25. MALAM MINGGU

9K 523 2
                                    

"Kamu kok jahat banget sih. Kok aku dikeluarin!?" kesal Aya melihat kertas surat pengunduran diri.

"Udah mulai kelihatan." jawab Haykal sempat membuat Aya bingung, tapi setelah itu dia mengerti.

"Kan bisa beberapa minggu lagi. Huwa, aku kan masih pengen makan mie ayam pak gembul. Terus soto ayam uti. Sama gado-gado mbak Iyem," rengek Aya.

Haykal memijit pangkal hidungnya. Ternyata ini alasan Aya marah, kirain dia karena masih ingin belajar. Sungguh di luar dugaan.

"Cilok bang ganteng, pentol kesayangan, cilor jodoh, cimol aa Esa, somie abang kembar, ayam geprek pak Mali, liang teh, ayam bakar, es teh manis mbah, indomie goreng mas Yanto, sate kam—,"

"Jangan buat anak gua bego gara-gara lo makan kayak gitu." potong Haykal.

"Anak kamu yang minta bukan aku," dengus Aya yang tak ingin disalahkan.

"Makan makanan yang sehat. Jangan kayak gitu." decak Haykal.

Aya mengerucutkan bibirnya, "Aku mau lontong sayur,"

"Hah!? Udah malam kayak gini mana ada lontong sayur Aya,"

"Anak kamu yang minta. Emang kamu mau anak kamu ileran?" Haykal menggelengkan kepalanya cepat. "Noh kan gak mau. Ayo, lagian kan ini malam minggu. Emang kamu gak mau gitu malam mingguan?"

"Mau kemana?"

"Ayolah," bujuk Aya memberikan puppy eyesnya. Anggukan dari Haykal membuat bibirnya membentuk lengkungan. "YEY! Kamu duluan ya, aku mau ganti baju!!"

Haykal menghela nafasnya melihat perlakuan wanita yang sedang mengandung anaknya. "Bocah."

"Aku udah siap! Ayo!" Aya menarik tangan Haykal, tapi kegiatannya berhenti kala Haykal malah menahannya. "Kenapa?" tanyanya kepada Haykal yang hanya diam.

"Ganti celana lo."

Aya memperhatikan kakinya yang terbalutkan hotpants berwarna hitam sehingga membuat paha mulusnya terpapar jelas. "Kenapa? Kan ketutup sama kaos aku."

"Gak usah pergi."

"Eh iya-iya. Aku ganti," Aya segera berlari pelan untuk mengganti celananya. Setelah selesai, dia keluar dan menghampiri Haykal yang sedang menghubungi seseorang. Tak tau siapa. "Ayo,"

Haykal mematikan ponselnya. Mengalihkan pandangannya ke arah Aya yang sudah menggunakan legging hitam dengan bagian atas yang terbalutkan hoddie oversize miliknya. Badan mungil itu seolah tenggelam, membuat sudut bibirnya tertarik. Imut.

"Aku emang cantik. Tapi bisa gak kamu jangan lihatin aku kayak gitu? Entar aku baper terus pingsan gimana? Entar aku makin cinta sama kamu. Entar kamu jad—,"

"Ayo." Haykal menarik tangan Aya, tanpa mempedulikan ocehan gadis itu.

Mereka berdua turun ke lantai bawah yang sangat sepi. Di rumah ini benar-benar kosong. Syena dan Zafran masih melakukan perjalanan bisnisnya. Zayn? Bocah laki-laki itu sedang di rumah Riana -sepupu Haykal-.

"Kok naik mobil?" tanya Aya saat Haykal membawanya ke garasi yang isinya penuh mobil-mobil mewah. Biasalah orang kaya, beli apapun juga bisa.

"Ya terus mau naik apa?"

"Mau naik motor," tunjuknya ke arah motor sport Haykal yang terparkir manis di depan garasi.

"Nggak. Udah malam."

"Kak Haykal," rengek Aya mulai menghentakan kedua kakinya.

Haykal menghela nafasnya. Begitu susahnya menghadapi ibu hamil. Malang sekali nasibnya. "Iya-iya,"

Disappointed.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang