Brak!
Suara dobrakan pintu itu membuat Ifan dan anak-anak Varga terkejut, bagaimana ia bisa tau lokasi ini? Apa ia tau Nadjwa di culik? Pikir Ifan.
Abi menghampiri Ifan dan mencengkram lehernya kuat-kuat. Wajah Abi nampak menahan emosi, ia sangat marah saat tau Nadjwa di culik, bersama Ifan pula.
"Mana adik gue, bangsat!" pekik Abi kasar. Abi menyeret Ifan dan menyentakkan tubuhnya ke tembok, hingga kepala nya terbentur di tembok. "Gue gak tau," ucap Ifan berbohong.
Abi menendang perut Ifan berkali-kali, ia meninju wajah Ifan. "Dimana adik gue?!"
"Cepet jawab! Apa lo mau gue cekek leher lo sampe mati?" Ifan menelan salivanya kuat-kuat. Keringat mengalir deras di sekujur tubuhnya. Amal dan Roni menahan tubuh Abi agar ia tidak menghabisi Ifan saat ini juga
"Serang!" Rehan mengintruksi yang lainnya untuk menyerang anak-anak Varga yang lumayan banyak. Adit tidak peduli akan penyerangan itu, ia mencari di mana Nadjwa berada saat ini. Tempat ini sangat luas, bahkan banyak ruangan-ruangan kosong di sini. Ntah tempat macam apa ini, dasar Ifan bodoh.
"Nadjwa," teriak Adit berkali-kali. Gadis itu mendengar teriakan Adit yang menggema di seisi ruangan. Karena lakban hitamnya sudah di lepas oleh Ifan tadi, ia lebih leluasa untuk berteriak minta tolong pada Adit sekarang. "Adit, aku di sini." Adit mendengar teriakan itu, ia menyusuri ruangan paling pojok dan gelap. Ia mendobrak pintunya karena pintu itu terkunci dari luar.
Brak!
Adit berhasil mendobrak pintu itu. Ia melihat sosok gadis yang di ikat dengan tali. Dengan rasa senang Adit menghampiri Nadjwa dan mulai melepaskan ikatan tali tersebut. Talinya sangat terbelit-belit, jadi agak susah untuknya melepaskan Nadjwa.
Di sisi lain, Zahra, Dina, dan Nadiya sudah sampai pada lokasi yang di tuju. "Ini bener lokasinya?" tanya Zahra pada keduanya. "Iya bener, udah ayo masuk," ajak Nadiya.
Ketiganya pun masuk ke dalam. Mereka melihat anak-anak Alerga dan juga anak-anak Varga sedang berkelahi. Satu ruangan ini penuh dengan mereka, ketiganya mengambil kesempatan bagus ini. Karena tidak ada yang melihat mereka satu pun, dengan hati-hati ketiganya melewati ruangan itu dan beranjak ke ruangan lain.
"Gue takut Daffa kenapa-napa," ucap Zahra. "Udah jangan pikirin cowok dulu, sekarang yang terpenting kita cari di mana Nadjwa di sekap."
"Mending kita mencar, ini ruangan banyak banget, ini kan ruangan berjumlah lima belas. Kita bagi lima-lima ya." Keduanya mengangguk mendengar instruksi Dina, mereka pun mulai berpencar.
Adit berhasil melepaskan ikatan Nadjwa. Ia memeluk tubuh Nadjwa dengan hangat dan erat seperti seseorang yang baru menemukan belahan jiwanya. Ia mengelus puncak kepala Nadjwa dengan lembut dan menciumnya. Nadjwa membulatkan mata. "Kamu-"
"Maafin gue," ucap Adit yang masih memeluknya. "Kenapa minta maaf?"
"Karena gue gak selalu ada di samping lo, gue bener-bener takut kehilangan lo, Ju."
"Kenapa?" tanya Nadjwa polos. "G-gue sayang banget sama lo." Jantung Nadjwa berdegup kencang saat ia mendengar ucapan Adit. Sudah ketiga kalinya ia mendengar ucapan ini, tetapi baru kali ini ia merasakan bagaimana rasanya di cintai oleh seseorang yang ia cintai.
"Aku juga," balas Nadjwa tak kalah memeluk Adit dengan erat. Adit terkekeh dan melepaskan pelukannya. "Gue gak nyangka bisa sayang banget sama orang yang cupu kayak lo." Lelaki itu mencubit gemas hidung Nadjwa.
"Ihhh!" Nadjwa memukul dada Adit dengan pelan. "Ternyata cowo cuek kayak kamu bisa ngeselin juga ya."
"Tapi sayang kan?" Nadjwa mengangguk dan tersenyum. Adit kembali memeluk tubuh Nadjwa. "Heh, peluk-peluk terus."
KAMU SEDANG MEMBACA
ADITYA [Proses terbit]
Teen FictionAditya seorang lelaki tampan, pemberani mudah bergaul, dan tentunya nakal. Namun jika sudah menyangkut tentang perempuan sifat extrovertnya hilang seketika dan ia menjadi pria cuek kecuali pada perempuan dilingkupan keluarganya Sifat cuek Adit ter...