Hari Sabtu kali ini adalah hari yang menurut Aya akan jadi hari yang menyenangkan. Kenapa? Karena dia akan kembali memeriksa bayinya. Tapi kali ini berbeda dan semakin membuat Aya bahagia, yaitu dia akan ditemani oleh Haykal.
Senang? Sangat!
Mereka berdua sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit. Suasana pada pagi hari terlihat padat. Terlihat semua orang yang sedang melakukan rutinitas weekend bersama orang yang mereka sayang.
Mobil porsche warna merah terparkir rapih di parkiran rumah sakit. Haykal turun dari mobilnya, lalu berjalan membukakan pintu untuk Aya.
Mereka berdua beriringan masuk ke dalam. Wajah mereka berdua paling mendominasi karena visualnya. Tampan dan cantik.
"Untung hari ini kamu ikut atau gak aku bakal dilihatin lagi," Aya masih kesal sendiri.
"Siapa?"
"Ada, pas awal aku control yang kamu gak ikut,"
"Siapa suruh pergi gak ngajak." sindir Haykal membuat Aya cemberut.
"Maaf,"
"Atas nama Nyonya Athaya Malaika Keandra," Panggilan terdengar dari seorang suster.
Pasangan suami istri yang jadi sorotan orang-orang di sana mulai memasuki ruangan yang bernuansa putih.
"Selamat pagi Aya—," Yuli sempat bingung pada sosok laki-laki yang berjalan masuk bersama Aya.
"Pagi dokter. Ini Haykal, suami aku,"
Dia selama ini telah berburuk sangka. Ternyata Aya sudah memiliki seorang suami. Ah, dia kira perempuan kecil itu tidak ada yang menemani. "Siang pak,"
"Mau langsung periksa aja?" tanya Yuli diangguki semangat oleh Aya.
Aya mulai berbaring di brankar. Yuli dengan pelan menyingkap kaos yang Aya kenakan, hingga terlihat jelas lah perut putih mulus yang mulai menonjol.
Jujur saja Aya masih merasa malu. Ditambah ada Haykal yang terus memperhatikannya. Tatapan matanya tertuju pada Haykal yang sudah berjalan ke arahnya.
"Dia tumbuh sehat di dalam," ujar Yuli menunjuk monitor yang sudah menampilkan bibit kecil.
Haykal mengalihkan tatapannya. Hatinya terasa menghangat melihat monitor. Untuk pertama kalinya dia bisa melihat anaknya. Anak yang beberapa bulan lalu tumbuh karena kecerobohannya.
"Bisa dicetak?" tanyanya masih tak tetap memperhatikan monitor. Seolah tak ingin sedetik pun melewati momen pergerakan anaknya di dalam sana.
"Bisa, pak,"
Aya memperhatikan Haykal yang terlihat bahagia. Cowok itu seolah tak menyesali apa yang dulu dia perbuat, malah sebaliknya. Haykal menerima jalan hidupnya hingga memiliki seorang anak di usia muda bersamanya.
Tak terasa air matanya menetes melihat pemandangan di depannya.
'Apa aku salah ingin ngerebut kakak dari dia dengan kayak gini? Ini takdir yang tidak direcanakan atau yang dipaksa menjadi sebuah takdir?'
KAMU SEDANG MEMBACA
Disappointed.
Teen FictionAku kecewa terhadap diriku. Aku kecewa terhadap logika otakku. Aku kecewa kepada semua yang ada dalam diriku. Aku kecewa karena hanya memikirkan diriku saja. Kesalahan terbesarku membuatku menjadi membenci diriku sendiri. Musuh terbesarku adalah aku...