18. REVANO YUDA RISTO

10.2K 521 7
                                    

Huek..huek..huek

Aya memuntahkan seluruh isi perutnya. Seperti biasa, hanya cairan bening saja yang keluar.

Bau amis dari cairan tersebut membuatnya kembali ingin muntah. Dia mengusap bibirnya dengan air supaya dapat mengurangi rasa mualnya.

Tok tok tok!

Suara ketukan berasal dari luar membuat Aya buru-buru bersiap. Dia menatap dirinya di pantulan cermin. Sudah cantik.

Ya, hari ini dia kembali sekolah. Haykal mengizinkannya.

Tok tok tok!

"Iya bentar," Aya mengampirkan tasnya di pundak. Lalu, mulai berjalan membuka pintu yang terus diketuk.

Ceklek!

"Ayo,"

"Nggak." Haykal memberi tatapan tajamnya. Dia memperhatikan Aya dari atas sampai bawah. "Ganti baju. Tidur di rumah."

Aya menghentakan kakinya kesal. "Aku gak mau!!"

"Pucet."

"Aku habis muntah. Itu gara-gara muntah. Bukan apa-apa kok,"

Haykal mengangguk. "Jangan cemberut. Gua izinin."

Aya sudah tersenyum senang. Dia menarik Haykal agar cepat berangkat. Takut nanti terlambat.

***

"Kak, nanti jangan turunin aku di dalam sekolahnya ya,"

"Ya."

Aya menoleh ke arah Haykal. "Kamu izinin?"

"Hm."

Mimik wajah Aya berubah murung. Kan dia ingin seperti di novel-novel. Si cowok datar yang tak mengizinkan pacarnya untuk turun jauh dari sekolah.

Ya walau sebenarnya dia juga tak mau turun di daerah sekolah. Dia takut Riexa melihatnya berangkat bersama Haykal dan pasti menyakitinya lagi. Atau mungkin anaknya juga.

"Mau cemberut doang? Gua turun duluan." Haykal meninggalkan Aya sendiri di dalam mobil sport milik laki-laki itu.

Aya mengedarkan pandangannya sekitar. Matanya membulat lebar. "HUA!! KOK DITURUNIN DI SINI SIH!?"

Cepat-cepat Aya turun dari mobil, kemudian dia berjalan cepat memasuki gedung sekolah. Selama koridor dia terus bergumam tak jelas. Siswa-siswi yang lain menatapnya aneh.

"Kasihan mana masih muda,"

"Cantik-cantik kok gila,"

"Depresi kali ya?"

Brak!

"HUWA SAKIT!" pekik Aya memegang keningnya yang menabrak sesuatu yang cukup keras.

"Lagian jalan tuh pake mata, jangan pake mulut," celetuk suara songong di depannya.

Aya mengangkat kepalanya. Nafasnya memburu menatap tajam cowok di depannya. "Ih! Jelas-jelas lu yang salah!"

Disappointed.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang