Happy Reading😍
Kini rumah Nadjwa ramai dikunjungi oleh anak-anak Alerga dari angkatan X-XII , dari mulai Alerga inti sampai semua anggotanya datang untuk menjenguk Nadjwa, tetapi ada beberapa anggota Alerga (bukan inti) yang sudah pulang.
"Gue duluan, cepet sembuh ya Ju," ucap salah satu anak Alerga pada Nadjwa.
Nadjwa sudah pulang dari rumah sakit, keadaannya juga semakin membaik, namun ia tidak diperbolehkan sekolah dulu oleh Mira karena takut terjadi apa-apa pada putrinya itu. Terdapat Nadiya juga dirumah Nadjwa tetapi Adit berusaha untuk tetap tenang dan diam meski rasanya ingin cepat-cepat pergi dari nya
"Beb," panggil Zahra pada Daffa. Daffa menoleh, "Apa sayang." Namun malah Ben yang menyahut.
"Ish apaan sih lo bang!"
"Ya elah jangan galak-galak ngapa neng, nanti cantiknya ilang diambil mimi peri mau?"
"HEH BANG! NGAPAIN JUGA SI MIMI PERI NGAMBIL KECANTIKAN GUE?"
"Kan Mimi peri cantik banget tuh, jadi bisa aja dia minjem muka lo dulu buat gebet cowonya, ya untung-untung nambah kecantikan dia lah."
"NGADI-NGADI LU, GUE SIH TERLALU CAKEP SAMPE-SAMPE MIMI PERI AJA IRI SAMA GUE."
"Iya saking cantiknya yang mau minjem muka lo itu Mimi peri doang", sambung Dina.
"HEH BANG-"
"Zahra mau minum?" Tawar Mira. "Ah mau tante tapi cuma nanti aja lah ngga enak."
"Anggep aja rumah sendiri."
"Wah jangan tan, kalau ini rumah dianggep kayak rumahnya sendiri nanti yang ada semua makanan abis sama dia, wah gak rela gak ridho saya."
"SABAR, SABAR." Zahra mengelus dadanya.
Dino menyodorkan tangannya,"Nih dari hamba Allah," katanya memberikan minuman untuk Zahra.
"Siapa?" Tanya Zahra. "Randi" jawab Dino.
Hah? Randi? Ngapain ngasih beginian. Batin Zahra.
"Oh, thanks." Zahra merasa bahwa, baru kali ini ia diperhatikan seperti ini, memang beberapa hari lalu Zahra dan Randi sempat berkomunikasi, sangat dekat layaknya orang pdkt sampai sekarang pun masih, tapi Zahra menganggap nya hanya biasa saja seolah-olah tidak ada unsur apa pun saat Randi menjalin komunikasi lebih dulu.
"Ra,"panggil Randi. Ia menghampiri Zahra. "Hah?"
"Gue mau ngomong sesuatu sama lo," kata Randi. "Ngomong aja kenapa?"
"Nggak disini Ra."
"Lah emang kenapa sih?"
Randi terlihat tegang, keringat bercucuran di tubuhnya.
"MAU NGOMONG APAAN DAH? TEGANG AMAT LO."
"Udah Ran, gas aja disini." Abdul mengompori.
Randi memberikan boneka pada Zahra, "Buat lo."
Zahra menerima bonekanya, "Tumben banget lo." Zahra merasa bingung dengan tingkah Randi yang aneh seperti ini. "Udah ngasih ini doang? Kirain mau ngomong apaan."
"Ngga, sebenernya ada maksud lain, jadi gini..."
Zahra menunggu kelanjutan Randi, "Apaan? Jangan bikin gue greget deh."
"Jujur, gue suka sama lo, udah dari lama sebenernya, gue emang ngga pernah nunjukin tapi baru kali ini gue berani ungkapin semua isi hati gue buat lo."
Semuanya terkejut, kecuali Adit and the geng yang tidak kaget saat mendengar itu, karena mereka tau bahwa Randi sudah lama memendam perasaannya untuk Zahra, Randi tidak pernah menunjukannya dan baru sekarang ia mengungkapkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADITYA [Proses terbit]
Teen FictionAditya seorang lelaki tampan, pemberani mudah bergaul, dan tentunya nakal. Namun jika sudah menyangkut tentang perempuan sifat extrovertnya hilang seketika dan ia menjadi pria cuek kecuali pada perempuan dilingkupan keluarganya Sifat cuek Adit ter...