"Woi Ray temen lo mana sih! dari tadi kagak dateng-dateng," heran Kenan. Karena ini sudah 30 menit Aya pergi ke toilet. Ya kali kan numpang BAB di club.
"Gak tau. Eh, the fuck ini pertama kali dia dateng ke club. Aduh gua takut dia diapa-apain sama orang. Masih mending cowoknya cakep, lah kalo om-om bisa berabe lagi. Gua cari dulu ya," Rayya berlari.
Hal itu membuat Naufal yang sejak tadi diam langsung pergi mencari Aya. Sungguh dia takut terjadi apa-apa dengan Aya. Khawatir? Tentu! Suka? Iya, dia mengakui bahwa dia suka dengan adik kelasnya itu.
"Lah Fal lo mau kemana?" Tanya Kenan memperhatikan temannya itu.
"Mau cari Aya," jawab Naufal singkat. Sedangkan semua temannya menaikan alisnya termasuk Haykal.
"Dia sama om-om." satu kalimat yang singkat, padat, dan jelas namun membuat semua temannya cengok.
"Goblok."
"Tolol."
"Anjing."
"Bangsat."
"What?!"
Segala umpatan keluar dari mulut teman-temannya, hal itu membuat Haykal mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa?" Tanya Haykal datar.
"Kok lo kagak tolongin dia?" Tanya semua teman-temannya berbarengan.
"Males," satu kata yang membuat mereka geleng-geleng kepala mendengarnya.
Dilain tempat, Aya sungguh takut. Ini bukan bapak-bapak tua tadi. Namun, jenis yang sama. Sama-sama tua. Oh tuhan Dia takut sekali. 'Bantuin aku dong tolong.' Lirih Aya dengan nada pelan sekali. Bapak-bapak tua yang sekarang sudah memegang pahanya yang mulus ini. Dia ingin teriak cuman itu percuma karena suara disini lebih kencang dari suaranya.
Dia bingung kenapa om-om pada mengincarnya. Sudah dua kali!! Apa wajahnya begitu imut, unyu, cantik, atau menggemas— Ahh sudahlah. Dia sungguh takut sekarang.
Bugh
Bugh
Bugh
"Bangsat. Kurang ajar lo." Itu bukan Haykal, melainkan Naufal. Ya Naufal yang bibirnya sexy itu. Hei ini genting kenapa lo masih pikirin ini si, Ay.
"Ay, lo gak papa kan," tanya Rayya yang tiba-tiba muncul dari belakang.
"Gak papa kok. Dia cuman megang paha gua cuman gua takut." Ucap Aya dengan nada takut.
Aya melihat Naufal semakin gentar untuk memukul Bapak-bapak tua itu. "Kak Naufal udah. Aya gak papa kok. KAK NAUFAL UDAH." Teriak Aya. Naufal yang mendengarnya langsung menghentikkannya dan langsung memeluk Aya.
"Gua takut lo kenapa-kenapa." Ucap Naufal dengan nada lembut. Hal itu membuat hati Aya tenang. Tidak, dia tidak boleh seperti ini. Dia masih suka sama Haykal. Bukan, melainkan cinta dengan Haykal.
"Aku gak papa kak," ucap Aya dengan nada lirih. Sedangkan Ray yang melihat kejadian tersebut hanya memandangnya sambil tersenyum. 'Lo kuat Ray, bisa kok. Tahan air mata, senyum terus,' Ryan yang tepat disamping Rayya langsung mengelus punggung Rayya. Dia tau sepupunya sakit melihat pemandangan ini. Namun apaboleh buat.
"Woi pelukan terus kayak teletubies," ucap Kenan yang langsung dapat pelukan dari Maliq "Ih apaan sih lu Liq, gua tempeleng lo."
"Aku mau kayak gini dulu mas," rengek Maliq dengan nada manja yang dibuat-buat. Aya yang melihat itu tertawa. Tanpa menyadari seorang cowok yang berada di dalam pelukannya sedang menyunggikan senyum. Naufal senang melihat pemandangan ini.
Tapi tunggu, Aya memberhentikan tawanya. Matanya menyapu ke tempat mereka berdiri sekarang. Dia tidak melihat Haykal. Dimana Haykal? Apa obat itu sudah bekerja?
Sedangkan dilain tempat, setelah melihat kejadian Naufal yang berpelukan dengan Aya. Haykal langsung pergi ke toilet, dia merasakan badannya panas. Kenapa ini?, "Ini kenapa sih!? Perasaan gua gak pernah panas kayak gini." Wajahnya sudah memerah.
Haykal tiba-tiba mendengar suara yang memanggil namanya "Kak Haykal! Kak!" itu seperti suara teman Rayya.
"Kak, kakak gak papa kan? Ih kakak kenapa?" Tanya Aya dengan muka paniknya. Dan langsung membopong Haykal ke luar toilet.
"Ke kamar aja." Gumam Haykal setelah sudah di luar toilet. Sedangkan Aya yang mendengar kata kamar bergidik ngeri. Dia takut, tapi inilah rencannya. "I-iya kak" ucap Aya terbata-bata.
Setelah masuk kamar Aya ingin segera keluar namun tiba-tiba tangannya ditarik oleh Haykal. "Lo mau kemana?" Tanya Haykal dengan suara paraunya.
"Ke-luar kak" jawab Aya dengan nada sedikit takut. Sepertinya dia harus menggagalkan rencana nakalnya ini. Tidak bisa.
"Temenin gua," ucap Haykal dengan lirih. Sungguh dia sedang menahan hawa nafsu yang menyerangnya.
"Kakak kenapa?" tanya Aya takut. Mata Haykal yang tajam sudah tergantikan oleh kabut gairah. Nafasnya juga sudah memburu.
"Lo temenin gua disini," paraunya. Tangannya sudah terkepal kuat. Percayalah, tubuh Aya benar-benar menggodanya. Tapi dia tau ini pengaruh sesuatu dari dalam tubuhnya.
"I-iya aku teme—" ucapan Aya terhenti ketika Haykal tiba-tiba menciumnya. Aya kaget. Sungguh. Tapi ini yang dia mau.
Haykal sudah tidak bisa menahannya. "Maaf." Satu kata sebelum Haykal melakukannya.
***
VOMENT YUK GUYS!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Disappointed.
Novela JuvenilAku kecewa terhadap diriku. Aku kecewa terhadap logika otakku. Aku kecewa kepada semua yang ada dalam diriku. Aku kecewa karena hanya memikirkan diriku saja. Kesalahan terbesarku membuatku menjadi membenci diriku sendiri. Musuh terbesarku adalah aku...