✨Part 18✨

260 13 0
                                    

Malam harinya Rain bangun dengan keadaan kacau. Dia merasakan perutnya melilit. Sakit sekali. Apa dia salah makan? Tidak tidak. Lalu kenapa?

Rain ingat sekarang. Minggu ini adalah jadwal nya datang bulan. Pantas saja perutnya tidak enak. Ia pun ke kamar mandi memastikan benar apa tidak nya.

Dan benar saja, hari ini adalah jadwal nya datang bulan. Beruntung ia masih memilik  stok pembalut di kamar mandi nya. Ia pun segera berganti, kemudian keluar.

"Dek turun, makan malem!" teriak Zaidan dari bawah.

"Iya bang, bentar!" balas teriak Rain.

Ia segera bersiap kemudian turun. Saat sampai disana ia melihat Zaidan tengah duduk menunggunya. Ia pun duduk di hadapan Abang nya itu.

"Lo kenapa? Kayaknya lemes gitu?" tanya Zaidan.

"Gak papa bang. Cuma lagi dateng bulan aja ko, jadi bawaannya lemes gini" jawab Rain.

"Beneran gak papa kan?" Zaidan memastikan. Rain mengangguk sebagai jawaban.

Kemudian hanya dentingan garpu dan sendok yang menghiasi makan malam sederhana itu. Setelah selesai, kini kakak beradik itu tengah menonton televisi di ruang keluarga.

Dengan Rain yang tidur di pangkuan Zaidan. Manja!

"Lo kalau lagi dateng bulan gini, manja ya!" ucap Zaidan.

"Biarin dong! Manja sama Abang sendiri" balas Rain.

"Iya deh iya, adik Abang tersayang" ucap Zaidan sambil mengelus rambut Rain. Membuat Rain lama-kelamaan mengantuk.

"Rain bangun! Gue pegel nih!" ucap Zaidan namun tak ada balasan.

"Rain!" ucapnya lagi. Namun sama, tak ada balasan.

Zaidan sedikit membungkuk dan melihat adiknya. Dan lihatlah dia? Dia tertidur pulas sekali di pangkuannya.

"Pantesan gue di kacangin! Tidur rupanya?" omel Zaidan.

Zaidan perlahan bangkit dan memberikan Rain bantal agar lehernya tidak sakit. Tak lupa ia memakaikan Rain selimut yang ia ambil dari kamarnya.

"Good night little princess Abang. Maaf yah Abang tinggal dulu bentar, Abang ada urusan. Bentar ko!" ucap Zaidan kemudian mengecup kening Rain dan pergi.

Tepat pukul 12:00 malam, Zaidan pulang dengan beberapa kantong plastik di tangannya. Salah satunya adalah pembalut milik adiknya.

Walaupun Zaidan cuek, tapi dia tau apapun keperluan adiknya. Contohnya seperti pembalut seperti ini. Ia pernah pernah disuruh membeli benda seperti ini, alhasil ia tahu.

Zaidan melihat Rain masih tertidur di sofa, iru artinya Rain masih belum bangun saat ia tinggalkan. Ia pun memutuskan untuk menemani adiknya ini dan tidur di sofa satu nya lagi.

Pukul 04:30 Rain terbangun. Ia melihat sekeliling, ternyata ia tertidur di ruang keluarga. Ia juga melihat Zaidan tidur sofa sama sepertinya.

Ia kemudian memakaikan selimut yang ia pakai kepada Zaidan. Ia yakin selimut ini Zaidan yang memakaikan nya pada nya. Setelah itu ia naik dan bersiap sekolah.

Rain turun dan sudah siap dengan seragam sekolahnya. Ia melihat Zaidan masih tertidur di sofa. Ia pun membangunkan nya untuk segera bersiap.

"Bang bangun! Mandi sana, habis itu kita sarapan" ucap Rain sambil menggoyangkan bahu Zaidan.

"Eungghh" lenguhnya.

"Mandi sana, terus sarapan. Keburu siang berangkat sekolah" ucap Rain.

Rain pun meninggalkan Zaidan yang sedang mengumpulkan nyawa nya. Zaidan sesekali tersenyum, beruntung sekali ia memiliki adik seperti Rain. Ia pun bangkit dan bersiap.

BAGASRAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang