29. BANTUAN RYAN

7.4K 454 6
                                    

Bugh!

Bugh!

Bugh!

"BANGSAT! NGAPAIN LO!?"

Si keriting sudah jatuh tersungkur di bawah kukungan seorang laki-laki.

Bugh!

Ryan. Laki-laki itu mendapat serangan dari belakang. Sempat terjatuh, tetapi dia langsung memberi balasan pada dua orang lainnya.

"LO SIAPA!?" teriak si keriting terbatuk-batuk.

"Lo gak harus tau siapa gua!" balas Ryan membalas tiga orang yang mulai lemas. "Ogeb!" umpatnya saat mendapat pukulan di rahangnya.

Ryan melawan tiga orang preman yang mental tempe. Lihatlah, sekarang tiga orang itu sudah berlari pergi. "Muka doang serem. Jamet!"

Dia menyeka darah yang keluar dari hidungnya. Tadi si bertato memberinya serangan tiba-tiba. Ya, seperti ini. Nggak sakit kok.

Hiks hiks hiks

Isakan memilukan terdengar dari belakang mobil. Ryan membulatkan matanya. "Aya!" Dia berlari ke asal suara.

Tepat di belakang mobil, Aya sudah duduk gemetaran di aspal. "Lo ngapain?" tanyanya membantu Aya berdiri.

"Takut," lirih Aya menghapus air matanya dan ingusnya. "Makasih ya kak. Kalo gak ada kak Ryan, aku gak tau jadi gimana. Huwaa!!"

"Eh shtt! Jangan nangis lagi. Entar orang kira gua apa-apain lo," panik Ryan lihat kanan kiri.

Aya membungkam bibirnya rapat. "Maaf,"

"Iya. Intinya, lo ngapain malem-malem ke daerah sini? Haykal dimana?" Ryan tadi sempat bingung melihat Aya yang seorang diri tanpa ada sosok Haykal di sampingnya. Bukan apa-apa, tapi ini sudah malam.

"Aku pengen mie ayam, tapi gak ketemu,"

"Mie ayam? Lo ngidam?"

Aya mengangguk.

"Kenapa gak ajak Haykal?"

"Kasihan. Dia bobo nya nyenyak banget,"

Ryan terkekeh. "Ya tapi kalo lo ajak dia kan gak bakal kayak gini jadinya. Untung aja tadi gua sama saudara gua lewat sini. Ya udah, ayo gua anter. Gua yang bawa mobilnya,"

Aya hanya mengangguk patuh. Tak mungkin juga dia membawa mobil dalam keadaan seperti ini.

"Kakak ngapain ke sini?" tanya Aya menoleh pada Ryan yang sedang menyetir.

"Pulang ke rumah. Kebetulan lewat. Terus gua lihat lo. Ter—eh shh sakit," Perkataan Ryan terhenti saat Aya mulai memegang luka lebamnya.

"Sakit ya? Bentar ya aku obatin," Untung saja di mobil ini ada P3K jadi memudahkan Aya untuk membersihkan luka Ryan.

Jarak Ryan dan Aya sangat dekat. Ryan menelan salivanya mencium aroma khas dari Aya. Mengalihkan fokusnya.

'Sabar yan, Aya udah punya temen lo. Jangan sampe lo jadi peristor,' batinnya.

"Kakak sama kayak Rayya ya. Iyalah adik kakak. Kalian sama aja. Sama-sama suka nyelamatin orang," kikik Aya.

Ryan ikut terkekeh geli. Tangannya mengusap puncak kepala Aya. "Gua udah anggep lo itu adik juga. Sama kayak Rayya. Kita tumbuh dari kecil. Satu mainan bareng hahaha,"

Aya tersenyum malu. Dia memang sudah lama bertemu dengan Ryan karena Rayya adalah sepupu dekat Ryan. Jadi mereka dari kecil sering bersama. Sampai akhirnya Rayya pindah ke Bogor dan dari situ Ryan tak main lagi dengan Aya.

Disappointed.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang