21. Masa lalu?

283 43 5
                                    

Lagi-lagi Adit bertemu dengan lelaki yang berada di hadapannya ini. Kenapa harus dia? Sungguh Adit muak melihat mukanya meski baru dua kali pertemuan.

"Dito," ucapnya. Abi menengok ke arah Adit. Ternyata Adit sudah tau nama lelaki ini. Abi tidak tau pasti, untuk apa Dito meneror Alerga kemarin?

"Lo kok kenal dia Dit?" tukas Abdul yang merasa bingung akan semua ini, di karenakan waktu menolong Adit dan Nadjwa ia tidak datang karena ada urusan keluarga. Abdul menatap Dito dengan tatapan tidak suka, Dito pun sama.

"Iya, gue kenal. Dia mantannya Nadjwa." Mata Abdul dan Arkhan membulat kaget atas apa yang telah diucap oleh Adit.

"Gue gak salah denger Dit?" Arkhan bertanya pada Adit dengan wajah terkejutnya.

"Gak, lo gak salah denger bang," timpal Adit penuh keyakinan. "Lo serius Dit?" tukas Abdul yang belum percaya akan hal ini.

"Gue serius." Adit memandang Dito dengan pandangan tajam. Dito tersenyum miring. "Kenapa? Kaget lo gue lakuin ini?" Pertanyaan itu dilontarkan untuk Abi.

"Apa tujuan lo lakuin ini semua? Biar apa? Kalau berani lawan, jangan bisanya teror-teror doang," tantang Abi.

"Gue gak gegabah, gue punya jalan mulus tanpa harus habisin lo satu-satu, gue juga bakal bantu bang Ifan sebisa gue."

"Bang?" Abi menatap Ifan dan Dito bingung. "Lo kerja sama, sama dia Fan?"

"Kalau iya emangnya kenapa? Dia adik sepupu gue."

"Ya gapapa. Malah bagus, lawan kita bukan cuma lo doang, tapi ada Dito. Gue bosen kalau tangan gue ternodai cuma buat ngabisin lo doang."

"Bahkan kalau suatu saat lo mati ditangan kita juga gue belum puas." Ucapan Abi membuat anggota Alerga tertawa kencang.

Ifan mengeratkan gigi gerahamnya kuat-kuat. Ia mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. Rasa kebencian Ifan terhadap anak-anak Alerga semakin menjadi. Dan mungkin tidak akan pernah habis.

"Jangan bisanya ngomong doang. Ngomong 'bakal ngabisin bang Ifan', tapi mana? dari tadi masih ngedokem aja di tempat," tambah Dito meremehkan.

"Nyantai dong, udah gak sabar ya lo pengen cepet-cepet ke neraka?"

"Gak usah banyak omong!" Dito menyerahkan seluruh pasukannya untuk menyerang anggota Alerga.

"Serang!"

*****

Kepada seluruh osis SMA Nusantara harap menuju ruang Osis. Terimakasih.

Adit berdecak, "Ngapain sih?" Ia berjalan menuju ruang osis. Tampilannya sekarang benar-benar seperti bad boy. Baju yang dikeluarkan, dasi yang diikat didahi. Dan ini yang paling menarik. Rambut yang acak-acakan yang di sisir ke belakang menggunakan tangannya sendiri.

"YAAMPUN! ITU DEKEL CAKEP AMAT!" teriak salah satu kakak kelas yang nampak kagum padanya.

"GAK ABANG GAK ADIK SAMA-SAMA BIKIN JANTUNG GUE COPOT! EMANG YA ANAK ALERGA TUH CAKEP-CAKEP."

Adit tidak menghiraukan semua teriakan itu. Ia kembali melangkahkan kaki lebih cepat untuk sampai ke ruang osis. Saat Adit sampai, semua anggota osis memandangnya dengan pandangan penuh pesona dan ada juga yang memandangnya sinis.

"Osis kok penampilannya begitu," sindir Riko salah satu anggota osis kelas XI.

Adit memberikan senyum sinis pada Riko. Ia sangat tidak suka jika ada yang menyindirnya seperti itu. "Lah ngapa lu? Kalau gak suka bilang, gak usah sindir-sindir begitu."

ADITYA [Proses terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang