26. Dua hati yang tersakiti

246 39 1
                                    

Tanpa sadar, aku memang merasa tersakiti saat melihatmu bersamanya -Aditya Rakhananta.

Aku rela tersakiti demi melihat kamu bahagia bersamanya, karena jika aku terus memaksakan kamu untuk selalu ada, itu rasanya tidak mungkin. -Riyana Rumaisha.

Happy reading❤

Arkhan dan teman-temannya cemas karena tidak melihat Nadjwa dan Adit sejak tadi. Ntah mereka kemana, Arkhan dan yang lainnya sudah menelpon berulang kali tetapi tidak ada jawaban dari Adit dan juga Nadjwa. Memang bikin panik saja.

Hari sudah mulai sore, tetapi keduanya belum muncul juga. Tidak tau sampai kapan mereka akan menghilang, Arkhan tidak tau akan menjawab apa pada Dewi saat ia menelponnya nanti.

Mereka sudah menunggu keduanya di depan gerbang karena acara baksos sudah selesai. Semua sudah di renovasi dengan sangat baik.

"Lo udah makan Daf?" tanya Zahra yang berdiri di samping Daffa. "Belum."

"Makan dulu, nanti lo sakit," suruh Zahra. "Gak," balas Daffa cuek. "Makan sendiri atau mau gue suapin?"

"Makan sendiri." Dengan cepat Daffa menjawab pilihan tidak berfaedah itu. Zahra memanyunkan bibirnya, ia sedih karena Daffa tidak mau di suapi olehnya, tetapi tidak apa yang penting pujaan hatinya ini makan dengan lahap.

"Gue ambilin ya?" tawar Zahra. "Gak usah." Daffa masih saja memandang lurus tanpa menoleh ke arah Zahra.

"Pliss, ya, ya, ya, ya?" Zahra terus merajuk sejak tadi. Membuat Daffa pusing, dengan terpaksa Daffa mengangguk membiarkan gadis itu mengambilkan makanannya.

"Yeay!" Zahra meloncat-loncat seperti anak kecil, ia mengecup telapak tangannya dan menempelkannya pada pipi Daffa.

Zahra tertawa saat Daffa bereaksi terkejut. "Apa? Mau cium langsung?" godanya. "Gak." Ia pergi meninggalkan Zahra.

"Tungguin di situ jangan kemana-mana, gue ambilin dulu makanannya." Zahra berlangkah cepat agar Daffa tidak menghilang saat ia mengambilkannya makanan.

Sekarang beralih pada Dino dan Dina, sejak tadi keduanya itu diam saja. Mereka sedang bertengkar karena masalah besar, Abdul datang menghampiri mereka untuk mencairkan keheningan.

"Brow," sapanya menepuk bahu Dino. Dino menoleh. "Apaan?"

"Itu cewe lo di anggurin aja, gak kasian apa?"

"Bukan urusan lo, Dul," jawab Dino dengan pandangan datarnya. Dina terkekeh meremehkan. "Urusin tuh kakak kelas lo yang tukang selingkuh."

Abdul terkejut dengan penuturan Dina. "Lo apa-apaan sih Din, gak usah kasih tau Abdul soal masalah kita bisa gak?" Dino menatap Dina dengan tatapan tajam.

"Kenapa? Takut di permaluin? Emang kenyataannya gitu kan, makanya lo marah."

"Cukup ya Dino, lo udah buat gue bener-bener muak sama lo."

"Gue lebih." Dina nampak menahan tangisnya. Di depan Abdul, Dino, dan semua orang yang memandang mereka dengan heran.

Bagaimana tidak heran. Dino dan Dina termasuk couple goals di sekolahnya, sangat di herankan jika mereka nampak tidak saling mencintai, contohnya seperti ini.

"Ada apa ini?" tukas Arkhan yang datang bersama seorang gadis yang berada dirangkulannya, siapa lagi kalau bukan Riyana.

"Gue denger-denger ada kata selingkuh, apa bener, Din?" Arkhan bertanya dengan sangat hati-hati.

"Lo gak perlu tau masalah gue sama Dina, Ar."

Abdul mengangguk mengisyaratkan kata 'iya' pada Arkhan. "Untung kita gak gitu ya beb."

ADITYA [Proses terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang