44. WAKTU?

5.9K 359 2
                                    

Tepat malam ini, Haykal dan teman-temannya akan melaksanakan bakar-bakar di belakang rumah Haykal. Tujuan bakar-bakar ini dilaksanakan karena mereka akan melaksanakan ujian nasional bentar lagi.

Bersenang-senang dahulu, bersedih-sedih kemudian.

Bukan hanya mereka saja, tetapi terdapat dua perempuan yang selalu mengekori Haykal dan Naufal. Siapa lagi kalau bukan Aya dan Rayya.

Bukannya membantu, dua perempuan tersebut hanya bagian yang makan saja. Mereka masih memaklumi Aya yang memang dalam kondisi mengandung.

Tetapi, mereka semua tidak memaklumi Rayya yang jelas-jelas hanya mengandung lemak, bukan bayi.

"BANTU LU AH!" Kenan menatap kesal Rayya yang terus mencomot daging yang tadi dia bakar.

"Nggak mau wlek!"

"Anjing!"

"Jangan dimakan terus bisa gak sih!?" Maliq menepuk tangan Rayya yang ingin kembali memakan dagingnya.

"Alah babi lu ah!" Lihatlah, malah gadis itu yang marah. Rayya beralih ke Naufal dan Haykal yang membakar sosis. "Bagi boleh kali,"

"Nggak!"

"Pelit lu berdua!"

"Ngapain!?" sewot Ryan menyembunyikan jagung buatannya dari Rayya.

Rayya mendengus kesal, "Bagi lah!!"

"NGGAK!"

"YA UDAH AH!" Rayya menelungkupkan kepalanya di antara lipatan tangannya. Pura-pura menangis ceritanya.

Aya menatap Rayya iba, "Rayya,"

"Apa!?" ketus Rayya mengangkat kepalanya.

"Ini. Mau gak?" Aya menyodorkan satu piring yang berisi sosis dan jagung yang belum dibakar.

"Kampret itu belum mateng!!" geram Rayya dibalas anggukan dari Aya.

"Iya, kita bakar bareng,"

Rayya tersenyum lebar. Gadis itu menganggukan kepalanya. "AYOO!!"

"Nah gitu kek. Mandiri dikit," Maliq memberi jempolnya pada Rayya dan Aya yang mulai berkutat pada grill.

"Hati-hati." ujar Haykal diangguki dua perempuan itu.

"Permisi," sapa seorang gadis membawa nampan di tangannya yang berisi minuman alkohol dan soda. Alkohol adalah pesanan Maliq, Kenan, dan Ryan. Nggak ada akhlak emang.

"Wow!" Kenan sudah berlari mengambil nampan tersebut dari Tia.

"Terima kasih neng geulish,"

Tia hanya memberi senyumnya.

"Itu cewek yang lu bilang?" bisik Rayya diangguki oleh Aya. "Ajak aja sini. Kita isengin biar mampus tuh cabe,"

"Jangan gitu. Mendingan kita ajak aja, tapi jangan diusilin. Kasihan tau,"

"Nggak usah terlalu baik!" Rayya paling tak suka jika Aya terlalu membela yang salah.

Disappointed.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang