6. JAGO

13.2K 663 7
                                    

"Ay, katanya lu janji bakal cerita," geram Rayya yang sejak tadi tidak disauti oleh sahabatnya itu.

"Ih, entar aja sih. Lagian udah mau bel juga. Entar aku ceritain pas istirahat,"

"Ishh lo mah. Gua penasaran lo kemarin kenapa bisa hilang sama Kak Haykal?" Rasa penasaran Rayya benar-benar sudah di ujung tanduk.

"Entar aja gua ceritain ya. Soalnya pan—," ucapan Aya terpotong ketika salah satu guru masuk ke kelasnya.

Rayya sudah mengeluarkan segala umpatan kasar dan mengabsen semua nama-nama di kebun binatang.

"Pagi anak-anak. Ayo buka halaman 141. Kali ini kita akan mempelajari geometri——," oceh Bu Indah.

Jujur sekarang Aya tidak fokus mendengarkan guru tersebut. Dia sedang memikirkan Haykalnya itu. Sungguh sebenarnya dia takut jika akan tumbuh jabang bayi di dalam perutnya. Namun apa boleh buat ini kemauannya. Dia harus menerima akhirnya.

***

"Cepet jelasin," tuntut Rayya yang tidak ada sabar-sabarnya.

"Ih pesen makan dulu. Gua laper," Aya mengelus perutnya yang sudah meronta untuk diisi.

"Ahh lo mah lama," kesal Rayya, tetapi tetap pergi ke tempat mie ayam.

Aya menatap punggung Rayya dengan mata berkaca-kaca. "Aya takut nanti Rayya malah marahin Kak Haykal. Gua gak suka,"

Dia tau sendiri bagaimana sahabatnya. Ketika dia melamun memikirkan Haykal saja, gadis itu akan marah. Apalagi seperti ini.

Lamunan Aya buyar ketika sahabatnya itu meletakkan mie ayam dan es teh manis di meja depannya.

"Oke. Cepet cerita kenapa lu bisa hilang barengan sama Kak Haykal?" tanya Rayya dengan nada tidak sabaran dan sedikit keras.

Sehingga beberapa siswi yang mendengarnya memberi tatapan horror. Haykal memang memiliki banyak fans dan salah satunya Aya. Bukan, Aya tidak nge-fans dengan Haykal, melainkan cinta.

Mungkin kalian pernah dengar, 'cinta datang tanpa harus saling mengenal.'

Yap, itulah kalimat yang tepat untuk Aya atau lebih tepatnya seorang Athaya Malaika.

"Ish pelan-pelan. Malu tau diliatin. Mana ngelihatnya kek mau makan orang," bisik Aya kesal.

"Rayya," panggil Aya mengambil tangan Rayya yang bebas. "Tapi lu janji ya jangan marah sama Kak Haykal karena ini bukan salah dia. Tapi salah Aya,"

Rayya memperhatikan kedua bola mata yang kali ini sangat berbeda. Bola mata yang biasanya memancarkan keceriaan, tetapi sekarang terlihat berkaca. Karena tak tega, akhirnya dia mengangguk. "Cerita aja,"

Aya menundukan kepalanya. "K-kemarin malam, gua—," Mengalirlah cerita tersebut dari mulutnya.

Reaksi Rayya benar-benar sangat membingungkan. Kadang senyum, sedih, dan marah. Tetapi melihat tatapan Aya, gadis itu tidak jadi marah.

Gadis itu pindah posisi menjadi di sebelah Aya. Memeluk Aya yang sudah kembali menangis. Tanpa disuruh juga air mata Rayya ikutan mengalir. Dia memang jarang menangis, tetapi jika berhubungan dengan sahabatnya ini sangat mudah untuk menangis.

"Lu pa-sti marah s-sama gua," isak Aya.

"Harusnya gua yang ngomong gitu Ay. Gua yang udah bawa lu ke tempat kayak gitu. Lu jadi kayak gini kan,"

"Maafin Aya. Aya takut ada baby di dalam,"

Rayya mengeratkan dekapannya. "Kalo dia gak mau tanggung jawab. Gua bakal lakuin sesuatu ke dia. Cowok brengsek!"

***

Bugh!

Bugh!

"Bangsat lo! Anjing!" Naufal terus membabi buta Haykal yang sudah melemah di bawah kukungannya.

Haykal tak membalas. Memang dia pantas mendapat ini semua.

"WOI UDAH!" Sejak tadi Ryan, Maliq, dan Kenan melerai antara Naufal dan Haykal. Tetapi sepertinya Naufal sudah diliputi emosi yang menggebu.

Bugh!

"UDAH ANJING!" Ryan menarik Naufal kasar hingga cowok itu sudah terjatuh di belakangnya.

Maliq dan Kenan membantu Haykal yang sudah babak belur. Untung masih tampan.

"Gua minta maaf." ujar Haykal menyeka darah di sudut bibirnya.

"HARUSNYA LO MINTA MAAF SAMA AYA!" bentak Naufal.

Bagaimana Naufal tidak semarah ini, bayangkan saja, kalian mempunyai gebetan, tetapi ternyata gebetan kalian diperlakukan tidak baik oleh sahabat kalian. Masa depan gebetan kalian diambil begitu saja.

"Ini kecelakaan," decak Ryan. Memang dia marah pada Haykal, tetapi dia tau karena ini hanya sebuah kecelakaan. Lagian nasi sudah menjadi bubur.

"Kalo dia hamil gimana?" Naufal tersenyum sinis melihat kebungkaman Haykal. "Kalo gak mau tanggung jawab, biar gua aja,"

"Gua tanggung jawab." tekan Haykal.

"Emang lu gak pake pengaman?" tanya Kenan dijawab gelengan polos dari Haykal.

"Mantap bos!"

"Jago!"

"Tinggal tunggu aja deh,"

Haykal menghela nafasnya. Dia mengacak rambutnya kasar. Kepalanya benar-benar pening memikirkan ini.

"Yakin lo mau tanggung jawab?" tanya Naufal dengan nada mengejeknya.

"Gua diajarin untuk bertanggung jawab."

"Cuma nanya sih, kalo gak mau mendingan gua aja yang tanggung jawab," balas Naufal santai. Dia mendudukan bokongnya di salah satu kursi lapuk di rooftop.

"Santai aja sih, kayak baru pertama kali aja," Kenan menepuk bahu Haykal.

Haykal melirik kesal. Dia menepis tangan Kenan yang ada di bahunya.

"Emang elu!"

"Sakit anjing!" Kenan mengusap keningnya yang dijitak Maliq.

"Kasihan Aya," Ryan tersenyum sendu membayangkan Aya yang sudah dianggap seperti adik kecilnya.

Mereka semua mengangguk, kecuali Haykal yang hanya diam melamun.

***

VOMENT NYAA YAA
OH YA UNTUK YANG PUASA AUTHOR MAU BILANG SEMANGATTT!!!!

Disappointed.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang