06. kelas sepuluh vs kelas sebelas

424 84 9
                                    

Hati dan pikiran memang tidak akan pernah bisa bersatu, sebab hati dan jalan pikiran itu berbeda. -Aditya Rakhananta.

Happy Reading❤

"ASTAGFIRULLAH!" bentak Dewi saat datang dan melihat sampah ciki-cikian yang berantakan diruang tamu. "Bi! Bibi!" panggil Dewi.

"Iya, Nya?" tanya Mimi. "Ini kenapa bisa kayak gini? kerjaan siapa ini?"

"Bun, udah gak usah emosi," ucap Raka yang menggendong Megan yang terlelap dipelukannya. "Gimana gak emosi, Pa!" bentak Dewi dengan emosi yang membludak.

"Maaf, Nya," ujar bi Mimi merundukan kepalanya. "Saya gak salahin, Bi Mimi, saya cuma mau tanya siapa yang lakuin ini?"

"Den Adit, sama Den Arkhan, tadi undang temen-temen nya kesini, Nya. Kirain saya mereka udah beresin semuanya, taunya belum."

"Emang ya dua anak itu selalu aja bikin saya pusing! sekarang mereka dimana, Bi?"

"Di kamar, Nya" kata Bi Mimi masih merundukkan kepalanya. "Di kamar siapa?"

"Bibi gak tau, Nya."

Dewi pun langsung menuju kamar kedua putranya yang bersebelahan. "Adit, Arkhan, keluar!" teriak Dewi dari balik pintu kamar mereka.

Adit dan Arkhan sangat terkejut dengan teriakan ibunya yang menggema disetiap kamar yang berbeda. "Mampus gue," kata Adit.

"Kenapa?" tanya Rafa polos. "Emak gue udah pulang."

"Ya udah, santuy sih," jawab Abdul enteng.

"Mata sia santuy tah!" balas Adit menoyor kepala Abdul.

"Iya, Bun." Arkhan lebih dulu keluar dari kamar sebelah.

"Adit!" racau Dewi semakin kencang. "Buset suara Emak lo kenceng amat," timpal Randi.

"Sampe delapan oktaf anjir," kekeh Abdul membuat keempatnya tertawa.

"Ngelunjak lu sama Emak gue, dikutuk lo jadi monyet!"

"Adit!" teriak Dewi semakin kencang. "Udah sana, Dit, samperin. Pecah lama-lama kuping gue," kata Rafa.

Adit pun keluar dengan tampang santai seolah tidak berbuat dosa. "Kenapa, Bun?" Dewi mengangkat kedua tangan nya ke arah Arkhan dan Adit lalu "Aaaaaa!" teriak keduanya saat Dewi berhasil menjewer mereka.

"Sakit, Bun." Arkhan meringis. "Bun, udah, Bun," keluh Adit meringis kesakitan.

Hanya jeweran tangan Dewilah yang membuat mereka kapok atas perbuatannya. Karena merasa kasihan, Dewi pun melepaskan jeweran nya.

"Bunda bakal kasih kalian hukuman," ucap Dewi menegangkan.

"ASTAGFIRULLAH," ujar keduanya mengelus dada. "Sekarang aja baru nyebut! tadi kemana aja? kenapa itu sampah gak diberesin?!"

"Itu tuh bang Arkhan." Adit menuduh Arkhan. "Kok gue sih? si Adit tuh, Bun."

"Bang Arkhan, Bun."

"Adit, Bun."

"Lo!"

"Lo!"

"Udah!" Bentakan Dewi berhasil membuat keduanya bungkam. "Bunda udah cape marah-marah terus. Seharusnya kalian mikir, kalian kan udah pada gede, udah pada SMA. Liat tuh di ruang tamu, banyak sampah kayak gitu bukannya dibersihin, kasian kan bi Mimi," ucap Dewi melembut.

"Iya, Bun, maaf." Keduanya meminta maaf.

"Ya udah, Arkhan sekarang kamu bantu Bi Mimi buat beresin semuanya, kalau Adit beliin bunda obat di apotek."

ADITYA [Proses terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang