Dengerin mulmednya plis...
-Acha Septriasa, Sampai menutup mata.Happy Reading❤
Kamu satu-satunya wanita yang paling aku cintai diantara jutaan wanita di dunia ini, aku beruntung milikkin kamu. -Aditya untuk Nadjwa.
***
Adit berdiri, ia menoleh ke tempat persembunyian Dito dan Ifan. Adit membawa pisau itu di tangannya. Lelaki itu menghampiri keduanya, dan mencekik salah satu dari mereka yaitu Dito.
"Lo udah bikin adik gue meninggal, sekarang gue mau lo nyusul dia." Adit mengangkat pisau itu tinggi-tinggi. Tapi sayang, Abi lebih dulu menahan tangan Adit. "Dit, tahan! lo apa-apaan sih, kalau dia ngebunuh ya jangan ngebales bunuh, apa bedanya lo sama dia kalau lo bales dia?"
Adit menjatuhkan pisau itu ke tanah. Ia menangis dan berteriak, Adit memukul pohon sekencang mungkin. Nadjwa yang melihat itupun langsung memeluk Adit dari belakang. "Jangan sakitin diri lo sendiri, gue tau kok lo sejatuh apa. Tapi gue mohon jangan kayak gini."
Amarah Adit langsung reda seketika saat Nadjwa memeluknya. Adit membalikkan tubuhnya, ia mendekap Nadjwa sekencang mungkin. "Megan udah gak ada, Ju! gue ngerasa gagal jadi abangnya!" pekik Adit dengan suara paraunya.
"Iya gue ngerti, lo gak boleh salahin siapa-siapa di sini, ini semua udah takdir, lo harus terima baik buruknya."
Adit melepas dekapannya. Ia menatap Dito dengan tatapan elangnya, "GOBLOK LO! BUNUH ANAK KECIL YANG GAK TAU APA-APA KENAPA DIA YANG JADI SASARANNYA ANJING!" Adit mendorong tubuh Dito sekuat tenaga.
"BANGUN LO PENGECUT!" Adit menghajar Dito habis-habisan, Dito tidak bisa membalasnya karena Adit terlalu kalut. "DIA SAUDARA TIRI LO JUGA! ADIK TIRI LO! KENAPA LO GAK MIKIR SAMPE SITU?!" ia menghempaskan tubuh Dito kebawah tanah.
"Gue tadinya mau bunuh lo! gue benci sama lo karena lo udah ngerebut Jua dari gue! tapi setiap gue pengen ngebunuh lo. Gue selalu salah sasaran!"
"BANGSAT LO!" Adit menendang perut Dito. "GUE JUGA BENCI SAMA LO, DASAR MANUSIA MENJIJIKAN, CUIH!" Adit meludah tepat di hadapan Dito.
"PENGHIANAT LO! AWALNYA NGEBAIK-BAIKIN KITA, MINTA MAAF KE KITA. TAPI DI BELAKANG MALAH KAYAK GINI," remeh Arkhan.
"MUNAFIK!" tambahnya tepat di wajah Dito. Ifan yang melihat Dito di perlakukan seperti itu pun langsung diam, ia sangat takut pada keduanya. Adit melirik ke arah Ifan. "Ajarin adik lo yang bener," sindir Adit berlalu melewati tubuh Ifan, mungkin ia sudah lelah menangis dan marah-marah.
Air di pelupuk matanya masih mengalir, ia belum bisa terima kalau Megan pergi meninggalkannya. Arkhan mengelus pundaknya, keduanya sedih melihat Megan yang di pangku oleh teman-teman Nadjwa. "Gue harus bilang apa bang ke Bunda," kata Adit dengan sendu.
"Gue gak tau, kita emang gak becus jagain dia, Dit!" desis Arkhan. "Lo gak salah, gue yang salah kalau bukan karena gue Megan gak akan kayak gini."
"Jangan saling salah-salahan, ini semua takdir," sahut Nadjwa yang berada di tengah-tengah mereka.
Drrtttdrrt.
Nama yang tertera di ponselnya adalah nama Dewi, Arkhan gemetar untuk mengangkatnya. Ia menoleh ke arah Adit mengisyaratkan untuk mengangkat atau tidak. "Angkat."
"Ha-halo," ujar Arkhan berusaha untuk menormalkan suara baritonnya. "MEGAN DIMANA ARKHAN? DIA GIMANA? BAIK-BAIK AJA 'KAN?"
Arkhan diam tak menjawab, ia bingung harus mengatakan apa pada bundanya. "Arkhan!" bentak Dewi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADITYA [Proses terbit]
Teen FictionAditya seorang lelaki tampan, pemberani mudah bergaul, dan tentunya nakal. Namun jika sudah menyangkut tentang perempuan sifat extrovertnya hilang seketika dan ia menjadi pria cuek kecuali pada perempuan dilingkupan keluarganya Sifat cuek Adit ter...