HAPPY READING!Cuaca pagi ini sangat sejuk. Angin berhembus kencang diiringi dedaunan yang ikut turun menyentuh permukaan tanah. Tanah yang masih lembab karena hujan deras tadi malam. Membuat ratusan gundukan tanah menjadi lembab dan basah.
Dan tentu aroma tanah basah masih menyeruak dan juga ada genangan air bekas tadi malam.
Tapi, hal itu tidak mengurungkan niat seorang perempuan cantik yang sedang berjongkok di sebelah makam yang sudah ditaburi bunga. Perempuan itu mengelus nisan yang bertuliskan, 'Tytia Putri'.
Angin sejuk menerpa wajah cantiknya membuatnya tetap tersenyum lirih pada gundukan tanah di depannya. "Hai Tia," sapanya.
"Maaf aku baru datang sekarang. Setelah tiga tahun kamu ninggalin kita dan aku baru dateng sekarang. Aku minta maaf," ujar Aya lagi. Ya, perempuan itu Aya.
"Pasti kamu di sana udah bahagia banget ya,"
"Udah sembuh lukanya. Udah gak sakit lagi deh. Terus udah gak ada yang bikin kamu sakit hati lagi. Karena kamu lihat laki-laki kamu cinta sama perempuan lain," Aya mengelus nisan tersebut, "Aku gak masalah kalo kamu masih cinta dan sayang sama Kak Haykal,"
Terlihat seorang lelaki tampan di sebelahnya menampilkan tampang tak sukanya mendengar perkataan Aya.
"Dia juga sayang sama kamu, tapi dia gengsi," lanjutnya.
"Ay—,"
"Kamu tenang aja, dia udah maafin kamu. Bukan demi aku, tapi demi kamu. Karena kamu gak salah. Harusnya aku harus berterima kasih sama kamu. Karena kamu, aku bisa ketemu lagi sama Kak Haykal," Aya memberi senyumnya ke arah Haykal di sebelahnya dan dibalas elusan lembut dikepalanya.
Aya mengalihkan tatapannya ke depan. Tepat seorang anak laki-laki yang menaburi bunga dan air mawar pada gundukan tanah di depan mereka. "Nevan,"
Panggilan darinya membuat bocah tampan itu menoleh. Melihat kode dari bola mata Aya membuat kaki kecil Nevan berjalan ke arah mereka.
Haykal menarik pelan Nevan agar duduk di pangkuannya.
"Ini Nevan. Bayi yang dulu masih berada di kandungan aku sekarang udah gede. Yang tadinya setiap malam selalu buat mama ngidam sekarang udah bisa ngambil sendiri," Aya tersenyum melihat Nevan yang bingung. Membuat wajah tampan itu semakin lucu.
"Pas itu kamu pengen lihat gimana anak aku kalo udah lahir, kan? Nah, ini deh. Ganteng banget dan bawel,"
"Nevan gak ngerti," ungkap Nevan menggunakan bahasa cadelnya.
"Itu aunty Tia. Auntynya Nevan selain aunty Rayya sama Aunty Riana. Nevan harus sayang aunty Tia juga karena aunty Tia juga sayang sama Nevan," jawab Aya membuat Nevan mengangguk-angguk mengerti.
"Auntynya disini ngapain? Kok gak di rumah?" tanya Nevan.
"Ini rumah aunty Tia. Rumah terakhirnya,"
Aya kembali memperhatikan gundukan tanah di depannya. Sekilas kenangan masa lalu kelam yang ternyata Tia lah penyebab semuanya.
Apakah dia memiliki dendam terhadap gadis ini? Tentu tidak. Semuanya hanyalah masa lalu. Dia hanya merasa sedih dan kecewa saja, mengapa mereka melakukan ini untuk menghancurkan hubungannya dengan Haykal.
Tak terasa setetes air mata turun dari pelupuk matanya. Walaupun dia kecewa terhadap Tia, tapi dia benar-benar tidak rela gadis baik seperti Tia bisa secepat ini meninggalkan mereka selamanya.
"Kenapa kamu cepat banget perginya? Aku masih belum minta maaf sama kamu. Aku masih pengen ketemu sama kamu. Tapi, kenapa secepat ini? Padahal aku masih pengen ngobrol sama kamu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Disappointed.
أدب المراهقينAku kecewa terhadap diriku. Aku kecewa terhadap logika otakku. Aku kecewa kepada semua yang ada dalam diriku. Aku kecewa karena hanya memikirkan diriku saja. Kesalahan terbesarku membuatku menjadi membenci diriku sendiri. Musuh terbesarku adalah aku...