Zayn berlari ke arah Syena dan Zavier yang baru saja pulang. "Mama, papa!"
"Apa?"
Dia berlari ke arah Syena yang sedang duduk di sofa, sedangkan Zavier sudah masuk ke dalam kamar mandi. "Ma, Zayn mau kasih tau sesuatu,"
"Kasih tau apa?" tanya Syena beralih dari ponselnya ke putra bungsunya.
"Tadi pas mama sama papa pergi. Zayn ke kamar kak Haykal, terus kak Aya di—,"
"Nggak usah sebut dia lagi. Sekarang Zayn masuk kamar, terus belajar. Mama mau istirahat," potong Syena berdiri dari duduknya.
"Ma—,"
"Masuk kamar,"
"Tapi kan ma—,"
"ZAYN, MASUK KAMAR!" bentak Syena tak sadar.
Zayn menatap diam Syena. Syena membentaknya. Dia berdiri dari duduknya, lalu berlari keluar dari kamar yang paling besar dari yang lain.
Syena menghela nafasnya. Memijat pelan pangkal hidungnya, "Maafin mama sayang. Tapi mama gak suka kamu bahas dia,"
"Kenapa?" tanya Zavier yang baru saja keluar dari kamar mandi.
Syena menggeleng, "Nggak, tadi Zayn minta mainan," dustanya.
"Ohh, terus gak kamu kasih? Kenapa pake dibentak segala? Kedengar loh sampai kamar mandi,"
"Nggak sengaja. Aku capek. Udahlah aku mandi dulu. Pusing," Syena berjalan masuk ke dalam kamar mandi.
Zavier menggeleng, "Sampai kapan sih kamu benci dia?"
***
"Kal, lu dengerin dulu kek,"
"Diem! Gua mau kuliah!"
"Kal, lu duduk dulu. Nggak nyampe sepuluh menit kok mereka ngomong,"
Sudah sekian kalinya mereka membujuk Haykal untuk mendengar penjelasan yang terlontar dari mulut Doni dan Herni. Tapi cowok keras kepala itu tetaplah keras kepala.
"Ayolah, keburu anak lu lahir anjir,"
Haykal menghepaskan tangan Kenan. Dia menatap mereka semua datar, "Inget, sampai kapanpun gua gak bakal mau penjelasan tentang dia lagi."
"Walaupun dia gak bersalah?" Pertanyaan Naufal berhasil membuat Haykal menahan langkahnya.
Naufal tertawa kecil, "Lo tau gak sih, lo sebenarnya selama ini bodoh?"
Haykal berbalik. Memberi tatapan tajamnya.
"Lo emang pinter materi, tapi lo bodoh dalam soal perasaan!"
"Tau apa lo soal perasaan gua hah?" Haykal tersenyum remeh.
"Gua emang gak tau, tapi yang gua tau, hati lo busuk dan gak bagus untuk cewek sebaik Aya," ujar Naufal berhasil memancing emosi Haykal.
Haykal melempar tasnya. Dia berjalan mendekat ke arah Naufal, "Cewek sebaik Aya? Ck! Lo budek atau gimana? Siapa awal dari masalah ini hah? Gua? CEWEK LO, ANJING!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Disappointed.
Teen FictionAku kecewa terhadap diriku. Aku kecewa terhadap logika otakku. Aku kecewa kepada semua yang ada dalam diriku. Aku kecewa karena hanya memikirkan diriku saja. Kesalahan terbesarku membuatku menjadi membenci diriku sendiri. Musuh terbesarku adalah aku...