Setelah semua yang dilakukan Prisillia dkk, Rain tidak bisa lagi berbuat apa-apa selain berdo'a berharap ada orang yang menolong nya. Ia pun mencoba mengirim pesan kepada Bagas.
Gagas😎
Bagas tolong aku! Aku takut, disini gelap.Setelah mengirim pesan tersebut Rain kehilangan kesadaran nya dan semuanya menjadi gelap.
Sedangkan disisi lain, Bagas dkk sedang kebingungan karena sedari tadi mereka tidak melihat Rain dimana pun. Biasanya gadisnya itu akan pergi ke perpustakaan untuk menunggu nya latihan. Ya, Bagas ada latihan basket hari ini. Tapi nihil dia tidak menemukan Rain disana. Dan itu semua sukses membuat nya khawatir.
Aduh Rain kamu dimana sih? Jangan buat aku khawatir dong!. Batin Bagas.
"Gimana Gas, ade gue ketemu belum?" tanya Zaidan yang baru saja datang dengan Riko dari kantin. Bagas hanya menggelengkan kepalanya.
"Duh, lo dimana sih de? Jangan bikin khawatir dong!" lirih Zaidan.
"Lo udah coba cari dia?" tanya Riko.
"Kita udah cari ke seluruh sekolahan, tapi nggak ada" jawab Fero.
"Dede gemes lo kemana sih!" cemas Reno.
"Coba lo telpon Letta, siapa tau Rain ada sama dia!" ucap Riko.
Bagas mengangguk. Tepat saat Bagas membuka lock screen ponsel nya sebuah pesan masuk. Dengan cepat Bagas membuka pesan tersebut. Begitu terkejutnya dia saat pesan tersebut dikirim oleh orang yang sedang ia khawatirkan.
Tanpa menunggu Bagas segera membuka pesan tersebut dan terkejut saat membaca pesan itu.
My Rain😘
Bagas tolong aku! Aku takut, disini gelap.Setelah membaca pesan tersebut Bagas langsung menghubungi Rain. Namun sayang ponsel nya tidak aktif. Melihat perubahan wajah Bagas yang semakin khawatir, mereka bisa menebak ada yang tidak beres.
"Gimana?" tanya Riko.
Bagas menunjukkan pesan yang di kirim Rain kepada sahabat nya. Mereka pun sama terkejutnya.
"Kita cari sekali lagi! Perasaan gue gak enak" ucap Bagas kemudian bergegas pergi diikuti teman-teman yang lain.
Setelah kurang lebih 2 jam mengelilingi sekolah, mereka masih belum menemukan keberadaan Rain. Dari 2 jam yang lalu juga, Reno, Fero, dan Riko sudah pulang karena Bagas yang tak mau merepotkan mereka. Sekarang tersisalah Bagas dan Zaidan.
"Gimana nih? Rain masih belum ketemu juga. Mau bilang apa gue sama Ayah Bunda kalau dia gak balik sama gue!" ucap Zaidan frustasi karena belum menemukan keberadaan adiknya.
"Ada satu tempat lagi yang belum kita cari. Ikut gue!" balas Bagas sambil menyeret tangan Zaidan. Yang di seret hanya pasrah.
Untung calon adik ipar. Batin Zaidan.
Tibalah mereka di tempat itu.
"Gudang?" gumam Zaidan.
"Ngapain Rain ke tempat kek gini? Nggak ada kerjaan lain apa!" lanjutnya.
"Cuma tempat ini yang belum kita periksa. Udah bantuin gue dobrak ni pintu!" balas Bagas.
"Gila lo mau dobrak pintu gudang!" celetuk Zaidan.
"Banyak ngomong lo. Buruan!" desaknya membuat Zaidan mendengus.
Mereka pun mendobrak pintu gudang. Mereka terus berusaha sampai ketiga kalinya pintu itu akhirnya terbuka.
Brakkk
Begitu pintu terbuka, tersajilah pemandangan yang tidak mengenakan. Bagaimana tidak? Mereka melihat Rain terduduk bersandar pada dinding dengan keadaan yang jauh dari kata baik-baik saja.
Seragam berantakan, rambut acak-acakan dan wajah cantiknya yang penuh luka. Mereka segera menghampiri Rain.
"Rain sayang, bangun! Kamu kenapa bisa kayak gini sih?" Bagas berujar cemas.
"Aduh de kenapa lo bisa kayak gini!" kali ini Zaidan yang berucap. Dia bingung apa yang harus ia jelaskan nanti kepada orangtua nya tentang kondisi Rain sekarang.
Sementara Bagas. Tangan nya sudah terkepal, wajah nya merah padam menahan amarah yang bisa meledak kapan saja. Urat lehernya menonjol dengan jelas. Ia bersumpah siapa pun yang melakukan ini kepada gadisnya akan mendapatkan hal yang setimpal.
Bagas langsung menggendong Rain dan membawanya ke parkiran. Beruntunglah dia hari ini karena membawa mobil.
"Lo pulang aja! Rain biar gue bawa ke RS. Lo nanti nyusul sama Ayah Bunda" ucap Bagas. Zaidan hanya mengangguk kemudian menghidupkan motornya dan pulang.
Begitu pun Bagas. Dia langsung tancap gas menuju RS. Setelah 20 perjalanan, Bagas pun sampai di Rumah Sakit. Dia segera membawa Rain dan menggendong nya keluar. Di pintu RS sudah ada beberapa perawat yang stay dengar brankar. Bagas membaringkan tubuh Rain disana dan ikut mendorong brankar itu menuju ruang ICU.
"Maaf Mas, Anda tidak boleh masuk!" ucap perawat itu kemudian masuk ke dalam.
Bagas kemudian duduk di kursi yang di sediakan RS. Tak lama kemudian Bagas melihat keluarga Rain berjalan dengan tergesa ke arah nya.
"Bagas!" panggil Rahma.
"Bunda!" balas Bagas sambil memeluk Rahma erat.
"Maafin Bagas Bun, Bagas gagal jagain Rain. Bagas ingkar janji Bagas buat jagain Rain. Ini semua salah Bagas Bun!" lirihnya di pelukan Rahma.
"Ssstt ini bukan salah kamu. Kamu udah jaga Rain dengan baik, Bunda bangga sama kamu. Percaya sama Bunda, Rain pasti baik-baik saja" ujarnya seraya melepaskan pelukannya dan tersenyum.
"Om, Bagas__" belum sempat menyelesaikan ucapan nya, Ayah Rain lebih dulu berucap.
"Kamu tenang aja, Rain pasti baik-baik aja di dalem. Dan Om juga yakin kamu udah bener-bener jagain Rain" ucapnya kemudian tersenyum.
Suasana kembali hening. Mereka sibuk dengan pemikiran masing-masing. Hingga pintu ruangan Rain terbuka dan memecahkan keheningan tersebut. Nampaklah pria berjas putih keluar dari ruangan Rain kemudian menghampiri mereka.
Up again🎉🎉🤩🤩
Ceritanya berlanjut ya guys, gimana seru nggak?
Typo. Typo. Maafkanlah kalau selalu terjadi begitu. Hehe..Jangan lupa vote+komen nya guys..🙏🏻
Babayyy😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
BAGASRAIN
Non-FictionBerpacaran dengan Most Wanted? "Mempunyai kekasih Most Wanted adalah hal yang menyenangkan. Tapi kalian harus tau nggak selamanya menyenangkan.." -Qerainan Lexia Megantara- "Mempunyai mu adalah hal terindah dalam hidupku. Biarkan aku menjaga dan mel...