Malam ini rumah Rain kedatangan tamu tak di undang. Bagaimana tidak?
Bagas dkk membawa orang yang sudah membuat ia trauma dalam beberapa hari yang lalu. Ia tak datang sendiri, melainkan datang bersama temannya.
Saat ini mereka semua sedang berkumpul di ruang tamu. Suasana disana sangat canggung sekali, tak ada yang berani bersuara. Hingga...
"Gimana keadaan orangtua kamu, Dion?" tanya Rahma ramah.
Ia tak tahu apa yang terjadi disini, oleh karena itu ia berani bertanya.
"Mereka baik tan. Tante sama Om gimana?" tanya Dion sopan.
"Alhamdulillah kami pun baik"
"Oh iya, Om Tara kemana ya tan? Dari tadi saya nggak liat dia!" ucap Dion.
"Dia lagi ngurus bisnisnya di luar negeri" balas Rahma. Dion mengangguk.
"Kalian semua mau minum apa, biar Tante buatin?" tawar Rahma.
"Nggak usah Tante, takut repotin" ucap Dion tak enak.
"Gak papa, sekalian Tante buatin" balas Rahma.
"Gak usah tan, Tante istirahat aja" sahut Fero yang dari tadi diam.
"Yaudah kalau gitu, Tante ke kamar dulu yah"
"Iya Tante" jawab mereka kompak.
"Bagas, pastiin Rain nggak tidur malem yah!" peringat Rahma lalu pergi.
"Iya, Bunda" sahut Bagas.
Sedekat itu yah Bagas sama Bunda Rain, sampai panggil Bunda gitu. Batin Agung.
Setelah kepergian Rahma, suasana kembali canggung. Tak ada yang berani untuk membuka suara. Semua diam dengan pemikiran masing-masing.
Begitu juga Rain. Setelah sang Bundanya pergi, ia langsung menundukkan kepalanya. Keringat dingin mulai bercucuran di dahinya, ia sangat takut dengan orang di hadapannya ini. Ya, Agung memang duduk tepat di hadapan Rain.
Saking takutnya, Rain yang sedari tadi memegang tangan Bagas tanpa sengaja meremas tangan Bagas kuat. Membuat sang empunya terkejut dan menoleh.
"Ya ampun. Kamu kenapa?" tanya Bagas kaget.
"Hah? E..eh, maaf maaf. Tangan kamu gak papa kan? Aduh merah lagi? Aku obatin yah!" ucap Rain lalu memeriksa tangan Bagas.
Ia bisa melihat tanda merah di tangan Bagas akibat ulahnya. Sungguh itu pasti perih rasanya. Ia jadi merasa bersalah.
Yang ada disana hanya diam membisu, seakan dunia ini hanya milik mereka berdua. Dan yang lain, hanya makhluk tak kasat mata. Udah kek hantu yah, wkwk!
Segitu care nya lo sama Bagas, Rain. Batin Agung.
"Aku nggak papa sayang. Justru kamu yg kenapa?" tanya Bagas.
"A..aku, aku, aku, emm aku__"
"Lo kenapa sih dek?" tanya Zaidan.
"Nggak papa bang" jawab Rain.
Posisi Rain saat ini ada di tengah tengah Bagas dan Zaidan.
Bagas menoleh ke arah Rain, dan mendapati kekasihnya itu tengah bercucuran keringat. Bagas pun mengangkat kepala Rain yang mendunduk. Disana ia bisa melihat raut ketakutan di mata kekasihnya itu.
"Kamu gak usah takut, aku ada di samping kamu. Dia kesini cuma mau minta maaf" bisik Bagas.
Mendengar itu Rain sedikit bernafas lega. Ia pun tersenyum untuk membalas ucapan Bagas.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAGASRAIN
Документальная прозаBerpacaran dengan Most Wanted? "Mempunyai kekasih Most Wanted adalah hal yang menyenangkan. Tapi kalian harus tau nggak selamanya menyenangkan.." -Qerainan Lexia Megantara- "Mempunyai mu adalah hal terindah dalam hidupku. Biarkan aku menjaga dan mel...