SELAMAT MEMBACA!***
"Munafik!"
Haykal mengangguk. Ya, itu dirinya. Julukan itu sangat pantas untuk dirinya. "Lu benar. Lelaki itu gua. Cowok munafik yang sekarang lagi di depan lu."
Aya sama sekali tidak berniat membuka suaranya. Bahkan matanya sama sekali tidak melihat ke arah lelaki di depannya. Sungguh, dirinya tidak sanggup melihat wajah lelaki yang dengan bodohnya sampai sekarang masih dia cintai.
"Apa cowok munafik ini masih bisa dapat bintangnya? Apa cowok munafik ini masih bisa membuat bintangnya kembali seperti semula? Kembali ke perempuan yang ceria, bukan kayak gini."
"Apa gua masih bisa termasuk dalam bagian dalam hati lu?"
"Apa aku pernah ada dalam bagian hati kamu?" tanya Aya. Cukup. Sudah cukup dia mendengar kalimat yang hanya terdengar manis.
Mata yang sudah digenangi air mata menatap mata tajam tersebut. Mata yang sama sekali belum pernah menunjukan betapa laki-laki di depannya ini mencintai dirinya.
"Nggak akan pernah," lirih Aya yang sudah tau apa jawaban yang Haykal sampaikan. Senyumnya tercetak. Senyuman yang begitu pedih.
Haykal menggenggam jemari Aya, namun segera ditepis oleh pemiliknya. Kembali dia menggenggam jemari Aya yang begitu bergetar. "Gua minta maaf karena belum bisa balas cinta lu sama gua."
"Tapi, gua tau bahwa lu sangat berarti di hidup gua. Kehadiran dan kehilangan lu sangat berpengaruh dalam hidup gua. Semua yang lu lakuin selama ini ternyata bikin gua yang datar bisa luluh—,"
"Itu bukan karena aku. Tapi anak kamu," Apa Aya masih bisa menganggap bayinya itu anaknya? Bahkan dia tidak tau mengetahui keberadaan bayi yang dia kandung selama sembilan bulan.
"Kenapa lu gak percaya sama yang gua bilang?"
"KARENA KAKAK PEMBOHONG!" teriaknya. Nafasnya sudah memburu. Tatapan penuh kekecewaan yang dia arahkan ke lelaki di depannya.
"Kamu pernah bilang kalau kamu gak akan ninggalin kita berdua. Tapi apa? Kamu ninggalin kita tanpa pamit sedikitpun. Apa kesalahan yang aku lakuin gak bisa buat kamu maafin aku? Aku sampai bujuk kamu di garasi, tapi sama aja," cicitnya.
"Setidaknya untuk anak k-ki—kamu," Dadanya terasa nyeri mengucapkan kalimat tersebut.
Haykal menangkup wajah Aya agar kembali menatapnya. "Semuanya udah hilang jadi rasa penyesalan. Gua nyesel karena gak bisa jaga kalian berdua. Gua bodoh karena biarin keluarga kecil gua berdiri sendiri menunggu lelaki bodoh yang tidak tau kapan sadar. Tapi, ternyata lelaki bodoh itu udah sadar saat semuanya terlambat,"
Tes!
Sungguh Aya benar-benar terkejut dengan yang apa dia lihat sekarang. Wajah yang selalu terlihat datar dan dingin sungguh membuatnya tidak percaya dengan yang apa dia lihat sekarang. Wajah tampan yang selalu diincar perempuan di luar sana, kini meneteskan cairan bening.
Haykal menangis.
Apa segitu berpengaruhnya dia di dalam hidup lelaki di depannya?
"Kasih gua hukuman karena udah buat kalian menderita. Kasih gua tamparan kalau perlu bunuh gua biar bisa bikin lu maafin gua. Tapi, jangan hukum gua dengan nunggu lu yang dalam keadaan koma. Gua benci itu. Gua gak bakal sanggup."
"Beri gua keyakinan bahwa selama ini lu sangat penting dalam hidup gua. Dan ya, lu udah buat gua yakin bahwa lu sangat berarti di dalam hidup gua. Dengan lu koma buat gua semakin yakin dan semakin benci sama diri gua sendiri. Karena gua gak bisa jadi pendamping yang baik buat hidup lu. Gua udah kecewain papa karena udah buat putri kesayangannya kayak gini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Disappointed.
Teen FictionAku kecewa terhadap diriku. Aku kecewa terhadap logika otakku. Aku kecewa kepada semua yang ada dalam diriku. Aku kecewa karena hanya memikirkan diriku saja. Kesalahan terbesarku membuatku menjadi membenci diriku sendiri. Musuh terbesarku adalah aku...