"Huek..huek..aduh sakit banget sih," lirih Aya. Wajahnya sudah pucat. Sudah lebih dari dua minggu akhir ini perutnya terasa mual. Tapi, tak ada yang dikeluarkan, hanya cairan bening saja.
"Aduh non gak papa, gak usah sekolah aja ya," ucap Bi Ayu yang terlihat khawatir melihat anak majikannya yang sangat pucat.
"Gak Bi, Aya masih kuat kok cum— Huekk...Huekk...," kenapa dengan dirinya? Perutnya terus berputar seolah ingin dimuntahkan. Tapi, tak ada apa-apa.
"Aduh muka non pucat banget. Bibi takut non kenapa-napa." Ucap Bi Ayu.
"Udah ya Bi aku udah siap juga kok ini. Noh ojolnya udah nyampe juga. Aya pergi ya Bi," pamit Aya sambil membasuh mulutnya di wastafel.
"Iya hati-hati ya non," ucap Bibi pasrah.
"SIAP BI!"
***
"Ih muka lo serem banget Ay, lo kenapa? Kok kayak setan gini sih. Lo pake bedak sampe bibir? Lo pake ap—," ocehan Rayya terpotong karena Aya tiba-tiba memotong ucapannya.
"Ih bawel banget sih lo, Ini muntah gua kambu lagi. Gua sebenarnya kenapa sih? Aduh kepala gua pusing lagi nih, lo sih bawel banget," kesal Aya.
"Ya maaf, eh tunggu-tunggu. Ay, gimana kalo lo pulang sekolah beli testpack," saran Rayya dengan ragu-ragu. "Hmm, soalnya tante gua dulu pas hamil kayak lo gitu, tiap pagi muntah terus kepalanya pusing. Sorry, kalo gua salah," Ucap Ray dengan nada pelan.
Aya yang mendengar itu langsung diam. Sebenarnya Ia takut hal itu terjadi, namun jika itu terjadi, Ia bersumpah akan menjaga anak ini dengan baik. "Entar pulang sekolah gua beli, Tapi lo mau temenin gua gak? Gua takut mereka yang ngeliat gua beli testpack natap gua sinis," Ucap Aya dengan nada takut di akhir.
"Tenang, gua bantu lo. Berarti bentar lagi gua jadi Aunty dong YEYYYYYY GILA GUA JADI AUN—," teriakan Rayya terpotong karena mulutnya dibekap oleh Aya.
"Bawel. Diem deh kalo mereka pada tau, lu mau liat gua mati sekarang juga!? Udah diem, Pak Kumis udah mau masuk," bisik Aya yang langsung diangguki sahabatnya itu seperti anjing yang menurut kepada majikannya.
Sebenarnya Aya merasa bahagia bisa memiliki Rayya dalam hidupnya. Hany perempuan ini yang menemani kesepiannya dan menerimanya apa adanya.
Bukan sibuk bekerja seperti kedua orang tuanya.
***
"Hmm kak boleh beli testpacknya ya dua, tapi beda-beda merek?," ucap Aya kepada penjaga kasir tersebut.
Sedangkan kasir yang mendengarnya terkejut dan langsung tersenyum. "Boleh dek," ucap mbak kasir tersebut sambil tersenyum. "Nih ya, totalnya 50ribu," ucap mbak kasir tersebut masih mempertahankan senyumnya.
"Ini kak. Makasih ya kak," ucap Aya dan langsung pergi namun sebelum pergi Ia mengangguk mendengar apa yang mbak kasir itu ucapkan
"Jangan berniat gugutin kalo positif karena dia tidak salah,"
"Widih baik juga tuh mbak-mbak, biasanya ada gitu mukanya songong bener. Pengen gua tampol rasanya. Kesel gitu bawaannya. Huh! Gajelas, sok iye banget jadi orang. Sok suci kalo kayak gitu, hidup aja belum tentu bener!" cerocos Rayya menggebu-gebu.
***
"Ray, gua takut." Ucap Aya sedih.
"Ayo lu kuat kok," Ucap Ray memberi semangat sahabatnya itu. "Ayo gua disini, gua juga salah disini. Jadi lo gak sendiri,"
"Hiks..Oke gua bisa!" Ucap Aya semangat dan langsung masuk ke kamar mandi yang berada di kamarnya.
Ray yang melihat itu tersenyum, sahabatnya yang polos itu harus mendapatkan cobaan seberat ini.
Ceklek
"Gimana? Gimana?" ujar Ray tapi dia hanya mendapat jawaban muka murung dari Aya.
"Gua belum lihat. Gua takut. Hiks..Hiks.." lirih Aya.
"Lo bisa ngadepin ini. Gua percaya sama lo. Ayo lo lihat," titah Ray memberi semangat kepada perempuan di depannya.
Aya yang mendengarnya langsung menutup matanya sambil membalikkan dua testpack yang sudah dia celupkan ke air urinenya. Sedikit demi sedikit Ia membuka matanya dan..
Dua garis merah.
"Dua garis Ray. Itu artinya apa?" Tanya Aya dengan tampang polosnya.
"Hah?! Mana mana. Wah gila selamat ya lu udah mau jadi Ibu-ibu!" Teriak Rayya histeris sambil memeluk sahabatnya itu. Aya yang mendengarnya hanya diam kaku. Hal yang dia takutkan terjadi. Dia langsung mengelus perutnya yang sekarang telah berisi darah daging dia dan Haykal.
'Jadi mama?' gumam Aya dengan nada yang sangat pelan sambil menitihkan air matanya. Dia sedih,terharu,takut,bahagia,dan kecewa. "Maaf Kak."
***
HUU POSITIF GUYS, HAYKAL DAN AYA UDAH MAU JADI ORANGTUA NIH.
VOMENT YAA!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Disappointed.
Novela JuvenilAku kecewa terhadap diriku. Aku kecewa terhadap logika otakku. Aku kecewa kepada semua yang ada dalam diriku. Aku kecewa karena hanya memikirkan diriku saja. Kesalahan terbesarku membuatku menjadi membenci diriku sendiri. Musuh terbesarku adalah aku...