Extra Part

672 28 0
                                    

Dengerin mulmednyaa yaa fav bgt😍
-Reza darmawangsa, Yang kurasa.

HAPPY READING❤

Gadis bersurai panjang itu duduk dilantai dan memeluk lututnya. Ia terus menangis di senderan tembok. Kamarnya gelap seperti tidak ada kehidupan. Nadjwa terlihat tidak terurus saat ini.

Ia jarang makan, jika diajak makan ia selalu menolak. Ia sering mandi malam-malam karena seharian penuh ia terus menangisi Adit yang tak kunjung memberi kabar. Seharusnya bulan-bulan ini Adit sudah pulang karena sudah lulus kuliah.

Nadjwa menjadi sarjana terbaik di kampusnya. Ia berkuliah di kampus ternama di kota Jakarta. Akhir-akhir ini ia nampak stres karena setiap ia menghubungi kekasihnya itu ponsel Adit selalu tidak aktif.

Nadjwa takut Adit sudah menikahi perempuan disana, ia benar-benar takut Adit melupakannya. Sesibuk apapun dia disana kalau dia sayang padanya ia pasti akan menghubunginya, tapi ini tidak.

Apa Adit mengingkari janjinya yang ia ucapkan dulu?

Prang.

Nadjwa melempar piring yang berisikan makanan kesukaan Nadjwa yaitu nasi goreng, Mira sudah memasakinya nasi goreng tetapi Nadjwa tidak mau turun ke bawah, akhirnya Mira menaruh nasi itu di nakas meja kamar Nadjwa.

Keluarganya panik, mereka memasuki kamar Nadjwa dan melihat piring sudah pecah, nasi goreng itu berserakan dimana-mana, Abi menyapu nasi goreng dilantai itu, sementara Beno mengumpulkan pecahan piring itu untuk dibuang.

Mira menangis dan mendekap anaknya itu kedalam pelukan hangatnya. "Sayang, kamu kenapa?"

"Aku kangen sama Adit, Ma! udah berbulan-bulan dia gak ngasih kabar ke aku. Apa dia udah punya yang baru disana? apa dia ngingkarin janjinya dulu? Nadjwa selalu nungguin dia, Nadjwa selalu ngabarin dia tiap hari lewat chat meski dia gak bales karena ponselnya gak aktif, Nadjwa juga udah pegang janji kalau Nadjwa gak boleh deket-deket sama cowo kecuali dia, Nadjwa berjuang banget buat nunggu Adit, tapi Adit? dia kemana? apa dia udah buang Nadjwa?"

"Gak sayang, kamu jangan ngomong gitu. Adit pasti pulang kesini lagi," jelas Mira mencium dahi anaknya itu. "Mama ngomong gini karena mama cuma mau nenangin aku doang 'kan? itu gak akan terjadi, kalau dia udah pulang juga dia pasti kesini."

"Mama percaya sama Adit, dia gak akan lupain kamu gitu aja, keliatannya dia sayang, Ju, sama kamu. Dia gak mungkin punya yang baru dan buang kamu gitu aja."

Nadjwa terkekeh miris. "Iya keliatannya, bukan nyatanya."

Beno memasuki kamar Nadjwa dan mengambil sepiring nasi goreng, ia memberikannya pada sang istri agar Mira menyuapi Nadjwa. "Jua makan dulu ya, nanti kalau Jua makan Adit bakal dateng kesini."

"Mama bener?" tanya Nadjwa seperti anak kecil, padahal Mira tau Adit belum tentu datang setelah Nadjwa makan.

"Iya bener." Mira menyuapkan nasi goreng itu ke dalam mulut Nadjwa, Nadjwa memakannya dengan sangat lahap, mungkin ia sangat lapar.

"Udah selesai! sekarang kamu mandi ya biar cantik," suruh Mira. "Kalau aku mandi Adit bakal jemput aku gak?"

Mira menghela napas berat. "Mama gak tau, sekarang kamu mandi pakai baju yang bagus, kita jalan-jalan."

"Jua maunya Adit," tolak Nadjwa membuat raut wajah Beno dan Mira kecewa. "Mama mohon sekali ini aja kamu mau ya jalan-jalan sama kita?"

Melihat mamanya yang memohon Nadjwa jadi tidak tega. Ia berpikir keras, tidak ada gunanya juga ia terus-terusan seperti ini. Lagi pula ini cuma jalan-jalan. Nadjwa mengangguk. "Iya udah Jua mau," putusnya.

ADITYA [Proses terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang