22. Berangkat bersama

266 40 0
                                    

Happy Reading❤

Keduanya menoleh, mereka terkejut akan kehadiran Nadjwa yang tidak Adit sadari sedari tadi. Nadiya mulai gelagapan, ia lupa bahwa Nadjwa juga ikut bersamanya tadi. Memang seharusnya ia tidak mengatakan ini.

Nadjwa menghampiri keduanya dengan tenang tapi ada tatapan yang menjelaskan bahwa ia kecewa, kenapa?

Flashback on

Nadjwa dan Nadiya tengah asik berbincang, Nadjwa ingat akan bertanya sesuatu pada Nadiya.

"Lo kenal sama yang namanya Adit, Nad?" Tanya Jua polos. "Iy-"

"Gak kok," jawabnya berbohong.

"Kok kayak nya kak Arkhan sama Adit kenal kamu?"

"Gak tau juga, udah yuk ke kelas aja," balas Nadiya tidak mau mengungkit masa lalu.

Flashback off

Nadjwa masih tidak percaya atas perlakuan Nadiya padanya, setidaknya apa salahnya sih jujur? Padahal hanya bilang iya atau tidak. Nadjwa juga tidak akan mengungkit-ungkit lagi setelah ia tau jawaban Nadiya.

Mungkin Nadiya memang takut masa lalunya dengan Adit terbongkar, ia juga belum siap untuk cerita kepada siapapun tentang hal itu.

"Kamu punya masa lalu sama dia, Nad?" tukasnya masih tenang. "Em-"

"Udah kebongkar semuanya, gak usah ditutup-tutupin."

"Gue bisa jelasin Ju." Nadiya memegang tangan Nadjwa. Secepat mungkin, Nadjwa menyentakan tangannya. "Apa lagi? Kenapa dari awal kamu gak jujur aja kalau kamu punya masa lalu sama dia? Kenapa waktu aku tanya waktu itu kamu malah bilang gak kenal sama Adit dan kak Arkhan, dan bodohnya aku percaya."

"Ini emang masalah sepele menurut kamu, tapi menurut aku gak. Aku paling gak suka sama kebohongan, apa lagi temen aku yang bohongin aku sendiri."

Nadjwa tersenyum miring, "Hebat kamu." Ia menabrak bahu Nadiya dengan sengaja lalu berlalu meninggalkan keduanya.

"Nadjwa." Lelaki itu mengejar Nadjwa, "Lo kenapa?"

Nadjwa sama sekali tidak menoleh pada Adit. Tatapannya berubah menjadi dingin seolah-olah sama seperti es batu yang sedang berjalan.

Adit memegang tangannya lalu menarik tubuhnya hingga Nadjwa berbalik dan menabrak dada bidang lelaki cool itu. Hidungnya yang mancung , Alisnya yang tebal, wajahnya yang bersih, bibirnya yang berwarna merah muda, dan rambutnya yang acak-acakan membuat Nadjwa terpesona akan ketampanan Adit. Perlu ia akui Adit memang sangat tampan jika dilihat dari dekat.

Perfect boy.

Beberapa menit berlalu, Adit benar-benar tidak melepaskan pelukannya. Membuat Nadjwa salah tingkah dibuatnya. Ia menjauhkan tubuhnya dari Adit namun secepat mungkin Adit kembali menarik tubuhnya.

"Jawab dulu lo kenapa, baru gue lepas pelukannya." Ucapan Adit membuat Nadjwa meringis. "I-iya aku jawab, tapi lepasin dulu."

Adit melepaskan pelukannya. Dan tersenyum simpul ke arahnya, Nadjwa sama sekali tidak bisa mengatakan apa-apa. Jujur ia sangat gugup karena hal tadi. Adit menaikkan satu alisnya, "Kenapa?"

"Cepet jelasin," kukuhnya. "I-itu." Nadjwa benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi. "Aku gak bisa jelasin, biar Nadiya aja yang jelasin semuanya."

Nadjwa berbalik badan dan melanjutkan langkahnya, "Lo mau jelasin apa mau gue cium?"

"Jelasin." Itu jawaban Nadjwa saat Adit menjebaknya dengan pilihan. Nadiya mematung ditempat melihat keduanya bermesraan didepan matanya, saat ia menyadari bahwa dirinya tidak di anggap ada disitu, ia langsung cepat-cepat menuju kelas.

ADITYA [Proses terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang