54. LAHIR

19.7K 804 213
                                    

"Jika langit sedang bahagia, maka dia akan memancarkan cahayanya yang terang dan memberikan keindahannya untuk dunia,"

***

"Haykal sayang Aya."

"Cih." decih Rayya.

"Sayang lo bilang? SAYANG APA YANG LO MAKSUD HAH?" teriaknya menarik kerah pakaian Haykal.

"LO UDAH NINGGALIN AYA! TERUS LO BILANG, LO MASIH SAYANG SAMA DIA!?"tanyanya. "BRENGSEK!"

Rayya menghapus air matanya yang menetes begitu saja, "Lo baru dateng pas dia lagi dalam keadaan yang kritis kayak gini. Bahkan lo gak peduliin anak lo sendiri. Semuanya kayak gini karena lo Kal. KARENA LO!"

Haykal mengangkat kepalanya, menatap Rayya dengan anggukan kepalanya. "Iya, ini salah gua. Dan gua sekarang nyesel."

Rayya menahan tangannya untuk tidak menampar wajah lelaki bajingan di depannya. Demi sahabatnya.

"Nyesel? Baru sekarang? Baru buka mata lo hah? Baru ngelihat ada yang lebih butuh lo di sini?"

Haykal berdiri dari berlututnya. Dia membalas tatapan mata Rayya yang seolah ingin membunuhnya. "Gua lakuin ini bukan untuk gua. Tapi buat Aya dan anak gua juga."

Rayya tertawa sumbang, "Terlalu berharap lu. Kita gak ada yang tau keadaan mereka di dalem. Berakhir bahagia atau sedih,"

"Maksud kamu apa ngomong kayak gitu?" tanya Zafran tajam.

Rayya mengalihkan tatapannya ke arah orang tua sahabatnya. Orang tua? Dia rasa tidak. "Bahkan yang katanya dianggap papa aja gak tau. Oh iya, kan udah gak dianggep lagi," gumamnya miris.

"Bisa dijelaskan?"

"Bisa dong om," jawabnya dengan senyuman yang didalamnya sangat pahit.

Haykal menarik tangan Rayya. Menatap gadis di depannya dengan rahang yang sudah mengeras. "Maksud lo apaan hah?"

Rayya menepis tangan Haykal, "Kandungan Aya lemah. Lo gak tau kan?"

"Lemah? Tau dari mana lo?"

"CARI! Gua gak bodoh, gua gak buta, gua gak tolol kayak lo!"

Mata Haykal sudah memerah karena menahan air mata dan amarahnya. Kenapa selama ini Ia tak pernah mengetahui bahwa anaknya dalam bahaya.

Zafran mengeraskan rahangnya. Semua bayangan tentang Aya saat masih kecil memutar jelas di benaknya.

Emily sudah meluruhkan tubuhnya. "Aya,"

Sama halnya dengan Syena yang sudah kembali menangis. Semuanya karena salahnya.

Haykal kembali berlutut di depan Emily dan Zafran. "Maafin Haykal belum bisa jaga Aya."

Zafran membantu Haykal untuk berdiri, "Ini bukan kesalahan kamu doang. Ini juga salah papa dan mama,"

Emily berdiri, membuka tangannya untuk memeluk Haykal. Mengusap punggung lebar tersebut, "Kita serahin sama Tuhan. Semuanya ada di tangan Tuhan. Kita cuma bisa berdoa dan jalanin,"

Disappointed.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang