07. Pulang bareng?

430 78 12
                                    

Teman yang benar-benar ada di saat kita susah adalah mereka yang tulus berteman sama kita tanpa ada unsur dan maksud apa pun -Aditya Rakhananta

Happy Reading❤

"Ke kelas yuk!" ajak Abdul antusias. Rafa dan Adit mengindahkan perkataan Abdul. Merekapun berjalan santai menuju kelas.

"Lo udah daftar ekskul futsal emang?" tanya Rafa.

"Udeh, make seleksi segala lagi ribet. Tinggal terima aja gitu susah amat," cibir Abdul.

"Tapi tadi lo bisa?" sambung Adit. "Ya bisa lah gue kan jago."

"Songong!" serempak Adit dan Rafa.

"Bang Daffa," panggil Abdul. "Jangan manggil abang dodol. Panggil aja Daffa," bisik Adit.

"Wah parah lo, ngajarinnya gak bener!" tuduh Abdul. "Ya," balas Daffa dari kejauhan.

Ketiganya pun menghampiri Daffa. "Bang, selain lo ikut ekskul basket, dulu lo ikut eskul apa aja?"

"Osis, pencak," ujar Daffa.

"Edan jago juga lo," sahut Rafa. "Udah 'kan nanya itu doang?" ketus Daffa.

"Eh, Bang! kalau ketemu sama si Jua salamin ya," kata Abdul genit. "Ya," jawab Daffa cuek dan langsung meninggalkan mereka.

"Kadang gue suka kasian aja gitu sama si Zahra," timpal Rafa. "Kenapa?" tukas Adit.

"Kayaknya si Zahra tuh suka sama si Daffa, tapi si Daffa kayak gak pernah nyadar gitu."

"Biarin aja, udah gue bilangin tadi tapi dia malah nyolot," jawab Adit.

"Emang dasarnya juga orang muna itu susah, dia bisa aja bilang gak suka tapi hatinya? mana tau."

"Lah lo ngomong kayak paling bener aja, asal lo tau Dit, lo juga muna dimata gue."

"Kok lo ngomong gitu?" Adit sedikit bingung dengan penuturan Abdul.

"Ya jelas lah, gue tau lo suka sama si Jua. Tapi ungkapinnya bukan dari ungkapan tapi dari sikap."

"Gue gak suka sama Jua!" ketus Adit.

"Malah lo yang gue bingungin, Gak pasti suka nya sama siapa," sambung Adit lagi.

"Lah apaan gak pasti?" tanya Abdul bingung. "Iya lah. Sebenernya lo suka sama Jua apa sama Nadiya?"

"Kok lo jadi kepo?"

"Cuma nanya bukan berarti kepo."

"Gue sama Nadiya mah gak ada perasaan apa-apa dih, cakepan Jua kemana-mana lagi."

"Lo mah emang dasarnya mandang dari fisik sih, jadi belum liat hatinya gimana," kata Adit.

"Kalau lo sukanya sama Jua. Kenapa tadi pas Nadiya jatuh lo sok perhatian terus make gendong dia segala?" Tanya Adit lagi.

"Lah emang ngapa? orang bantuin doang. Ngebantuin bukan berarti suka, menolong orang itu atas dasar manusiawi bukan mencintai."

"Salah juga kalau Nadiya-nya baper sama lo, Dul," lanjut Rafa.

"Ya enggak lah. Belum tentu, logik aja masa cuma gara-gara hal tadi dia jadi baper sama gue? ngotak lah," sewot Abdul, kesal. "Kok lo jadi nyolot?!" ketus Adit.

"Oi, berisik Bambang!" teriak Rafa.

"Sorry Dit," ujar Abdul. "Sorry juga," balas Adit, saat mereka sadar jika mereka saling salah-menyalahkan.

"Pusing gue dengerin lo berdua debat capres," keluh Rafa memegang kepalanya.

"Siapa capresnya?" tanya Abdul. "Gue lah."

ADITYA [Proses terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang