28. Takdir

224 34 0
                                    

Karena semesta tau, bahwa yang saling mencintai tidak akan terpisah dalam keadaan apapun, kecuali ajal menjemput.

Happy Reading<3

Gadis cantik itu berjalan di lorong sekolah, ia mendengus kesal saat ia melewati koridor kelas IPS 2. Kenapa kelasnya harus melewati depan koridor kelasnya Adit? Semenjak kejadian kemarin, ia sudah tidak mau berurusan lagi dengan Adit, ia merasa canggung karena Adit mengecup keningnya kemarin.

Bukan hanya itu, Abi juga menyuruh mereka untuk saling menjauh. Karena takut jika Nadjwa terluka jika bersama Adit.

Ting.

Bang Abi: udh di skolah? Ko ga bangunin gue?

Nadjwa: maaf, tadi buru-buru soalnya mau piket makanya dateng pagi.

Bang Abi: oh ya udah, gw udh tenang kalo lo udh di sekolah.
Read

Bruk!

Karena terlalu sibuk berkutik pada ponselnya. Gadis itu menabrak sosok pria yang memakai seragam dengan semua kancing terbuka dan menampilkan kaos hitam polos di tambah dasi yang di ikat di dahi juga gelang hitam.

"Maaf, aku gak liat jalan tadi." Adit berlalu begitu saja meninggalkan Nadjwa. Sifatnya kembali cuek setelah kejadian kemarin.

Nadjwa menepuk dahinya, ia lupa memberikan jaket Adit yang ia pinjam kemarin. Gadis itu memasuki kelas Adit dengan ragu, saat ia memasuki kelas, banyak pasang mata yang melihatnya bingung.

"Eh ada neng Jua," sapa Abdul menghampiri Nadjwa. "Ada apa nih?"

"Aku mau balikin jaketnya Adit, aku titip ke kamu aja ya, Makasih."

"Kenapa gak lo kasih langsung aja, Ju?"

"Gapapa, tolong ya Dul. Aku permisi." Abdul mengangguk, Nadjwa pun telah hilang dari hadapannya.

"Gue rasa lo berdua semakin deket ya." Abdul tersenyum meratapinya.

"Eh rengginang!" Rafa menghampiri Abdul. "Ngapain tuh si Jua?"

"Balikin jaketnya si Adot," jawabnya meleset nama Adit menjadi 'Adot.'

"Lah tumben?" tanya Randi yang memghampiri mereka. "Ya kan kemarin pulang bareng, bego!" Abdul menoyor kepala Randi.

"Lo gak cemburu, Dul?" tukas Rafa membuat Abdul terkekeh. "Heh oncom! Ngapain gue cemburu, hah?"

"Kan lo suka tuh sama si Jua," timpal Randi. "Udah gak, gue tau siapa yang harus gue perjuangin sekarang," jawab Abdul dengan senyuman yang tidak jelas.

"Siapa tuh man?"

"Ada deh," kekeh Abdul. "Yaah! Gitu lo, gak boleh gitu anjip!"

"Inisialnya N."

***

Kini kantin sekolah sudah di padati oleh ribuan manusia. Adit and the geng sudah duduk manis di bangku kantin yang biasa mereka duduki.

Seharian ini tidak ada satu pun materi yang masuk ke otak Adit. Sejak pelajaran berlangsung, ia tengah memikirkan Nadjwa padahal tadi ulangan sedang berlangsung.

"Eh Dot," panggil Abdul yang duduk di sampingnya. Adit menoleh dan mengangkat dagunya. "Bengong terus lo, awas nanti kesambet."

"Mikirin apa lo? Tumben banget," sambung Rafa. "Untung ya tadi jawaban lo gue cek lagi, kalau gak udah salah semua kali gue nyontek ke lo," timpal Randi.

Adit mengacak-acak rambutnya frustasi. "Bisa diem gak sih lo semua?" Tatapan Adit membuat semuanya mati kutu.

"Ya udah maap atuh mamank."

ADITYA [Proses terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang