banget sama lu,"

"Sama gua juga. Tapi gua lagi gak mau ngomel. Soalnya tadi gua baca di artikel, kalo ngomel bisa bikin kita dosa. Kan gua gak mau," cemberut Aya.

Revan tertawa keras. "Bego! Bisa-bisanya gua ketawa,"

"Bisa lah. Kan kamu punya mulut,"

"Iya sih gak salah," Revan menggaruk tengkuknya.

Angin berhembus keras saat mereka melewati lapangan sekolah. Dedaunan mulai berterbangan dari pohon sekitar lapangan. Salah satu daun tersebut menempel di rambut Aya.

"Aya,"

"Berisik ih manggil—," Kekesalan Aya terputus saat Revan mendekatkan kepalanya ke wajahnya. "Rev..,"

"Ada daun nih," Revan mengambil daun di puncak kepala Aya. Aroma strawberry menyeruak di indera penciumannya. Lalu, Menunjuk daun berwarna coklat itu ke pemilik rambut. "Daun aja suka sama wangi rambut lu,"

"Ya kan rambut gua wangi. Nggak kayak lu bau!" Aya pura-pura menutup hidungnya.

"Lu aja gak pernah cium rambut gua. Nih cium deh. Wangi tau," Revan mendekatkan rambutnya dengan hidung Aya.

Aya lebih dulu berlari meninggalkan Revan. "IH BAU! REVANO BAU TAI AYAM!" teriaknya di sepanjang koridor.

Revan melototkan matanya. "EH AYA KURANG AJAR LO YA!"

Disappointed.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang