"Pa, gimana kemarin?" tanya Riexa kepada papanya yang sedang memakan sarapan.
"Berhasil, sayang. Kita deketin keluarga Haykal dulu," ujar Rudi tersenyum sinis.
Riexa tersenyum senang, "Makasih papa,"
"Iya sayang. Oh iya, pantes kamu ngejer si Haykal itu. Ternyata ganteng banget. Papa cemburu nih jadinya," cibir Rudi kepada putri semata wayangnya.
"Ih papa. Papa tetep nomor satu kok," Riexa berjalan ke arah papanya, dan langsung memeluk Rudi erat.
Rudi tersenyum. Membalas pelukan putrinya itu. Hanya Riexa yang dia punya. Riexa harta berharganya.
"Makasih pa," Riexa mengecup pipi Zavier.
"Iya sayang. Untuk anak papa apa sih yang enggak," Rudi mengelus rambut ikal Riexa.
Riexa memeluk Papanya lebih erat. Ia sangat menyayangi Rudi.
'Bentar lagi. Gua hancurin lo, Ay.'
***
"Mau kemana?"
"Kakak," Aya melingkarkan tangannya dengan wajah cemberut. "Aku kan tadi udah izin mau jalan sama Rayya,"
Cowok yang masih berseragam putih abu-abu meniliti pakaian Aya dari atas hingga bawah. "Rayya dimana?"
"DI SINI WOI! GUA DARI TADI DI SINI!" teriak seorang gadis yang duduk di jok motor vespa hitamnya.
"Naik motor?" tanya Haykal tidak percaya.
"Iyalah! Terus naik apa? Mobil? Sorry ya, gue gak sekaya lo yang mobilnya bejibun di garasi. Mobil gue cuma dua, dan itu dipake semua,"
Haykal mendengus, "Gua gak izinin lo bawa Aya naik motor."
Dalam kondisi Aya yang hamil besar, ya kali dia mengizinkan perempuan itu digonceng orang lain selainnya. Apalagi yang gonceng Rayya. Mana dia percaya.
"Ah lebay lo! Tuan putri lo gak bakal gue bawa ke sungai kok. Palingan gue tinggalin di jalan kalo bacot," Rayya menyengir di akhir mendapat tatapan tajam dari Haykal.
"Naik motor aja. Nanti kita keliling ya!" Aya menepuk tangannya disertai raut berbinar di matanya. Asik!
Haykal menggelengkan kepalanya. "Kalo mau gua izinin, bawa mobil."
"Ih lo keras kepala juga ya! Nggak laki nggak bini sama aja anjir!" Rayya sudah mencak-mencak.
"Rayya," rajuk Aya.
"Intinya Tuan Haykal Keandra izinkan hamba membawa Nyonya Haykal Keandra menaiki kereta kuda yang kubawa," ucap Rayya
menyatukan kedua tangannya di depan dada."Iya," Aya ikut melakukan apa yang Rayya lakukan. Dia juga memberi puppy eyes agar Haykal semakin luluh.
Haykal berdecak kesal, "Ya ya ya. Tapi, ada satu syarat."
Dua perempuan yang bersorak girang itu kembali menatap Haykal. "Apa?"
"Gua gak mau denger yang aneh-aneh. Aya harus sampai rumah dengan keadaan gak ada luka. Sampai ada luka, gua bakal salahin lo." tunjuk Haykal pada Rayya. "Dan gua juga bakal kurung lo di rumah." Kali ini Haykal menunjuk Aya.
Dua perempuan tersebut secara bersamaan mengangguk. "SIAP!"
***
"Wah!!" Aya tersenyum memperhatikan jalanan ibukota yang sedang padat dan ramai.
"Mau kemana nih!?" tanya Rayya berteriak agar suaranya terdengar oleh Aya.
"Ke tempat makanan yang enak. Gua laper,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Disappointed.
Novela JuvenilAku kecewa terhadap diriku. Aku kecewa terhadap logika otakku. Aku kecewa kepada semua yang ada dalam diriku. Aku kecewa karena hanya memikirkan diriku saja. Kesalahan terbesarku membuatku menjadi membenci diriku sendiri. Musuh terbesarku adalah aku...